Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yosef
Abstrak :
Pariwisata saat ini telah menjadi industri yang penting di dunia. Industri pariwisata dunia tersebut mampu mempekerjakan 127 juta pekerja dari sekitar 600 juta wisatawan yang melakukan perjalanan wisata pada tahun 1993. Kalimantan Barat yang merupakan propinsi terbesar ke-4 di Indonesia dengan luas 146.807 km2, merupakan suatu destinasi pariwisata yang cukup menarik bagi wisatawan dunia umumnya. Dengan diarahkannya Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) dan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) sebagai prioritas untuk dikembangkan dalam bentuk wisata alam (ekowisata), memberi konsekuensi pada pengelolaan yang terpadu dan terencana pada kedua kawasan tersebut. TNBK dengan luas 800.000 hektar yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan berbatasan dengan wilayah Sarawak, Malaysia sangat memberikan harapan dalam usaha menjaring pasar internasional; di mana Malaysia merupakan salah satu kantong pariwisata mancanegara terbesar di Asia Tenggara. Usaha pemanfaatan kawasan konservasi melalui pengembangan ekowisata menjadi sangat penting dan strategis di samping usaha-usaha penanggulangan kegiatan penebangan dan perburuan yang tidak terkendali di kawasan TNBK. Kawasan ini juga memiliki fungsi strategis lain seperti fungsi hidro-orologis sebagai daerah tangkapan air di perhuluan Sungai Kapuas. TNBK belum dikenal dan belum banyak dikunjungi oleh wisatawan sebagai daerah tujuan wisata (DTW). Kurangnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke taman nasional ini, antara lain disebabkan masih minimnya sarana dan prasarana transportasi, restorasi, dan akomodasi maupun masih kurangnya promosi ke luar tentang obyek-obyek wisata yang ada di kawasan TNBK. Untuk berhasilnya pengembangan TNBK menjadi daerah tujuan wisata, tidak cukup hanya dengan mengembangkan potensi alam dengan menawarkan atraksi-atraksi yang menarik; tetapi dengan memperhatikan faktor utama lainnya, yaitu faktor aksesibililas dan amanitas. Faktor aksesibilitas (kemudahan untuk dicapai) sangat dipengaruhi oleh dekatnya jarak, atau tersedianya transportasi ke tempat itu secara teratur, sering, murah, nyaman, dan aman. Faktor amanitas sangat dipengaruhi oleh tersedianya fasilitas-fasilitas seperti tempat penginapan, rumah makan (restoran), tempat hiburan, transport lokal yang memungkinkan wisatawan berpergian ke tempat itu serta alat-alat komunikasi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi sarana dan prasarana transportasi, akomodasi, dan restorasi dengan upaya pengelolaan ekowisata. Dengan mengetahui hubungan dimaksud maka akan sangat bermanfaat bagi perencanaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang mendukung pengelolaan ekowisata di TNBK. Dalam penelitian ini, dikemukakan hipotesis yaitu: Kondisi sarana dan prasarana akan mempengaruhi minat untuk berkunjung ke obyek wisata alam. Metode (cara) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ekspos Fakto (expost facto research) dan survai. Pengumpulan data dengan pengamatan langsung di lapangan, wawancara, kuesioner, serta dari pihak yang terkait dengan wilayah penelitian di kecamatan Embaloh Hulu, Embaloh Hilir, Kedamin, dan Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu. Dari analisis dan bahasan, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1. Jumlah tamu hotel, dipengaruhi langsung oleh layanan angkutan darat, dan layanan energi listrik; tingkat hunian hotel, dipengaruhi langsung oleh layanan energi listrik, layanan angkutan darat, dan layanan pasar; sedangkan jumlah wisatawan, dipengaruhi langsung oleh layanan telepon, layanan pasar, layanan pos, layanan energi listrik, dan layanan angkutan darat. 2. 88,90% dari minat untuk berkunjung ke kawasan tujuan wisata alam ditentukan oleh kondisi sarana dan prasarana; sedangkan 11,1% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain. 3. 57% dari responden menyatakan bahwa perjalanan yang dilakukan kurang nyaman, 29% menyatakan tidak nyaman sama sekali, dan 14% menyatakan cukup nyaman. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Layanan sarana dan prasarana berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap tingkat hunian hotel, jumlah tamu hotel, dan jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata alam. (2) Kondisi sarana dan prasarana sangat berpengaruh terhadap minat untuk berkunjung ke obyek wisata alam. (3) Ketersediaan dan layanan sarana dan prasarana, belum mampu memberikan kenyamanan, keamanan, dan hiburan bagi wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata alam di TNBK. Untuk itu disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Perlu perbaikan terhadap pengelolaan kepariwisataan di propinsi Kalimantan Barat dan TNBK khususnya, terutama dalam penyediaan fasilitas-fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan para wisatawan serta menejemen pengelolaan dan sumberdaya manusianya. 