Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Retna Lestari
Abstrak :
Tingginya rekurensi pada kanker kolorektal (KKR) disebabkan karena terapi saat ini belum mempertimbangkan keberadaan lingkungan mikrotumor dan kepuncaan. Kepuncaan adalah sifat dari sel punca kanker yang memiliki kemampuan self-renewal, pluripotensi, dan tumorigenic. Penelitian kami sebelumnya menunjukan bahwa sekretom fibroblas dari adenokarsinoma kolorektal meningkatkan ekspresi CD133 dan CD44 dalam sel Lestari HT-29. Namun peran sekretom fibroblas tersebut terhadap sifat kepuncaan masih perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sekretom fibroblas adenokarsinoma kolorektal area tumor dibandingkan area nontumor dan fibroblas normal terhadap sifat kepuncaan, MnSOD, dan STAT3 pada sel lestari HT-29. Pemberian Conditioned Medium (CM) yang mengandung sekretom fibroblas adenokarsinoma kolorektal area tumor (CM-T) dan nontumor pasangannya (CM-NT) pada kultur sel lestari HT-29 sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Fibroblas normal (NF) diisolasi dari jaringan preputium. Semua fibroblas ditanam dalam media kultur bebas serum selama 24 jam untuk mengumpulkan CM. Kemudian, CM ditambahkan ke kultur sel lestari HT-29 selama 72 jam. Ekspresi mRNA Oct4 dan ALDH1A1 dianalisis dengan qRT-PCR. Ekspresi protein STAT3, pSTAT3, SOD, dan Oct4 dianalisis dengan western blot. Pemberian CM-T meningkatkan ekspresi mRNA OCT4 dan ALDH1A1 signifikan dibandingkan dengan kontrol, CM-NT, dan CM-NF. Kami menyimpulkan bahwa pemberian sekretom fibroblas KKR meningkatkan ekspresi OCT4 dan ALDH1A1 secara signifikan dibandingkan dengan fibroblas non tumor pasangannya dan fibroblas normal
The high recurrence in colorectal cancer (CRC) is because current therapy has not considered the presence of a tumor microenvironment and stemness. Stemness is a characteristic of cancer stem cells that have properties like self-renewal, pluripotent and tumorigenic abilities. Our previous study has demonstrated that the secretomes of fibroblasts isolated from colorectal carcinoma (CRC) patients could upregulated the expression of CD133 and CD44 in the HT29 CRC cell line. However, the role of CRC fibroblasts secretomes in CRC stemness is needed to be further investigated. Therefore, the present study aimed to investigate the effect of fibroblast secretomes from CRC patients in comparison with the secretomes from normal fibroblasts on the expression of stemness markers, MnSOD, and STAT3 on HT-29 cells. The supplementation of Conditioned Medium (CM) from adenocarcinoma colorectal fibroblast (CM-T) and its nontumor partner (CM-NT) in HT-29 cell cultures has been done by our previous study. Normal fibroblasts (NF) were isolated from prepuce tissue. All fibroblasts were grown in free-serum culture medium for 24 hours to collect conditioned medium (CM). Then, CM was supplemented to HT-29 CRC cells for 72 hours. The effects of CM-T on the mRNA expression of OCT4 and ALDH1A1 were analysed using qRT-PCR. Supplementation of CM-T significantly increased OCT4 and ALDH1A1 mRNA expressions compared to that of CM-NT, CM-NF, and control. We conclude that secretomes from CRC patients upregulate the expression of CRC stemness.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini Djunet
Abstrak :
