Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurmala Selly Saputri
"Pendahuluan: Data lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan cakupan pemeriksaan antenatal di Indonesia. Selain itu lebih dari 75 persen ibu telah menerima tablet besi selama kehamilan. Namun, tren penurunan kematian neonatal di Indonesia justru mengalami perlambatan bahkan cenderung tetap.
Tujuan: Mempelajari pengaruh suplementasi tablet besi dan pemeriksaan antenatal dengan kejadian kematian neonatal di Indonesia.
Metode: Analisis multivariabel dengan regresi logistik ganda pada semua responden dengan riwayat kelahiran anak terakhir yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun sebelum survei. Didapatkan 198 kematian neonatal pada 15.126 kelahiran hidup tunggal.
Hasil: Suplementasi tablet besi pada ibu hamil memberikan proteksi pada kejadian kematian neonatal. Ternyata, ada beda pengaruh suplementasi tablet besi pada ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal dan tidak melakukan pemeriksaan antenatal. Pengaruh yang tidak mengonsumsi tablet besi dapat meningkatkan odds kematian neonatal 1,4 lebih besar pada ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal sedangkan pengaruh tidak dapat suplementasi tablet besi pada ibu hamil meningkatkan odds kematian neonatal 13,4lebih besar pada ibu yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal. Interaksi tersebut menunjukkan pengaruh yang sangat kuat dari suplementasi tablet besi pada ibu hamil di Indonesia terhadap kematian neonatal.
Simpulan & Saran: Suplementasi tablet besi pada ibu hamil sangat penting dalam menurunkan kematian neonatal di Indonesia. Diperlukan upaya khusus agar setiap wanita hamil di Indonesia mengosumsi tablet besi selama kehamilannya. Prioritas lain adalah program yang mampu mengurangi kejadian anemia pada wanita sejak remaja.

Background: Data in the last five years shows an increase in antenatal care coverage in Indonesia. In addition, more than 75 percent mothers had received iron tablets during pregnancy. However, the neonatal mortality trend in Indonesia experienced a slowdown even stagnant. Moreover, coverage of neonatal mortality in infant mortality has increased over time.
Objective: The objective of this study is to determine influenceof iron tablets supplementation and antenatal care with neonatal mortality in Indonesia.
Methods: Multivariable analysis with logistic regression is used to analyze the most recently born infant in five years. The analysis finds 198 neonatal deaths in 15.126 single live births.
Result: Iron tablets supplementation on pregnant women reduce risk on neonatal mortality. Apparently, there are different influences of iron tablets supplementation in mothers who perform and not perform antenatal care. The odds ratio of not taking iron tablets increase the risk of neonatal death 1.4 times higher for mothers with antenatal care while the influence not taking iron tablet supplementation in pregnant women increases the risk of neonatal mortality of 13.4 times higher for mothers with no antenatal care. The interaction shows a very strong influence of iron tablets supplementation to pregnant women against neonatal mortality in Indonesia.