2. Perlu adanya kesamaan persepsi mengenai taman nasional, yang dibentuk melalui koordinasi antara pihak-pihak yang terkait. ......Presently tourism has become significant industry in the world. World tourism industry is able to employ 127 millions workers from approximately 600 millions tourist taking tour travel in 1993. West Kalimantan is the fourth biggest province in Indonesia with an area of 146.807 km2, and is an attractive tourism destination for tourists from all over the world. As Betung Kerihun National Park (BKNP) and Danau Sentarum National Park (DSNP) are prioritied to be developed in to ecotourism, this means we need to pay attention to on integrated and well-planned of both areas. BKNP covers on area of 800.000 hectares; it has a high biological diversity and is the borderland with Serawak region, Malaysia, this fact gives high hope in the effort to embrace international market; of which Malaysia represents one of the biggest international tourism destination in South East Asia. Utilization of conservation area through the development of ecotourism become a very important and strategic effort besides other efforts to prevent illegal logging activities and uncontrolled hunting in BKNP area. This area also has strategic function such as hydro-orological functional to serve as water catchment area in the upper streem of Kapuas river. BKNP has not been widely known and visited by tourists as tourism destination. Limited number of tourists visiting this national park are duelto, among other things inadequate suprastructure and infrastructure of transportation, restoration, and accommodation as well as lack of promotion to abroad regarding tourist objects available in BKNP area. To successfully develop BKNP to become tourism destination, it is not enough only by developing natural potential and offering interesting attractives; however it needs to give attention to the main factors, namely accessibility and amenity. Accessibility factor is greatly affected by proximity or availability of regular, frequent, inexpensive, comfortable and safe means of transportation. Amenity factor is greatly affected by availability of facilities such as lodging, restaurant, amusement center, local transport that enable tourist to travel to that place as well as other communication means. This research is aimed at identifying correlations between the conditions of transportation suprastructure and infrastructure, accommodation, and restoration, and ecotourism management. By identifying the said correlations, it will be very useful for the planning and development of the suprastructure and infrastructure supporting ecotourism management at BKNP. Hypothesis is proposed in this research, namely: The condition of suprastructure and infrastructure will affect people's interests to visit the natural tourism objects. The method used in this research is expost facto research and survey, Data collection is done by having direct observation to the field, interview, questionnaire, and from the fourth party related to the research area in Embaloh Hulu, Embaloh Hilir, Kedamin, and Putussibau sub-districts, Kapuas Hulu Regency. Following is the result obstained from analysis: 1. Total hotel guests, it is directly affected by land transport service and electricity service; hotel occupancy rate, it is directly affected by electricity service, land transport service, and market service; where's number of tourists, it is directly affected by telephone service, market service, post service, electricity service, and land transport service. 2. 88,90% of interest to visit tourism object is determined by suprastructure and infrastructure condition; the remaining 11,10% is determined by other factors. 3. 57% of respondents say they have uncomfortable travel, 29% say they have very uncomfortable travel, and 14% say they have fairly compfortable travel. From the research findings/results it can be concluded as follows: 1. Suprastructure and infrastructure services instantaneously and directly influence the degree of hotel occupancy rates, the number of hotel guests, as well as the number of tourists who visit the natural tourism object. 2. Conditions of suprastructure and infrastructure greatly affect people's interest to visit the natural tourism object. 3. The available suprastructure and infrastructure and its services, has not yet to provide convenience, safety, and attraction to tourist visiting the natural tourism object at BKNP. For that purpose, it is suggested the followings: 1. Improvement of tourist management is necessary in West Kalimantan Province and in particular the BKNP, especially in providing facilities that can meet the need of tourist as well as the management of tourism and human resources. 2. It is necessary to have a similar perception regarding the national parks, which is shaped through an interrelated coordination among the concerned agencies.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T 11109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Murni Soenarno
Abstrak :