Latar belakang. Bedah kanker kolorektal (KKR) adalah kasus terbany1k di Divisi Bedah Digestif RSUPNCM, di mana 46% di antaranya adalah karena kanker rektum I (K.R). Trauma pembedahan menimbulkan inflamasi, respon fase akut (RFA), dan stres metabolik. C- reactive protein (CRP) adalah protein fuse akut (PFA) dengan peningkatan tertinggi di antara PFA lainnya dan telah digunakan secara luas sebagai penanda inflamasi. Stres metabolik menyebabkan perubahan metabolisme zat gizi yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah sewaktu (GDS) plasma. Secara tidak langsung, pemberian terapi gizi adekuat dapat menekan laju inflamasi dan mempercepat proses penyembuhan pasca bedah. Tujuan. Untuk mengetahui peran terapi gizi adekuat selama tujuh hari terhadap perubahan kadar CRP serum dan GDS plasma pasien pasca bedah KR pada hari ke satu dan ke tujuh pengamatan. Metode. Penelitian ini adalah studi eksperimental dengan desain paralel, acak, dan tidak tersamar. Penelitian dilaksanakan di ruang rawat bedah kelas Ill RSUPNCM, pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April- Agustus 2009. .9erdasarkan kriteria penelitian didapatkan 24 subyek yang dibagi menjadi dua, kelompok perlakuan (P) dan kontrol (K). Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, pengukuran antropometri, dan pemeriksaan laboratorium. Hasil. Karakteristik awal kedua kelompok adalah sebanding pada HI. Rerata asupan energi kelompok P adalah 1 211 ,23 ± 161 ,95 kkallh ari (82,86 ± 9,91 % kebutuhan energi total atau KET), adekuat, dan lebih tinggi bermakna (p< 0,001) dibandingkan kelompok K yaitu 831,93 ± 129,58 kkal/hari (55,75 ± 9,48% KET). Rerata asupan protein subyek tidak adekuat meskipun asupan protein kelompok P lebih tinggi bennakna (p< 0,001). Kelompok P mengalami peningkatan berat badan (BB) 0,71 ± 0,79 kg sedangkan kelompok K mengalami penurunan BB 0,85 ± 1,06 kg. Penurunan kadar CRP serum kelompok P (7,13 ± 1,43 mg/L) berbeda bermakna (p=0,005) dengan kelompok K (5,20 ± 1,58 mg/L). Peningkatan kadar GDS plasma kelompok P (26,00 ± 29,67 mg/dL) cenderung lebih tinggi dari kelompok K (10,00 ± 24,40 mg/dL), sejalan dengan peningkatan asupan energi yang lebih tinggi. Kadar CRP serum memiliki korelasi positif derajat rendah (r-0,266) dan tidak bennakna (p=0,358) dengan kadar ODS plasma. Kesimpulan. Pemberian terapi gizi adekuat selama tujuh hari berperan untuk mempercepat penurunan kadar CRP serum pasien pasca bedah KR.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T20988
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adityawati Ganggaiswari
Abstrak :
Latar belakang : Beberapa data dari luar negri menunjukkan kanker kolorektal predominan terjadi pada populasi usia yang lebih tua (lebih dari 60 tahun). Kanker kolorektal yang terjadi pada usia lebih muda (kurang dari 40 tahun) hanya berkisar antara 3-6%. Dari penelitian terdahulu dilaporkan bahwa kanker kolorektal pada pasien usia muda cenderung memiliki gambaran perilaku tumor yang agresif dengan prognosis buruk. Pada beberapa penelitian, progresivitas dan prognosis yang buruk pada kanker kolorektal, dikaitkan dengan peristiwa angiogenesis. VEGF merupakan salah satu sitokin poten yang terlibat dalam proses angiogenesis seh.ingga tingginya kadar ekspresi VEGF berhubungan dengan progresivitas penyakit yang 1ebih tinggi dan prognosis yang burnk. Cancer-associated stroma mengalami perubahan-perubahan dinamis yang menyerupai reaksi penyembuhan luka, disebut sebagai reaksi desmoplastik. Reaksi ini didukung terutama oleh aktivasi "myofibroblas;'. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa myofibroblas mempuuyai peran untuk roemfasilitasi tumorigenesis dan progresi beberapa karsinoma, dan dikenal sebagai suatu petanda penting yang potensial untuk diagnosis, pengobatan dan prognosis kanker. Hasil : Pada penelitian ini terlihat ekspreSi VEGFA tidak berbeda, namun terdapat perbedaan yang bennakna pada reaksi desmoplastik usia muda dibanndingkan pada usia tua. Nampak pula hubungan yang sejaJan antara ekspresi VEGF-A positif kuat dengan reaksi desmoplastik yang keras pada kanker kolorektal usia muda. Hal ini menyokong hepotesa kedua dan ketiga dari penelitian ini. Kesimpulan : Progresivitas penyakit yang lebih tinggi dan prognosis yang buruk pada pasien kanker kolorektal usia muda kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain selain VEGF, yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32365