Conclusion & suggestion: Iron tablets supplementation gives important role to pregnant women in reducing neonatal mortality in Indonesia. Special efforts are needed so that every pregnant woman in Indonesia takes iron tablets during pregnancy. Another priority is a program that is able to reduce anemia in women as a teenager. Suggestion: Need a special effort to reduce anemia in pregnant women with iron tablets supplementations since girls start adolescence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Arianty
"Angka Kematian Bayi masih menjadi masalah kesehatan yang belum teratasi. Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi, SDGs memiliki target pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi yang dapat dicegah, melalui Kematian Neonatal. Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Post Neonatal (AKPN) di Indonesia menurun lambat dan masih relatif tinggi.  AKN dan AKPN di Indonesia belum mencapai target prioritas SDGs yaitu 12 kematian per 1000 kelahiran hidup. Belum diketahui faktor determinan strategis kematian neonatal dan postneonatal. Tujuan penelitian ini ialah untuk menilai determinan strategis pada faktor sosial dan lingkungan, faktor program kesehatan, dan faktor maternal dan neonatal terhadap kematian neonatal dan postneonatal di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari Survei Penduduk Antar Sensus 2015 (SUPAS 2015) dan Potensi Desa 2014 (Podes 2014). Populasi penelitian ialah seluruh blok sensus yang memiliki wanita usia subur (15-54 tahun) dan terdaftar dalam SUPAS 2015 dan PODES 2014.  Variabel independen yang digunakan ialah faktor ibu, sosial ekonomi, lingkungan, dan kontrol kesehatan. Variabel dependen yang digunakan AKN dan AKPN. Analisis data yang digunakan ialah Log-Linier Model Multivariat dengan desain Cross-sectional. Determinan strategis kematian neonatal ialah faktor maternal dan neonatal yaitu jarak kelahiran dan proporsi paritas 4+, masing-masing meningkatkan AKN=50% dan 22%. Faktor sosial dan lingkungan yaitu wilayah, pendidikan, status ekonomi, dan sumber air minum, masing-masing meningkatkan AKN=21%;  9%; 8%; dan 6%. Faktor program kesehatan yaitu densitas populasi dukun bayi desa meningkatkan AKN= 5%. Densitas populasi RS kabupaten, dan puskesmas kecamatan dengan masing-masing dapat menurunkan AKN 7% dan 5%. Determinan strategis kematian postneonatal ialah faktor maternal dan neonatal yaitu jarak kelahiran dan proporsi paritas 4+ masing-masing meningkatkan AKPN 32% dan 22%. Faktor sosial dan lingkungan yaitu wilayah Luar Jawa-Bali, sosial ekonomi, dan pendidikan dengan masing-masing meningkatkan AKPN 22%; 10%; dan 9%. Faktor program kesehatan yaitu densitas populasi dukun bayi desa,  dokter kecamatan, puskesmas kecamatan, rumah sakit kabupaten, dan bidan desa. Densitas populasi dukun bayi desa meningkatkan AKPN=7%. Densitas populasi dokter kecamatan, puskesmas kecamatan, rumah sakit kabupaten, dan bidan desa dapat menurunkan AKPN masing-masing 8%; 6%; 5%; 4%.Kematian neonatal lebih mempengaruhi terhadap faktor endogen yaitu jarak kelahiran. Sedangkan kematian postneonatal lebih mempengaruhi terhadap faktor eksogen yaitu status ekonomi, pendidikan ibu, densitas populasi dukun desa, densitas populasi dokter kecamatan, densitas populasi puskesmas kecamatan, dan densitas populasi bidan desa. Maka, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan program keluarga berencana dengan meningkatkan kebutuhan kontrasepsi dan meningkatkan akses layanan kontrasepsi. Dengan demikian, Indonesia dapat meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi yang tujuannya untuk mengatur jarak kelahiran sebelumnya.