Pendidikan lingkungan hidup mengandung materi konservasi alam. Penyampaian materi konservasi alam dapat dengan metode pengajaran karyawisata dan kawasan konservasi alam sebagai media pendidikan. Dalam pelajaran Biologi di SMA terdapat materi konservasi alam. Masalah di sini adalah SMA-SMA di Kabupaten Ciamis kurang memanfaatkan Taman Wisata Pananjung Pangandaran, Kabupaten Ciamis sebagai media pendidikan melalui metode karyawisata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan metode pengajaran karyawisata dan pemanfaatan Taman Wisata Pananjung Pangandaran sebagai media pendidikan pada SMA di Kabupaten Ciamis, sehubungan dengan itu maka bagaimanakah sikap siswa SMA tersebut terhadap konservasi alam. Hipotesisnya adalah: (1) ada hubungan antara jurusan Al, A2 dan A3 di SMA dengan sikap siswa terhadap konservasi alam: (2) ada hubungan antara metode pengajaran karyawisata ke kawasan konservasi alam dengan sikap siswa terhadap konservasi alam: (3) ada hubungan antara asal SMA dengan sikap siswa terhadap konservasi alam.; Disain penelitiannya adalah disain survei analitis dan studi kasus. Teknik pengambilan sampelnya adalah purposive sampling. Teknik pengambilan datanya menggunakan kuesioner, wawancara, pengamatan. SMA yang diteliti adalah SMAN 2 Ciamis dan SMAN Pangandaran. Pengolahan data statistiknya dengan program komputer SPSS/PC+. Pengujian hipotesis dengan uji Chi--square, diperkuat dengan nilai C Cramer dan nilai Lambda dari Goodman dan Kruskal.; Pertanyaan penelitian pertama yaitu bagaimanakah pelaksanaan metode pengajaran karyawisata dan penggunaan Taman Wisata Pananjung Pangandaran sebagai media pendidikan pada SMA di Kabupaten Ciamis. Kesimpulan yang diperoleh adalah di SMAN Pangandaran dan SMAN 2 Ciamis dijumpai ada guru bidang studi yang berkelebihan jumlahnya dan ada guru yang tidak berkompeten untuk mengajar suatu bidang studi. keadaan ini ditambah dengan kurangnya sarana pendidikan membuat guru cenderung menggunakan metode pengajaran ceramah. Karyawisata umumnya dilakukan di kelas II atau III. Yang banyak memanfaatkan Taman Wisata Pananjung Pangandaran adalah guru dan siswa jurusan A2 atau Bjologi. Taman Wisata Pananjung Pangandaran sehenarnya dapat dimanfaatkan oleh semua jurusan di SMA (Al, A2. A3 dan A4).; Pertanyaan penelitian kedua adalah bagaimanakah sikap siswa SMA tersebut terhadap konservasi alam. Kesimpulan yang ditarik adalah tidak terdapat hubungan antara sikap siswa terhadap konservasi alam dengan jurusan di SMA, dengan keikutsertaan siswa dalam karyawisata. dengan asal SMA siswa. Tidak adanya hubungan tersebut disebabkan oleh penerapan metode yang sama bagi materi yang sama. selain itu juga disebabkan faktor-faktor di luar pendidikan SMA. Faktor-faktor tersebut berupa keadaan ekonomi keluarga, perhatian keluarga kepada siswa. media Massa. Pengetahuan siswa tentang konservasi alam pada umumnya cukup baik. Umumnya siswa berpendapat bahwa pembangunan dan konservasi alam itu sama pentingnya, dan konservasi alam tidak dapat ditunda lagi, mereka mendukung pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan.; Daftar Kepustakaan: 43 (1967 - 1989);
Environmental education contains natural conservation material. Natural conservation material can be taught through a field-trip method and the natural conservation area as the educational media. Natural conservation material is also taught at SMA's (Senior High Schools). The subjects in this writing are Senior High Schools (SMA) at Kabupaten Ciamis. They rarely used Pananjung Pangandaran Recreational Park at Kabupaten Ciamis as educational media through a field-trip method. These research objectives were known how a field-trip method were done with Pananjung Pangandaran Recreational Park as educational media by the Senior High Schools (SMA) at Kabupaten Ciamis. and in connection with this, how SMA student's attitudes toward natural conservation were. The hypothesis were: (1) Al (Physics). A2 (Biology). A3 (Social). programs at SMA have association with student's attitudes toward natural conservation: (2) a field-trip method has association with student's attitudes toward natural conservation: (3) origin schools (SMA) has association with student's attitudes toward natural conservation. These research designs were analytical survey and case study. The sampling technique was purposive sampling. The data have been collected by questionnaires, interview, and observation. The research object schools were SMAN Pangandaran and SMAN 2 Ciamis. The data were analyzed by SPSS/PC+. The hypothesis were tested by Chi-square test. and were supported by C Cramer's value and Lambda value from Goodman - Kruskal. The first research question was how a field-trip method has been done with Pananjung Pangandaran Recreational Park as educational media by the SMA at Kabupaten Ciamis. At both schools. the amount of teachers who taught the same subject study exceed the needs. and some others weren't competent to teach certain subject studies. Both schools didn't have sufficient educational facilities. Both conditions made the teachers tend to use a lecture method. A field-trip method usually was done in the second and third grade. A2 (Biology) program utilized Pananjung Pangandaran Recreational