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Deyan Sofiana
Abstrak :
Terdapat sebanyak 14,1 juta kasus kanker didiagnosis dan sebanyak 8,2 juta individu meninggal setiap tahunnya dari total ±32,6 juta pengidap kanker, menurut GLOBOCAN 2012. Kanker kolorektal memberikan 9,7% dalam kasus kanker dan insidesinnya pada usia <50 tahun menjadi meningkat 13% (2000-2014). Ekspresi siklooksigenase-2 (COX-2) yang berlebihan merupakan salah satu meaknisme yang terlibat dalam patogenesis kanker kolorektal. Sayangnya, pengobatan kanker menggunakan inhibitor enxim COX, NSAID, memiliki beberapa efek samping yang prominen seperti perdarahan gastointestinal, komplikasi kardiovaskular, dan nefrotoksisitas yang diinduksi NSAID. Dalam beberapa tahun terakhir, tanaman herbal telah mengundang perhatian banyak peneliti karena mudah didapat, murah, memiliki potensi dalam pencegahan kanker, dan memiliki toksisitas yang rendah. Hal ini memicu peneliti untuk mencari apakah ekstrak etanol biji delima mampu menurunkan ekspresi COX-2 pada sel HCT116. Ektrak biji delima (Punica granatum) dimaserasi dalam etanol. Satu kelompok tidak mendapatkan perlakuan (kontrol negatif) sementara tiga kelompok lainnya diberi ekstrak ekstrak biji delima dalam tiga dosis berbeda (50, 100, dan 200 ppm). Pengaruh pemberian ekstrak etanol biji delima pada ekspresi COX-2 dalam sel HCT116 dinilai melalui perhitungan H-score dari pewarnaan imunositokimia. Ekstrak etanol biji delima (Punica granatum) menunjukkan hasil dapat menurunkan ekspresi COX-2 yang ditunjukkan melalui penurunan nilai H-score dengan rerata nilai H-score sebesar 159,07 . Dan nilai p < 0,005 Penelitian ini membuktikan bahwa terjadi penurunan ekspresi protein COX-2 pada sel HCT116 setelah pemberian ekstrak etanol biji delima (Punica granatum). ...... 14.1 million new cancer cases are diagnosed annually in 2012. And about 8.2 million people are dying every year worldwide while 32.6 million people are living and afflicted with cancer, according to GLOBOCAN. Colorectal cancer (CRC) contributes to 9.7% of all cancer cases and in population <50 years old its incidence increased by 13% (2000-2014). Excessive expression of COX-2 plays a role in the pathogenesis of CRC. Unfortunately, current cancer treatment using COX enzyme inhibitor, NSAIDs is known for its multiple adverse effects, including gastrointestinal bleeding, cardiovascular complications, and NSAID induced nephrotoxicity. In recent years, medicinal herbs have become popular among researchers for its easily obtainable nature, cheap, promising cancer preventing properties, and low toxicity. Thus, reseacher would like to investigate whether ethanol extract from pomegranate seed can reduce the expression of COX-2 in HCT116 cell. Ethanol extract from pomegranate (Punica granatum) seed was prepared for maceration in ethanol. One group was given no treatment (negative control) while the other three groups were given ethanol extract from pomegranate seed in three different doses (50, 100, 200 ppm). The effect of ethanol extract of pomegranate seed on inhibition of COX-2 expression in the HCT116 cell was then assessed by counting the H-score from immunocytochemistry staining. The ethanol pomegranate (Punica granatum) extract was shown able to decrease expression of COX-2, which was shown by decresing the H-score with average H-score 159.07. P <0,05 This study revealed there is a decrease in COX-2 protein expression in HCT116 cells after administration of ethanol pomegranate.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hansel Andita Kristiandi
Abstrak :