Infant mortality is still an unsolved health problem. To reduce the Infant Mortality Rate, the SDGs have a target by 2030 to end preventable infant mortality, through Neonatal Mortality. The Neonatal Mortality Rate (NMR) and Post Neonatal Mortality Rate (PNMR) in Indonesia had declined slowly and were still relatively high. NMR and PNMR in Indonesia have not yet reached the SDGs priority target of 12 deaths per 1000 live births. The strategic determinants of neonatal and postneonatal mortality were unknown. The purpose of this study was to assess strategic determinants of social and environmental factors, health program factors, and maternal and neonatal factors on neonatal and postneonatal mortality in Indonesia. This study used data from the 2015 Inter-Census Population Survey (SUPAS 2015) and 2014 Village Potential (Podes 2014). The study population was all census blocks that had women of childbearing age (15-54 years) and registered in the 2015 SUPAS and 2014 PODES. The independent variables used were maternal, socioeconomic, environmental, and health control factors. The dependent variable used was NMR and PNMR. Analysis of the data used was a Multivariate Log-Linear Model with a cross-sectional design. The strategic determinants of neonatal mortality was maternal and neonatal factors, namely birth distance and the proportion of parity 4+, increasing NMR=50% and 22%, respectively. Social and environmental factors, namely region, education, economic status, and unprotected water sources, each increase the NMR=21%; 9%; 8%; and 6%. The health program factor, namely high village traditional birth attendant density, increases NMR= 5%. The population density of district hospitals and sub-district health centers can reduce NMR by 7% and 5%, respectively. The strategic determinants of postneonatal mortality was maternal and neonatal factors, namely birth spacing and the proportion of parity 4+ which increase PNMR by 32% and 22%, respectively. Social and environmental factors, namely the outside Java-Bali region, socio-economic, and education with each increasing the PNMR 22%; 10%; and 9%. The health program factors are the population density of traditional birth attendants, sub-district doctors, sub-district health centers, district hospitals, and village midwives. The population density of traditional birth attendants increases the PNMR=7%. The population density of sub-district doctors, sub-district health centers, district hospitals, and village midwives can reduce PNMR by 8% each; 6%; 5%; 4%. Neonatal mortality was more influenced by endogenous factors, namely birth spacing. Meanwhile, postneonatal mortality was more influenced by exogenous factors, namely economic status, mother's education, population density of village traditional attendants, population density of sub-district doctors, population density of sub-district health centers, and population density of village midwives. So, it is hoped that the government can improve family planning programs by increasing the need for contraception and increasing access to contraceptive services. Thus, Indonesia can increase the prevalence rate of contraception with the aim of regulating the spacing of previous births."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trivanie Sherly Elona
"Angka kematian neonatus yang tinggi dengan jumlah 19 per 1000 kelahiran hidup masih menjadi masalah di Indonesia. Cara persalinan dan evaluasi kondisi awal kehidupan bayi melalui Apgar score merupakan hal yang sangat penting untuk peningkatan pelayanan, dan kualitas kesehatan ibu dan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi melahirkan pervaginam dan perabdominal dan mengetahui hubungan cara persalinan dengan Apgar score neonatus. Desain penelitian adalah studi potong lintang (cross-sectional) dengan data sekunder dari rekam medik pasien melahirkan di rumah sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2011 (n=2238). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persalinan perabdominal lebih sering dilakukan (54,4%) daripada persalinan pervaginam (45,5%). Apgar score menit pertama yang baik sebanyak 88,7%, dan buruk sebanyak 11,3%. Hampir seluruh Apgar score menit kelima (96,4%) memiliki jumlah nilai ≥ 7. Uji Chi-square menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara Apgar score buruk menit pertama dengan cara melahirkan (p=0,072), tetapi didapatkan perbedaan bermakna antara Apgar score buruk menit kelima dan cara melahirkan (p=0,004). Disimpulkan bahwa cara persalinan berhubungan dengan Apgar score menit kelima.