Park for education more than other programs. The Pananjung Pangandaran Recreational Park can be used by Al (Physic). A2 (Biology), A3 (Social) and A4 (Languages) programs. The second research question was how SMA student's attitudes toward natural conservation were. There were no association between student's attitudes toward natural conservation with Al (Physics). A2 (Biology), A3 (Social) programs at SMA, with a field-trip method. and with origin schools (SMA). This Condition was caused by the same methods application for the same materials, student's family economical condition. family attention toward students. and mass media. Student's natural conservation knowledge generally were good enough. Generally students thought the natural conservation as important as t development, and natural conservation can not be put off, and;they supported sustainable development realization. References: 43 {1967 - 1989)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Ali
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranserta siswa sekolah lanjutan tingkat pertama dalam pelestarian lingkungan di wilayah DKI Jakarta, hubungan antara peranserta tersebut dengan pelestarian lingkungan dan hubungan penerapan mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta (PLKJ) pada SLTP di Wilayah DKI Jakarta terhadap pelestarian lingkungan di sekolah mereka masing-masing serta mencari model hubungan antara peranserta tersebut dengao peiestarian lingkungan. Metode penelitian yang diterapkan adalah metode survei, dengan menarik sejumlah sampel pada sekolah sanggar di Wilayah Jakarta Timur. Sebagai bahan kajian pengumpulan data dilakukan dengan menerapkan empat cara yaitu wawancara berstruktur dengan 252 orang responden siswa SLTP yang telah memperoleh pelajaran PLKJ, wawancara tidak berstmktur dengan sejumlah guru, dan kepala sekolah SMP, pengamatan lapangan dan penelaahan data sekunder yang telah ada. Data dalam penelitian ini di analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif, dimaksudkan agar peneliti lebih banyak mengadakan interpretasi dari data yang dikumpulkan melalui wawancara tidak berstruktur dan pengamatan di lapangan. Sedangkan analisis kuantitatif, diolah berdasarkan data hasil isian berstruktur melalui metode statistik. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga terdapat hubungan antara peranserta siswa SLTP di Wilayah OKI Jakarta dengan pelestarian lingkungan di DKI Jakarta.
2. Diduga ada kontribusi penerapan pelajaran PLKJ terhadap pelestarian lingkungan di Wilayah OKI Jakarta.
3. Diduga hubungan antara peranserta siswa tersebut dengan pelestarian lingkungan merupakan hubungan yang linier. Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menerapkan teknik korelasi Spearman Product Moment yang dikenal dengan koefisien korelasi peringkat. Disamping itu untuk melihat bentuk hubungan antara variabel bebas {peranserta) dengan variabel terikat (pelestarian lingkunga) diterapkan teknik analisis regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan program TSP (Technical Statistic Programme). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara peranserta siswa SLTP dengan pelestarian lingkungan di sekolah mereka masing-masing. Peranserta ini umumnya (> 50%) terlihat dalam perencanaan kerja bakti, merancang papan pengumuman, papan nama yang akan ditaruh di taman sekolah, membuang sampah pada tempatnya, mengajak adik kelas membuang sampah di tempamya dan menjaga kebersihan kelas. Disamping itu, juga terlihat peranserta siswa dalam hal: merencanakan jenis tanaman yang akan ditanam di pekarangan sekolah, pembentukan taman, penyusunan jadwal piket yang akan merawat tanaman, perencanaan tata kelas, menjaga kelancaran saluran air libah, pengadaan bibit, memberi laporan kepada guru jika terdapat masalah dalam pelestarian, membantu pembiayaan dan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang lingkungan hidup. Secara keseluruhan peranserta siswa SLTP di Wilayah OKI Jakarta dalam pelestarian lingkungan di sekolah mereka masing-masing tergolong baik. Baiknya peranserta ini nampaknya berkaitan baiknya dengan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran PLKJ. Berdasarkan analisis statistik hubungan antara peranserta siswa dengan pelestarian lingkungan pada tingkat keyakinan 95 % diperoleh koefisien koreiasi 0,656, rasio kritik 2,458 dan angka kritik ini temyata lebih besar dari CR label. Dari penelitan dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut:
1. Terdapat hubungan yang nyata antara peranserta siswa yang diteliti dengan pelestarian lingkungan di sekolah mereka masing-masing. Besarnya hubungan tersebut adalah 0,943
2. Peraserta siswa tersebut terlihat dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan /pengawasan.
3. Terdapat hubungan antara pemahaman mata pelajaran PLKJ dengan pelestarian lingkungan.
4. Jika dilihat secara pasial, terayata hubungan antara peranserta siswa pada tahap perencanaan , tahap pelaksanaan dan pemeliharaan signifikan pada taraf nyata 95 %. Besarnya hubungan tersebut bertunit-turut adalah: 0,685 dan 0,691.