Latar belakang: Kanker kolorektal adalah satu jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di Indonesia. Dalam berbagai penelitian, bunga kecombrang memiliki zat antikanker dengan efek sitotoksik serta antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan sitotoksik ekstrak heksana bunga kecombrang terhadap sel kanker kolon HT-29. Metode: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental in vitro menggunakan sel kanker kolon HT-29. Sebanyak 45sampel sel HT-29 dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol positif. Analisis kandungan ekstrak heksana bunga kecombrang akan dilakukan menggunakan uji fitokimia dan uji KLT. Pengukuran efek antioksidan akan dilakukan menggunakan metode uji dengan reagen DPPH dan untuk efek sitotoksisitas menggunakan uji MTT assay. Nilai absorbansi dan persen inhibisi dari kedua metode ini lalu dibandingkan antara kelompok ekstrak dan kelompok kontrol positif menggunakan analisis regresi linear. Hasil: Ekstrak heksana bunga kecombrang mengandung senyawa saponin, flavonoid, triterpenoid, dan alkaloid. Ekstrak memiliki efek antioksidan yang tidak aktif dengan nilai IC50 pada uji DPPH sebesar 21.337,99 ppm. Ekstrak memiliki efek sitotoksik dengan klasifikasi sedang dengan nilai IC50 pada uji MTT sebesar 111,097 ppm. Dibandingkan dengan kontrol positif, ekstrak memiliki efek antioksidan dan sitotoksik yang lebih rendah. Kesimpulan: Ekstrak heksana bunga kecombrang tidak aktif memberikan efek antioksidan dan memberikan efek sitotoksik yang sedang, meski lebih rendah daripada kontrol positif. Meskipun begitu, tetap terdapat hubungan antara konsentrasi ekstrak heksana bunga kecombrang dengan persentase inhibisi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dengan desain dan jumlah sampel yang lebih baik. ......ntroduction: Colorectal cancer is one type of cancer with the highest number of cases in Indonesia. Etlingera elatior have anticancer substances with cytotoxic and antioxidant effects. This study aims to determine the antioxidant and cytotoxic activity of hexane extract from Etlingera elatior against HT-29 cells. Method: This study used an in vitro experimental design using HT-29 colon cancer cells. A total of 45 samples of HT-29 cells were divided into a treatment group and a positive control group. Analysis of the hexane extract from Etlingera elatior was carried out using phytochemical tests and TLC tests. Measurement of the antioxidant effect was carried out using the test method with DPPH reagent and for the cytotoxicity effect using the MTT assay test. The absorbance values ​​and percent inhibition of these two methods were then compared between the extract group and the positive control group using linear regression analysis. Result: Hexane extract from Etlingera elatior contained saponins, flavonoids, triterpenoids, and alkaloids. The extract had an inactive antioxidant effect with an IC50 value of 21,337.99 ppm in the DPPH test. The extract had a moderate cytotoxic effect with an IC50 value of 111,097 ppm in the MTT test. Compared with the positive control, the extract had lower antioxidant and cytotoxic effects. Conclusion: Hexane extract from Etlingera elatior did not have an antioxidant effect and had a moderate cytotoxic effect, although it was lower than the positive control. Even so, there was still a relationship between the concentration of hexane extract of kecombrang flowers and the percentage of inhibition. Therefore, more research is needed with a better design and number of samples.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afif Naufal
Abstrak :