High neonatal mortality rate 19 per 1.000 live births is one of the health problems in Indonesia. Mode of delivery, and early evaluation of neonatal condition after birth by Apgar score are important to increase the service and quality of maternal and child health. The purpose of this study was to acknowledge the proportion of vaginal and abdominal deliveries, and the relationship between mode of delivery and neonatal Apgar score. A cross-sectional study of 2,238 data from medical record was conducted to obtain sociodemographic characteristic, mode of delivery, and Apgar score at National General Hospital of Cipto Mangunkusumo. Among the data, abdominal delivery was more done than vaginal one (54,4% and 45,5%, respectively). Good first-minute Apgar score was higher (88,7%) than the bad one (11,3%). Most data showed that fifth-minute Apgar score was good (96,4%). There was relation between mode of delivery and fifth-minute Apgar score (p=0,004). Although the mode of delivery and first-minute Apgar score had no relation (p=0,072). This study showed that the mode of delivery had correlation with fifth-minute Apgar score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Coraima Okfriani
"Indonesia menjadi salah satu negara dengan AKN paling tinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 17 per 1000 kelahiran hidup. Pulau Jawa merupakan pulau yang dihuni lebih dari setengah penduduk Indonesia dengan jumlah kematian neonatal dini di Pulau Jawa paling tinggi se Indonesia berdasarkan laporan SDKI 2012. Selain itu dua provinsi di antaranya memiliki AKN di atas AKN nasional yaitu Banten dan Jawa Tengah. Kematian neonatal disebabkan oleh berbagai faktor yaitu sosiodemografi pelayanan kesehatan karakteristik bayi lahir dan riwayat komplikasi ibu. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal di Pulau Jawa tahun 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2012 dengan jumlah sampel yang digunakan adalah 3662 sampel. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kematian neonatal dengan ibu yang berpendidikan rendah hubungan kematian neonatal dengan paritas ge 3 anak dan hubungan kematian neonatal dengan BBLR
Indonesia is one of country that has the highest NMR in Southeast Asia amounted to 17 per 1000 live births. Java island is a home to more than half population of Indonesia with the highest number of early neonatal mortality based on IDHS 2012 report. Moreover two provinces in Java Island Banten and Central Java have NMR above national. Neonatal mortality caused by multifactors for examples sociodemographic health care newborn characteristics and mother's complication history. According to that this study aims to know about the factors related to neonatal mortality in Java island in 2012 based on IDHS 2012 report. Method used secondary data analysis from IDHS 2012 report with numbered of sample are 3662. The results are there is association between association between neonatal mortality with low mother's education association between neonatal mortality with parity ge 3 kids and association between neonatal mortality with low birth weight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60309
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Hidayah
"[ABSTRAK
Latar belakang: Hipotermia pada bayi baru lahir (BBL) masih merupakan masalah utama dan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas. Angka kejadian hipotermia pada BBL rujukan saat datang di rumah sakit masih tinggi.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara hipotermia saat masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan mortalitas pada BBL rujukan di RSUD Dr. Moewardi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi. Pengumpulan data dilakukan pada 1 Januari sampai 31 Maret 2015 terhadap pasien BBL rujukan.Variabel tergantung adalah mortalitas dan variabel bebas meliputi umur kehamilan, berat lahir, sepsis, gangguan napas berat, dan suhu saat masuk IGD. Data dianalisis dengan menggunakan metode chi-square dan regresi logistik dengan nilai p<0,05 dan 95 % Confidence Interval (CI).
Hasil: Didapatkan 56 BBL rujukan dengan angka kejadian hipotermia 60,7% dan mortalitas 19,6%. Dari analisis chi-square didapatkan variabel umur kehamilan dan berat lahir tidak memenuhi syarat analisis multivariat (p>0,25). Dari analisis multivariat regresi logistik didapatkan gangguan napas berat berhubungan dengan mortalitas pada BBL rujukan yang secara statistik tidak bermakna (OR=5,250; IK 95%=0,894-30,820). Setelah dilakukan analisis multivariat regresi logistik untuk mendapatkan OR terkontrol didapatkan hubungan yang bermakna antara suhu saat masuk IGD (OR=11,04; IK 95%=1,180-103,274) dan sepsis (OR=8,028; IK95%= 1,650-39,053) dengan mortalitas BBL rujukan.
Simpulan: Angka kejadian pada BBL rujukan hipotermia masih tinggi. Hipotermia saat masuk IGD dan sepsis merupakan faktor risiko mortalitas pada BBL rujukan.

ABSTRACT
Background.Hypothermia still as a mayor cause of neonatal morbidity and mortality. The incidence of hypothermia on admission is high.
