Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Kintan Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Setelah Oei Tiong Ham meninggal dunia, Oei Tiong Ham Concern diwariskan
kepada dua putranya, yaitu Oei Tjong Swan dan Oei Tjong Hauw. Tidak begitu
lama memimpin, Oei Tjong Swan kemudian mundur dari perusahaan sehingga
menjadikan Oei Tjong Hauw sebagai pemimpin tunggal Oei Tiong Ham Concern.
Aktivitas utama perusahaan ini sebelumnya bergerak dibidang perdagangan gula,
kemudian datangnya depresi ekonomi pada tahun 1930-an mempengaruhi bisnis
gula perusahaan ini. Perdagangan gula menjadi fluktuatif sehingga untuk
meminimalkan kerugian perusahaan ini memasuki bisnis baru, yakni pengolahan
karet. Berhasil bertahan melewati masa depresi, perusahaan ini kembali mendapat
tantangan pada masa pendudukan Jepang. Kontrol pemerintah Jepang membuat
Oei Tiong Ham Concern hanya dapat bertindak sebagai agen perdagangan saja.
Depresi ekonomi dan masa pendudukan Jepang memperlihatkan bagaimana Oei
Tiong Ham Concern mampu bertahan ditengah situasi yang berubah.
ABSTRACT
After Oei Tiong Ham died, Oei Tiong Ham Concern passed on to his two sons,
Oei Tjong Swan dan Oei Tjong Hauw. Not long preside, Oei Tjong Swan then
retreated from the company making Oei Tjong Hauw as the sole leader of Oei
Tiong Ham Concern. The prominent activities from this company previously
engaged in the sugar trade, then the arrival of the economic depression in the
1930s affect the company?s sugar business. The sugar trade became volatile so to
minimize the losses the company entering new business, i.e. rubber processing.
Managed to survived through a depression, the company again received a
challenge during the Japanese occupation. Japanese government controls make
Oei Tiong Ham Concern can only act as a trading agent alone. The economic
depression and Japanese occupation shows how Oei Tiong Ham Concern able to
survive amid the changing situations.
2017
S65857
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Desi Susanti
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perusahaan milik etnis Cina di Indonesia yang
dibangun pada masa kolonial Hindia Belanda yakni Oei Tiong Ham Concern.
Bisnis utama perusahaan ini adalah di bidang gula. Setelah proklamasi
kemerdekaan pada Agustus 1945, Oei Tiong Ham Concern menghadapi berbagai
masalah akibat kondisi ekonomi dan politik Indonesia yang berubah setelah
proklamasi kemerdekaan. Selama periode 1950-an, berbagai upaya dilakukan oleh
perusahaan guna beradaptasi terhadap perubahan zaman. Di tengah upayanya
tersebut, Oei Tiong Ham Concern harus menghadapi tuntutan hukum yang
diajukan oleh pemerintah Indonesia terkait pelanggaran devisa yang berujung
pada penyitaan dan perubahan besar terhadap perusahaan pada tahun 1964.
Skripsi ini diteliti menggunakan metode penelitian sejarah yang berdasarkan
sumber primer (seperti dokumen dan surat kabar sezaman) dan sekunder (jurnal,
buku, dll.).
ABSTRACT
This study is focusing on Oei Tiong Ham Concern, a company owned by Chinese.
This company was established during the Dutch colonial period with sugar as
their main commodity. After the proclamation of Indonesian independence in
August 1945, Oei Tiong Ham Concern encountered several problems due unstable
political and economic conditions. The company tried to adjust with Indonesia?s
policy, especially during the 1950s but their attempt was vain. Oei Tiong Ham
Concern had to face lawsuit filed by the Indonesian government related to foreign
exchange violations that led to confiscation of company?s asset and also enforce a
major changes at the company in 1964. This research based on archival source as
primary sources (e.g. documents, contemporary newspaper) and secondary
sources (e.g. journals, books, etc.).This study based on historical methods.
2017
S65856
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ningrum Apriliawati
Abstrak :
ABSTRAK
Oei Tiong Ham terlahir sebagai Cina peranakan di Semarang, bisnis gula yan ia rintis di kota kelahirannya itu, berhasil membawanya menjadi pengusaha terkaya atau multimilyuner terutama pada kurun tahun 1894_1924. Gula produksinya berhasil memasok 60% kebutuhan di Hindia Belanda pada masa itu. Jingga akhirnya Oei Tiong Ham mendapat julukan orang terkaya di antara Shanghai dan Australia, serta disebut juga sebagai Raja Gula dari Jawa. Lima pabrik gulanya yang tersebar di Pulau Jawa, banyak menyerap tenaga kerja pribumi, baik laki - laki maupun perempuan, bahkan anak _ anak untuk dipekerjakan sebagai buruh. Dipabrik dan perkebunan tebunya, tanah pribumi pun banyak pula yang disewanya. Dengan kata lain, perusahaan Oei Tiong Ham tidak sedikit memberikan pengaruh bagi kehidupan dan penghidupan rakyat pribumi pada masa itu.
Abstract
Oei Tiong Ham was born as an Indonesian born Chinese in Semarang. The sugar business that he developed in his hometown has successfully turned him to be the richest slash multibillionaire businessman especially in 1894-1924. His sugar has fulfilled the need of sugar in Hindia Belanda as much as 60 %. Later, Oei Tiong Ham was considered as the richest man in Shanghai and Australia, and won the title as the sugar tycoon from Java. At that time, 5 of his sugar factory spread throughout Java Island. The business absorbed many local workers. Men, women, and even children were working as laborer in his sugar factories and estates. Not only that, he also rented local people's land. In short, his company gave a quite big contribution to the life and livehood of local people at that time.
2010
S12521
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library