Latar belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan prevalensi dan mortalitas tertinggi di dunia. Modalitas antikanker yang tersedia hingga kini masih memberikan hasil klinis yang buruk dengan harapan penyintasan 5 tahun mencapai 9,1—19,5%. Riset-riset zat antikanker mengindikasikan potensi ekstrak bunga kecombrang sebagai modalitas antikanker yang juga selektif terhadap keganasan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian In vitro dengan sampel sel kanker kolon galur HT-29 sebanyak 51 subyek dengan pemberian ekstrak 8 kali secara serial. Sebanyak 1500 g bunga kecombrang diekstraksi dengan pelarut etanol melalui metode maserasi sampel kering. Sifat antioksidan ekstrak diukur menggunakan reagen DPPH, sementara sitotoksisitas diukur menggunakan MTT assay. Sampel dibandingkan dengan kontrol positif (vitamin C untuk DPPH dan doxorubcin untuk MTT). Hasil berupa % inhibisi digrafikkan dengan 10Log konsentrasi uji dan dilakukan regresi llinear untuk mendapatkan fungsi inhibisi. Menggunakan analisis linear multipel, kelompok uji diikutsertakan untuk mengetahui perbedaan antarkelompok perlakuan dan mengontrol variabel konsentrasi. Hasil: Ekstrak mengandung saponin, flavonoid, tanin, triterpen, dan alkaloid, dengan setidaknya 6 komponen mayor dan kemungkinan besar mengandung asam galat diantaranya. Ekstrak menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat (IC50 = 41,34 ppm), dengan aktivitas sitotoksik yang sedang (IC50 = 73,57 ppm). Ekstrak memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kontrol positif (45,28 untuk sifat antioksidan dan 26,11 untuk sitotoksisitas, p < 0,05). Meskipun demikian, ekstrak tetap menunjukkan dependensi dosis yang lebih superior dibandingkan kedua kontrol positif (dengan koefisien 45,79 vs. 40,53 untuk antioksidan dan 37,67 vs. 12,20 untuk sitotoksisitas). Kesimpulan: Ekstrak etanol bunga kecombrang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan sitotoksik yang sedang terhadap galur sel kanker kolon HT-29, namun tidak sepadan dengan kontrol positif. Meskipun begitu, ekstrak bunga kecombrang menunjukkan dependensi konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan kontrol positif. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan bukti yang lebih kuat mengenai efektivitas ekstrak etanol HT-29 sebelum digunakan dalam latar klinis. ......Introduction: Colorectal cancer is one of the most prevalent and lethal cancer in the world. Anticancer modalities exist yield poor result with 5 years survival chance of those who received chemotherapy range between 9.1—19.5%. Anticancer agent research has indicated the potential of torch ginger flower extract as a selective and effective candidate. Method: This is an In Vitro research with a total sample of 51 subjects of HT-29 cell lines. Measurements were repeated 3 times with 8 serial consentrations for each interventional groups. Flower sample with a wet weight of 1,500 gr was extracted using ethanol as the solvent through maceration. Antioxidant and cytotoxic activity were measured using DPPH and MTT assay respectively. The result then will be compared to the postive control of vitamin C for antioxidant and doxorubicin for cytotoxicity. The resulting inhibition percentage will be plotted with 10log concentration and will be regressed using linear regression for bivariate relationship and multiple linear regression for controlling the varying concentrations and analyzing the difference between both interventional groups. Result: Major classes of phytochemicals such as saponin, flavonoid, tannin, triterpene, and alkaloid, along with 6 major components, one of which is expected to be gallic acid, were detected. Extract displayed a strong antioxidant with (IC50 = 41.34 ppm) and medium cytotoxic activity (IC50 = 73.57 ppm). A significant difference between extract group and positive control was observed for both activities (with difference of 45.28 for antioxidant and 26.11 for cytotoxicity, p < 0.05). However, the dose dependence of the extract for both activities were shown to be superior compared to positive controls (with 45.79 vs. 40.53 for antioxidant and 37.67 vs 12.20 for cytotoxic activity) Conclusion: Ethanolic extract of torch ginger showcased strong antioxidant and moderate cytotoxicity against colon cancer cell line HT-29, yet is not par with positive controls. However, the activities exerted shown superior concentration (dose) dependencies compared to positive controls. Therefore, further research with higher evidence level is needed to validate before clinical setting usage