5. Hubungan antara sikap responden dengan pelestarian lingkungan ternyata kecil dan setelah diuji dengan menggunakan Speannan Product Momen tidak signikan.
6. Terdapat hubungan antara pemahaman mata pelajaran PLKJ dengan pelestarian lingkungan. Besarnya hubungan tersebut 0,527 , setelah diuji secara statistik ternyata signifikan pada taraf kepercayaan 90%.
7. Hubungan antara variabel bebas peranserta dengan variabel terikat pelestarian lingkungan ternyata bukan linier, tetapi merupakan fijngsi eksponen. Diperoleh bentuk hubungan tersebut adalah:
Y = 5,46 X0-01
Y - Pelestarian lingkungan X = Peranserta
8. Bentuk hubungan antara indikator-indikator pada variabel bebas dengan variabel terikat pelestarian lingkungan terlihat sebagai berikut:
Y = 5,471 XI-0-007 X2°'°H X30-003 X40'003
dimana: Y = Pelestarian lingkungan
XI = Peranserta dalam tahap perencanaan
X2 = Peranserta dalam pelaksanaan dan pemeliharaan
X3 = Sikap terhadap pelestarian X4 = Pemahaman terhadap PLKJ Dari model diatas dapat dikatakan, apabila kita ingin meningkatkan pelestarian Hngkungan di OKI Jakarta melaui siswa Sekolah Lajutan Pertama, adalah lebih cepat melalui peranserta siswa tersebut dalam pelaksanaan dan pemeliharaan dari pada peningkatan terhadap sikap atau pemahaman terhadap PLKJ.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Hadi Purnomo
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai hewan endemik, kehidupan rnonyet Buton (Macaca brunnecens Matschie, 1901) masih kurang dikenal. Untuk itu teiah dilakukan penelitian di dua teinpat yaitu Suaka Margasatwa Buton Utara dan Cagar Aiazn Napabalano (Sulawesi Tenggara) yang berupaya mengungkap keadaan habitat serta perbedaan ekologi tingkah laku di kedua tempat. Bagian yang pertama dikerjakan melalui analisis vegetasi memakai metoda kuadran (point-centered quarter method), sementara pada pengamatan tingkah laku menggunakan teknik pengamatan scan dan ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa blok hutan Lapole (Suaka Margasatwa Buton Utara) merupakan formasi hutan primer di pinggiran sungai yang didoininasi kolaka (Parinarium coryzobosum) dan kenari (Canarium sp.), sedangkan Cagar Alam Napabalano dibentuk oleh hutan inuson sekunder yang didominasi jati (Tectona grandis). Populasi monyet di Napabalano menunjukkan sifat yang lebih terestrial serta lebih agresif dibandingkan populasi di Buton Utara. Keadaan mi menyebabkan populasi di Cagar Alam Napabalano menghadapi bahaya kepunahan yang lebih besar.
An investigation has been carried out for Buton macaques (Macaca brunnescens Matschie) to know their habitat condition and the difference in behavioral ecology of two different places. The study areas are located in Buton Utara Game Reserve and Napabalano Nature Reserve of Southeast Sulawesi. This study revealed that Lapole forest block in Buton Utara Game Reserve is a primary riverine formation dominated by Parinarium corywbosum and Canariwn sp., while Napabalano Nature Reserve is a secondary monsoon forest dominated by teak (Tectona grandis). The monkey troops in Napabalano showed more terrestrial and aggressive habits which might be caused by more dispersed food distribution and lower tree density. Furthermore, Napabalano's troops are more vulnarable than those in Buton Utara. ABSTRAK
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ghallab
Djakarta: Bulan Bintang, 1965
297 MUH ht (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pinker, Steven
London: Penguin Books, 2002
155.234 PIN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Mapala UI, 2009
508 DAS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ballard, Ernest
Abstrak :
Summary: This book, first published in 1919, provides a richly detailed account of the more affecting moments in the British natural calendar.
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2014
578.43 BAL d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ikeda, Daisaku, 1928-
Seoul: Daisaku, 1990
R 778.9 IKE r
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Pramono
Jakarta: Red & White, 2006
R 779 SIG b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>