Objective. To analyzed the risk of mortality associated with hypothermia on admission in newborns reffered to Moewardi hospital
Methods.A cohort prospectif study of neonate referred at Moewardihospital from January 1st to March 31st, 2015. Analyzed variables were gestational age, birth weight, septicaemia, severe respiratory distress and temperature on admission. Data were analyzed by chi-square and logistic regretion with 95% confidence interval (CI)
Results. Out of 56 neonates referred, the incidence of hypothermia was 60,7% and mortality was 19,6%. Gestational age and birth weightwere not significant associated with neonates referred mortality (p>0,25). Multivariat logistic regression analysis revealed that severe respiratory distress was not statistically significant associated with neonates referred mortality (OR=5,250; 95% CI =0,894-30,820). Multivariat logistic regression analysis revealed that hypothermia on admission (OR=11,04; 95% CI= 1,180-103,274) and septicaemia [OR=8,028; 95% CI=1,650-39,053) were statistically significant associated with neonates referred mortality.
Conclusion. The incidence of hypothermia on admission is high. Hypothermia on admission to be a risk factor for neonatal mortality., Background.Hypothermia still as a mayor cause of neonatal morbidity and mortality. The incidence of hypothermia on admission is high.
Objective. To analyzed the risk of mortality associated with hypothermia on admission in newborns reffered to Moewardi hospital
Methods.A cohort prospectif study of neonate referred at Moewardihospital from January 1st to March 31st, 2015. Analyzed variables were gestational age, birth weight, septicaemia, severe respiratory distress and temperature on admission. Data were analyzed by chi-square and logistic regretion with 95% confidence interval (CI)
Results. Out of 56 neonates referred, the incidence of hypothermia was 60,7% and mortality was 19,6%. Gestational age and birth weightwere not significant associated with neonates referred mortality (p>0,25). Multivariat logistic regression analysis revealed that severe respiratory distress was not statistically significant associated with neonates referred mortality (OR=5,250; 95% CI =0,894-30,820). Multivariat logistic regression analysis revealed that hypothermia on admission (OR=11,04; 95% CI= 1,180-103,274) and septicaemia [OR=8,028; 95% CI=1,650-39,053) were statistically significant associated with neonates referred mortality.
Conclusion. The incidence of hypothermia on admission is high. Hypothermia on admission to be a risk factor for neonatal mortality.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarinah Bintang
"Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia konstan pada 19 per 1.000 kelahiran hidup. Walaupun mengalami penurunan namun tergolong lambat dibandingkan angka
kematian bayi dan balita. Kelahiran kembar merupakan salah satu faktor risiko dari kematian neonatal. Risiko yang ditimbulkan mencapai 6 kali dibandingkan kelahiran
tunggal. Kemungkinan terjadinya peningkatan angka kelahiran kembar, dan risiko tinggi yang ditimbulkan, dapat menjadi ancaman bagi upaya penurunan kematian
neonatal di Indonesia. Studi ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengetahui proporsi kelahiran kembar, dan hubungan antara kelahiran kembar dengan kematian neonatal. Populasi studi melibatkan seluruh anak lahir hidup pada tahun 2007-2012 dari wanita usia subur (15-49 tahun). Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, diperoleh sampel sebanyak 15.083. Hasil studi menunjukkan angka kelahiran kembar di
Indonesia sebesar 14 per 1.000 kelahiran, meningkat dari hasil studi sebelumnya 7,2 per 1.000 kelahiran pada tahun 1997-2007, dan ada hubungan bermakna antara kelahiran
kembar dengan kematian neonatal dengan nilai POR 2,39; 95% CI 1,43-4,01; p-value 0,00, setelah dikontrol variabel paritas dan berat bayi lahir. Anak kembar berisiko tinggi karena cenderung lahir dengan berat bayi lahir rendah, oleh karena itu ibu dengan kehamilan kembar harus memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan serta perlu membatasi jumlah anak.

Neonatal Mortality Rate in Indonesia is a constant at 19 per 1,000 live births. Although decreased, but relatively slow compared to infant and under-five mortality rates.