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Septiana
Abstrak :
Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker yang paling umum terjadi di Indonesia. Mutasi gen KRAS banyak terjadi pada kanker kolorektal dan diduga berkaitan dengan berkembangnya kanker tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis mutasi gen KRAS pada ekson 2 kodon 12 dan 13 pada spesimen jaringan kanker kolorektal menggunakan metode Sanger sequencing. Sampel jaringan segar dari 50 pasien di Rumah Sakit Kanker Dharmais yang sudah terkonfirmasi kanker kolorektal oleh dokter patologi anatomi dikumpulkan di Laboratorium Biobank Rumah Sakit Kanker Dharmais. Sampel dikoleksi dari tahun 2018-2020. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 13 sampel terdeteksi positif mutasi titik pada ekson 2 kodon 12 (9) dan kodon 13 (4). Mutasi pada kodon 12 ditemukan 2 jenis yaitu GGT>GAT dan GGT>GCT. Mutasi pada kodon 13 ditemukan 2 jenis yaitu GGC>GAC dan GGC>GCC. Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 jenis mutasi yang ditemukan pada penelitian ini ......Colorectal cancer is one of the most occurred cancers in Indonesia. KRAS gene mutation often occurred in colorectal cancer and has been presumed to be related to development of this cancer. The aim of this study is to discover the mutation types of the KRAS gene exon 2 codon 12 and 13 in colorectal cancer tissue specimens in Dharmais Cancer Hospital. The fresh tissue from fifty patients in Dharmais Cancer Hospital confirmed colorectal cancer by pathology anatomy doctor were collected in Biobank Laboratory Dharmais Cancer Hospital. KRAS gene mutations were analyzed from fresh tissue using the Sanger Sequencing method. The result shows that 13 samples detected positive on KRAS gene mutation on exon 2 codon 12 (9) and codon 13 (4). Two types of KRAS gene mutation detected in codon 12 are GGT>GAT and GGT>GCT. Two types of KRAS gene mutation also detected in codon 13 are GGC>GAC and GGC>GCC. The conclusion of this study is four types of mutation has been discovered in this study.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josephine Defina Pujangga
Abstrak :
Kanker kolorektal, yang merupakan kanker ketiga tersering di dunia, telah menjadi persoalan di seluruh dunia. Dibutuhkan strategi baru untuk pencegahan dan penyembuhannya. Asam salisilat telah terbukti memiliki efek antikanker terhadap sel kanker kolorektal, sehingga mendorong penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek senyawa turunan asam salisilat terhadap pertumbuhan sel HT-29. Senyawa turunan asam salisilat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metil salisilat, etil salisilat, butil salisilat, isoamil salisilat, dan oktil salisilat. Pertama penulis akan melakukan kromatografi lapis tipis serta dengan mengobservasi sifat fisika dan kimia dari senyawa-senyawa tersebut.. Lalu, analisa dari sifat antikanker kelima senyawa tersebut dilakukan menggunakan uji MTT, aktivitas antikanker dinyatakan dengan persentasi inhibisi dan nilai IC50. Kelima senyawa turunan asam salisilat menunjukkan efek penghambatan terhadap pertumbuhan sel HT-29. Nilai IC50 yang didapatkan adalah sebagai berikut; metil salisilat: 117,941 μg/mL, etil salisilat: 6,657 μg/mL, butil