Multiple birth is one of the risk factors for neonatal death. The risk of neonatal mortality for multiple births reached 6 times compared to singleton. The likelihood of increased multiple births and the high risk posed could cause a threat to efforts of reducing neonatal mortality in Indonesia. This study used Indonesia Demographic Health Survey with cross sectional design. The aim is to determine the proportion of multiple births, and to analyze association of multiple births and neonatal mortality. The study population involved 15.083 children born alive in 2007-2012, from women of reproductive age. As results, the rate of multiple births in Indonesia by 14 per 1,000 births, increased from previous study 7,2 per 1.000 births in 1997-2007. There was a significant association between multiple births with neonatal mortality, POR 2,39; 95% CI 1,43-4,01; p-value 0,00, after controlled parity and birth weight. Twins tend to be born with low birth weight, so mothers with multiple pregnancy should meet nutritional needs during pregnancy and need to limit the number of children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Adya Cahyani
"Inisiasi Menyusui Dini (EBI) di Indonesia, sebagai upaya optimalisasi eksklusif menyusui dan mengurangi kematian neonatal, menunjukkan peningkatan cakupan pada 2017 sebesar 57%. Meskipun demikian, masih ada kesenjangan di beberapa provinsi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasinya di Indonesia. Ini kuantitatif Penelitian dengan desain cross-sectional didasarkan pada data sekunder SDKI pada tahun 2017. The Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan dengan persalinan normal metode 2,3 kali (95% CI: 1,79 - 2,84; p-value = 0,000) lebih mungkin untuk dilakukan lebih awal inisiasi menyusui dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan operasi caesar metode. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviani
"BBLR merupakan salah satu kontributor terbesar terhadap morbiditas dan mortalitas bayi termasuk kematian neonatal. Penelitian ini bertujuan mengetahui besar hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian neonatal dini di Indonesia setelah dikontrol dengan variabel faktor ibu dan pelayanan kesehatan. Desainstudi penelitianini kasus kontrol (1:4) denganmenggunakandatasekunder Riskesdas 2010. Jumlah sampel dalampenelitian ini adalah 720. Metode analisis yangdigunakanRegresi LogistikGanda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Besar Hubungan BBLR dengan kejadian Kematian Neonatal Dini setelah dikontrol oleh variabel lain (tingkat pendidikan ibu, status ekonomi ibu, frekuensi ANC dan komplikasi kehamilan) serta dikontrol pula oleh BBLR yang berinteraksi dengan tingkat pendidikan ibu adalah 22,840 (95% CI : 8,671 – 60,162). Diperoleh dua OR dari hasil perhitungan ORinteraksi yaitu OR11 sebesar 23,028 (95%CI : 18,936-27,121) danOR11 sebesar 22,851(95%CI : 18,759–26,944).
Untuk menurunkan kejadian kematian neonatal dini adalah menurunkan kejadian BBLR melalui deteksi dini (pemeriksaan ANC), meningkatkan frekuensi ANC, ibu yang memiliki komplikasi kehamilan wajib melakukan persalinan di sarana pelayanan kesehatan yang adekuat, penyuluhan dan konseling pada ibu hamil berisiko tinggi dan pendidikan rendah, pemberdayaan ekonomi keluarga yang berstatus ekonomi rendah.

LBWis a factor which acts as main contributor to infant morbidity and mortality including neonatal mortality. Aim of this study is to identify the association between LBW to early neonatal mortality in Indonesia after controlling the variabel factors of characteristics of the mother and health services. Design of study is case control (1:4) and utilize secondary Riskesdas 2010 data. We apply logistic Regression method in this study analyze. Simple size are720.
Study results indicates the closed association between LBW to early neonatal mortality even after contolling the variables, education level and economic status of mother, frequency of ANC visits, complication during related pregnancy and olso the interaction variables of LBW to education level of mother, OR=22.840 (95%CI : 8,671–60,162). Ther a are two OR based on interaction analyze (OR11 = 23,028 (95%CI : 18,936-27,121) and OR11 = 22,851 (95%CI : 18,759 - 26,944).