salisilat: 58,851 μg/mL, isoamil salisilat: 187,923 μg/mL, oktil salisilat: 116,545. Etil salisilat merupakan senyawa antikanker aktif, sedangkan butil salisilat tergolong cukup aktif. Tiga senyawa lainnya tergolong antikanker lemah. Tidak ada korelasi antara panjang senyawa dan aktivitas antikanker, walaupun kemungkinan adanya korelasi dengan struktur senyawa ......Colorectal cancer (CRC), the third most common cancer worldwide, has been a major problem throughout the world. Novel strategies are needed to prevent and cure it. As salicylic acid has been proven to have chemopreventive and cytotoxic effect towards colorectal cancer cells, we explore its derivatives effects on HT-29 cells. We use five salicylic acid derivatives, namely methyl salicylate, ethyl salicylate, butyl salicylate, isoamyl salicylate, and octyl salicylate. The success of the synthesis is observed through thin layer chromatography and by observing their physical and chemical properties. Then, we use MTT assay to obtain the five salicylic acid derivatives’ anticancer effect, which are presented through their percentage of inhibition and IC50 value.. All five salicylic acid derivatives exhibit inhibitory effects towards the growth of HT-29 colorectal cancer cells. The IC50 value obtained are as follows; methyl salicylate: 117,941 μg/mL, ethyl salicylate: 6,657 μg/mL, butyl salicylate: 58,851 μg/mL, isoamyl salicylate: 187,923 μg/mL, octyl salicylate: 116,545. Ethyl salicylate is classified as an active anticancer compound, butyl salicylate is a moderately active compound. The rest are weakly active anticancer compounds. There is no correlation between compound length and anticancer activity, although there might be one with compound structure.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamba, Ernawaty
Abstrak :
Berdasarkan data USA-bureau of the Cencus Indonesia akan mengalami peningkatan warga lansia antara tahun 1990-2025 sebesar 414%. Selain ituusia harapan hidup juga meningkat dari 55,4 tahun pada tahun 19&4, menjadi 67 tahun pada saat ini. Dengan demikian beban negara akan bertambah, oleh karena sejalan dengan peningkatan usia, akan tcrjadi peningkatan ris.iko penyakit degcneratif pada lansia, diantaranya adalah penyakit kanker. Kanker kolorektal merupakan salah jenis penyakit kanker yang serlng timbul pada lansia, dan dihubungkan dengan tingginya beberapa parameter karakteristik seperti mutagen dan beberapa enzim bakteri di feses, Perubahan enzim bakteri tersebut dihubungkan dengan terjadinya perubahan mikroflora di saluran pencemaan pada lansia. B glukutonldase dan glukosidase berperan pada perubahan prokarsinogen menjadi karsinogen, Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang saiah satu manfaatnya adaiah menghambat pertumbuhan kunker mclalui mekanisme penekanan terhadap pertumbuhan fl pre-post Jest. Pengambilan sampel adalah secara random tcrhadap populasi lansia di Panti Werdha yang telah memenuhi kriteria. Analisa data diial-ukan dengan uji t-test dan regresi tinier ganda. Variabel independen lainnya adalah asupan makanan, yaitu karbohidrat, lemak, protein dan serat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian susu probiotik yang mengandung 10 cfu bakteri Leuconostoc mesenteroides, hanya menaikkan bakteri asam laktat, menurunkan total bakteri aerob dan an aerob menurunkan enzim j}-glukosidase. Berdasarkan penelitian ini maim disarankan pemberian probiotik untuk lansia sebagai salah satu upaya pencegahan kanker kolorektal yang sering timbul pada lansia. Oleh karena penelitian ini menunjukkan hanya penurunan aktivitas enzim (} glukuronidase yang dipengaruhi oleh konsumsi probiotik, maka perlu dilakukan penclitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh probiotik terhadap hitung bakteri dan enzim lainnya.