There are alternative activities that might be implemented in order to decrease early neonatal mortality such as : decline LBW through early detection (ANC examination), increasing frequency of ANC visits, mother who experiance complication during pregnacy are obligated to do delivery in adequat health services, promotion and conseling to high risk pregnant women whom have low education, health insurance (Jamkesmas) and family economic empowerment to mother swho have low income.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Anwarid Ardans Pratama
"Bayi usia dibawah satu bulan termasuk kedalam kategori usia dengan risiko gangguan kesehatan paling tinggi, risiko tersebut dapat berakibat fatal yaitu kejadian kematian apabila tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Kematian neonatal di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat tersebut pada tahun 2022 mencapai 38,38% dari jumlah kematian neonatal pada tingkat nasional. Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama 4 tahun cenderung meningkat, dengan peningkatan terbesar terjadi di Tahun 2022 dengan peningkatan sebesar 16% dibandingkan Tahun 2021. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan AKN yang dipengaruhi oleh kondisi spasial di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2022. Penelitian berdesain studi ekologi dengan unit analisis 105 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang dianalisis merupakan data agregat yang bersumber dari data sekunder berupa Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2022 dan hasil Susenas Tahun 2022 yang dipublikasikan oleh BPS. Pemodelan dengan metode GWR diketahui bahwa dari 6 variabel yang dianalisis dalam model, terdapat 3 variabel yang berpengaruh signifikan secara statistik dengan AKN yaitu variabel BBLR, kerapatan jalan, dan KN lengkap.

Babies aged under one month are included in the age category with the highest risk of health problems, this risk can have fatal consequences, namely death if they do not receive adequate health services. Neonatal deaths in Central Java Province, East Java Province and West Java Province in 2022 will reach 38.38% of the number of neonatal deaths at the national level. In the Yogyakarta Special Region Province, it has tended to increase over the past 4 years, with the largest increase occurring in 2022 with an increase of 16% compared to 2021. The aim of this research is to determine the determinants of AKN which are influenced by spatial conditions in the Provinces of Central Java, East Java, Java West and Special Region of Yogyakarta in 2022. The research has an ecological study design with analysis units of 105 districts/cities in the Provinces of Central Java, East Java, West Java and the Special Region of Yogyakarta. The data analyzed is aggregate data sourced from secondary data in the form of the 2022 Provincial Health Profile and the results of the 2022 Susenas published by BPS. Modeling using the GWR method shows that of the 6 variables analyzed in the model, there are 3 variables which have a statistically significant effect on AKN are the variables LBW, road density, and complete neonatal visit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triseu Setianingsih
"Di Indonesia Angka kematian neonatus masih belum mengalami penurunan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 yaitu 19/1000 KH (SDKI,2012).Sebagian besar kematian neonatal yang terjadi setelah 6-48 jam pasca kelahiran dapat dicegah dengan perawatan bayi baru lahir yang tepat dan dimulai segera setelah melahirkan melalui Kunjungan neonatal pertama (KN1) yang adekuat dan sesuai standar (WHO,2012). Namun kualitas pelayanan KN1 masih belum sesuai dengan target yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara multivel faktor-faktor yang mempengaruhi Kunjungan neonatal pertama dari berbagai level.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan didukung oleh penelitian kualitatif. Sampel yang digunakan untuk masing-masing level adalah 1014 ibu bayi untuk level 1, 95 orang pengelola desa untuk level desa, 51 pengelola Program kesehatan anak Puskesmas untuk level 3 dan 13 pengelola Program kesehatan anak kabupaten untuk level 4 yang ada di 8 Propinsi di Indonesia. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat, bivariat, multivariat dengan Regresi Logistik dan permodelan Multilevel dengan menggunakan analysis multilevel regression logistic random intercept model dengan menggunakan Program Stata 14.0. Metode triangulasi digunakan dalam studi kualitatif untuk menjaga validitas data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa capaian KN1 askes sebesar 47.5% lebih tinggi dibanding KN1 berkualitas yaitu 29.3 %. Hasil pemodelan multilevel menunjukkan bahwa variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap KN1 Akses dan kualitas adalah Penolong persalinan dengan PValue.0.000 dan OR=3.359 untuk KN1 akses dan PValue 0.04 dan OR = 3.035 untuk KN1 kualitas. Pada permodelan akhir, secara bersama-sama kontribusi semua level pada KN1 akses sebesar 57.27 % sedangkan untuk KN1 kualitas sebesar 87.76%. Berdasarkan penerapan manajemen mutu total sebagian besar 52.6 % Puskesmas berada pada fase 2 dan Level 2 yaitu masih berorientase ke Proses belum mengarah ke penerapan Total manajemen mutu (TQM). Penelitian ini menunjukkan kesesuaian pola hubungan antara enabler dan result sesuai pola dalam EFQM model.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan kabupaten dan Kementerian Kesehatan, untuk mengupayakan dan menjamin keberadaan dan pendistribusian bidan di setiap desa dan mengoptimalkan perencanaan tenaga kesehatan (bidan) sesuai PMK N0.33 Tahun 2015. Disarankan kepada Puskesmas untuk mengupayakan kontak antara petugas kesehatan dengan ibu bayi sebelum kelahiran bayi untuk meningkatkan akses pada periode berikutnya yaitu KN1. Perlu adanya kerjasama dan kemitraan yang baik antara puskesmas dengan pengelola desa untuk menguatkan keberdayaan desa dalam bidang kesehatan sehingga pada level individu ibu menjadi lebih berdaya dan memiliki peluang yang besar untuk membawa anaknya dalam pelaksanaan KN1 , selain itu untuk meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas perlu adanya supervisi dan penerapan SMM (Sistem Manajemen Mutu) Puskesmas misalnya melalui penerapan ISO untuk menjamin Pelayanan Prima dan pengelolaan Puskesmas yang berkualitas.

Neonatal mortality rate in Indonesia is still experiencing a decrease from 2007 up to 2012, namely 19/1000 KH (IDHS, 2012) .Most of neonatal deaths that occur after 6-48 hours after birth can be prevented with newborn care is appropriate and started soon after birth through the first neonatal visit (KN1) adequate and appropriate standards (wHO, 2012). However KN1 service quality still does not meet the expected target.
This study aims to analyze multivel factors affecting neonatal visit was the first of a variety of levels. This research is a quantitative research was supported by qualitative research. The sample used for each level is 1014 mothers of infants to level 1, 95 managers of the village to the village level, 51 managers of health programs Child Health Center for level 3 and 13 managers Program child health districts to level 4 in 8 Provinces in Indonesia , The data analysis was done through univariate, bivariate, and multivariate logistic regression modeling Multilevel analysis using multilevel logistic regression models with random intercept using the program Stata 14.0. Triangulation method used in a qualitative study to maintain the validity of the data.
The results showed that the achievement KN1 askes by 47.5% higher than the quality KN1 ie 29.3%. Multilevel modeling results indicate that the variables that most influence on KN1 Access and quality are labor Helper with PValue.0.000 and OR = 3.359 for KN1 access and pvalue 0:04 and OR = 3,035 for KN1 quality. At the end of the modeling, jointly contribute to the KN1 access all levels of 57.27% while for KN1 quality of 87.76%. Based on the application of total quality management largely PHC 52.6% are in Phase 2 and Level 2 is still berorientase to process not yet led to the implementation of total quality management (TQM). This study demonstrated the suitability of the pattern of relationships between enablers and the result according to the pattern in the model EFQM.
Suggested to the District Health Office and the Ministry of Health, to seek and ensure the presence and distribution of midwives in every village and optimize the planning of health professionals (midwives) in accordance PMK N0.33 Year 2015. It is suggested to contact the health center to seek health care workers with the baby's mother before birth baby to improve access in the next period that is KN1. The need for cooperation and partnership between local health centers with managers of the village to strengthen the empowerment of villagers in the health sector so that at the level of individual mothers become more empowered and have a great opportunity to bring his son in the implementation KN1, in addition to improving the quality of management of PHC need for supervision and implementation of QMS (quality Management System) health centers for example through the implementation of ISO to guarantee the quality Service and quality management of the health center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
D2194
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>