From the data which belongs to US-bureau of Census, Indonesia's old people will increase at 1990-2025 for about 414%. Beside that fact. !he age of risk to live is also increase from 55.4 years old in 1984 get into 67 years old until this time. Because of this fact, the burden for country will also increase, because if there are any increases of age to live, it will a1oo make the risk to affected by degenerative disease will increase. such as cancer. Colorectal cancer is one of most cancer kind that often to get into old people, and connected to the advance of some characteristic of parameter, such as mutagen and some bacteria enzymes in feces. Any exchanges of the bacteria enzymes is connecting with any micro flora exchange in the old man's intestine. fl-glucuronidasc and p glucosidasc a role in any procarsinogen exchange inm carsinogen. Probiotic is alive organism that has many advantages such asto decrease the works of cancer by using decreasing mechanism slowing the growth of cancer to the old people who lives in the house of the old. This experiment is experimental with the desain pre-post test. The process to take the sampic by random way with the old people population. Analyse of data will be done with the result of-test. The other independent variable is food substance.such as carbohydrates , proteins, fats, and fiber substances. The result tells us that giving prebiotic milk with Leuconostoc mesenteroides inside of the milk, wilt only increase the acid lactat bacteria, decrease the total of aerob and anaerob bacteria, and decrease the f)-glucosidase. With this result, so probiotic can use as one of our choice to consume for decrea-re the risk of colorectal cancer. Because the experiment only show the decrease of fl­ glucuronidase enzyme activity which affect with prebiotic consume, so we need make other experiment to see the influence of bactery counting and other enzymes.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T21028
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiya Juwita Hanum
Abstrak :
Berdasarkan data Global Burden of Cancer GLOBOCAN tahun 2012 diperkirakan terdapat 8.2 juta kematian akibat kanker di seluruh dunia, 65 diantaranya berada di negara berkembang. Registrasi kanker memiliki peran penting dalam upaya perencanaan dan evaluasi program penanggulangan kanker di masa yang akan datang. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM telah ditetapkan sebagai pusat pengendali data kanker Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini memaparkan profil kanker Wilayah Jakarta Timur tahun 2008 - 2012 berdasarkan data kanker yang terhimpun di RSCM. Didapatkan 3748 pasien kanker yang berdomisili di Jakarta Timur dengan rasio laki - laki dan perempuan 1 : 1.9. Mayoritas pasien berada pada kelompok usia 45-54 tahun. Sebagian besar pasien datang pada stadium lanjut yaitu stadium 3 dan 4. Pada kedua jenis kelamin frekuensi kanker tersering adalah kanker payudara, diikuti kanker serviks uteri, keganasan sistem hematopoetik dan retikuloendotelial, kanker nasofaring serta kanker paru dan bronkus. Urutan kanker tersering pada laki - laki adalah kanker nasofaring, keganasan sistem hematopoetik dan retikuloendotelial, kanker paru dan bronkus, duktus bilier intrahepatik dan hati serta kanker kelenjar getah bening. Sementara pada perempuan lima penyakit kanker tersering adalah kanker payudara, kanker serviks uteri, kanker ovarium, keganasan sistem hematopoetik dan retikuloendotelial serta kanker kelenjar tiroid. ...... Global Burden of Cancer GLOBOCAN 2012 estimated there were 8.2 million cancer deaths worldwide, 65 of them were in developing countries. Cancer registration had an important role in planning and evaluating cancer control program in the future. Based on Indonesian Minister of health decree, Cipto Mangunkusumo Hospital was determined as Cancer Registry Control Center in DKI Jakarta Province. This study aims to report Cancer Profile in East Jakarta 2008 2012 based on RSCM Data. There were 3748 cancer patient who live in East Jakarta, with male and female ratio of 1 1.9. Most of them are between 45 54 years old. The majority of patients came to health providers with advanced stage stage 3 and 4. At both sexes the most frequent cancer are breast cancer, followed by cervical cancer, hematopoietic and reticuloendothelial system malignancy, nasopharyngeal cancer and lung and bronchial cancer. The five most common cancer in men are nasopharyngeal cancer, hematopoietic and reticuloendothelial system malignancy, lung and bronchial cancer, liver and intrahepatic bile duct and lymph node cancer. While in women, they are breast cancer, cervical cancer, ovarian cancer, hematopoietic and reticuloendothelial system malignancy and thyroid gland cancer. cancer, cancer profile, cancer registration, East Jakarta
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>