Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
O,Brien, Richard D.
Boca Raton: CRC Press, 2009
664.3 OBR f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Wulandari
Abstrak :
Pada penelitian ini, telah dibuat gemuk bio food grade berbasis turunan minyak kelapa sawit menggunakan thickener sabun kalsium kompleks, yang merupakan campuran sabun Ca-asetat dan Ca-hidroksi stearat dengan variasi rasio mol sabun Ca-asetat/Ca-hidroksi stearat = (0-6). Gemuk tersebut dibuat dengan tahapan saponifikasi di reaktor batch tertutup skala pilot (5kg), pendinginan di crystalizer dan homogenisasi di homogenizer. Parameter uji pelumas gemuk yang dilakukan yaitu uji dropping point (ASTM D-566), uji penetrasi (ASTM D-217), dan uji anti aus four ball (ASTM D-4172). Gemuk terbaik yang dihasilkan memiliki dropping point 324ºC, pada rasio mol Ca-asetat/Ca-hidroksi stearat 5:1. ......In this research, bio food grade grease based on derivative of palm oil by using calcium complex soap as thickening agent is synthesized. Grease thickener is a mixture of Ca-acetate and Ca-hydroxy stearate with mol ratio Ca-acetate/Cahydroxy stearate (0-6). Grease is synthesized in pilot scale closed batch reactor (5 kg), continued by cooling in crystalizer, and homogenizing in homogenizer. Grease performance tests done on greases in this research are dropping point test (ASTM D-566), penetration test (ASTM D-217), and four ball anti wear test (ASTM D-4172). The best grease product is resulted from mol ratio Caacetate/Ca-hydroxy stearate 5:1.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52179
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cyntiani
Abstrak :
Asam lemak adalah salah satu komponen penyusun minyak lemak. Komposisi asam lemak dalam minyak lemak berbeda satu dengan yang lain. Analisis dengan kromatografi gas secara langsung akan membutuhkan waktu analisis yang lama karena titik didih asam lemak yang sangat tinggi sehingga perlu dilakukan derivatisasi sebelum dianalisis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi analisis optimum asam laurat, asam oleat, dan asam palmitat agar diperoleh metode yang valid yang selanjutnya digunakan untuk menetapkan kadar minyak lemak dalam produk obat gosok. Derivatisasi dilakukan dengan metode esterifikasi Lepage menggunakan reagen metanol-toluen 4:1 (v/v) dan katalis asetil klorida. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas dengan kolom VB-wax (60 m x 0,32 mm), suhu kolom terprogram 170-190°C, kenaikan 20C/menit dan dipertahankan selama 3 menit. Suhu injektor dan suhu detektor masing-masing 230 dan 250°C; laju alir gas helium 1,2 ml/menit, volume penyuntikan 1,0 μl, dan dideteksi dengan detektor ionisasi nyala. Pada kondisi optimum waktu retensi laurat termetilasi adalah 4,32 menit dengan faktor ikutan 1,36. Waktu retensi palmitat termetilasi adalah 6,723 menit, faktor ikutan 1,32. Waktu retensi oleat termetilasi adalah 9,789 menit, faktor ikutan 1,44. Metode yang diperoleh valid dengan presisi (KV) antara 0,11-0,36%, dan uji perolehan kembali 98,22-102,00%. Sampel A mengandung minyak kelapa dengan kadar rata-rata 49,95% , sampel B mengandung minyak zaitun dengan kadar rata-rata 18,99% , sampel C tidak mengandung minyak lemak. ......Fatty acid is one of the components that builds up the structure of lipid such as fat and oils. Each fatty acid composition present in lipid is different with one and another. Direct analysis performed by means of gas chromatography will require longer analysis time due to relatively high melting point of fatty acids hence derivatization is to be conducted in advance. This research was performed to achieve optimum analytical condition in order to obtain valid method which is required for subsequent determination of fatty acid contents present in liniment products. Derivatization was conducted by Lepage esterification using reagent such as methanol-toluene 4:1 (v/v) and acetyl chloride which was served as catalyst. On the other hand, the analysis process was done by gas chromatography using VB-wax column (60m x 0.32mm), the temperature of the column was set at 170-190°C with the increase of 2°C and was kept for 3 minutes. The temperature of injector and detector were 230 and 250°C, respectively; the flow rate of helium was 1.2 ml/minute with 1.0μl injection volume and detected by flame ionization detector. At the optimum condition, the retention time of methylated lauric and palmitic were 4.32 minutes with tailing factor of 1.36 and 6.723 minutes with tailing factor of 1.36, respectively. Meanwhile, the retention time required for methylated oleic was 9.789 minutes tailing factor of 1.44. The acquired method was valid within precision (CV) of 0.11-0.36%, and the approximate result of recovery test was 98.22-102.00%. The average content of coconut oil in sample A was 49.95%, the average content of olive oil in sample B was 18.99 %, meanwhile sample C had no fatty oil.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42820
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Wiley, 1996
R 665 BAI
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1996
R 664.3 BAI
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1996
R 664.3 BAI
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Amien Rahardjo
Abstrak :
Salah satu bahan dielektrik cair, yaitu minyak trafo yang dipergunakan sampai saat ini adalah bahan isolasi yang berbasiskan minyak mineral yang sudah tentu potensi ketersediaanya makin menipis dan harganya kian meningkat. Disamping itu limbah minyak raja "tidak ramah" Iingkungan. Pada akhir-akhir ini ada kecenderungan unluk melakukan penelitian tentang potensi 'minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sebagai bahan isolasi cair. Oleh karena itu, dalam rangka usaha untuk menemukan bahan alternatif pengganti bahan isolasi cair (minyak trafo khususnya yang berbasis minyak mineral), maka pada tulisan ini disajiknn suatu stuck penelitian pendahuluan tentang potensi minyak kelapa sawit sebagai bahan isolasi cair (berbasis tumbuh-tumbuhan) yaitu penelitian pengaruh kenaikan temperatur terhadap karakterisktik tegangan tembus minyak goreng kelapa sawit. Dalam penelitian dilakukan pengujian tegangan tembus dari berbagai minyak goreng kelapa sawit produksi pabrikan dalam negeri serta minyak trafo sebagai pernbanding. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa tegangan tembus minyak goreng kelapa sawit tersebut lebih besar dari minyak trafo yaitu berkisar 124% - 148%. Disamping itu kandungan kadar lemak jenuh sangat berpengaruh terhadap tegangan tembusnya. Minyak dengan sedikit kandungan lemak jenuhnya memiliki tegangan tembus yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang banyak mengandung lemak jenuh. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa penelitian pendahuluan ini hasilnya cukup menggernbirakan dan diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk lebih meyakinkan potensi minyak kelapa sawit sebagai bahan alternatif pengganti dari bahan dielektrik atau isolasi cair yang berbasiskan minyak mineral.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T15020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arlina Desianti
Abstrak :
Minyak goreng menjadi bahan yang umum digunakan daiam proses pengoiahan berbagai jenis makanan, karena praktis sekaiigus makanan menjadi mudah dlcerna dan memberikan rasa gurih bagi makanan yang digoreng tersebut. Peneiitian ini bertujuan untuk memanfaatkan minyak goreng bekas pakai dari restoran siap saji, yaitu sebagai bahan baku pembuatan amida asam iemak. Awainya, diiakukan penentuan sifat fisikokimia dari minyak goreng belum pakai dan bekas pakai, hasilnya menunjukkan bahwa kualitas minyak goreng bekas pakai dari restoran siap saji masih cukup baik. Pada penentuan komposisi asam lemak penyusun trigiiserida dengan kromatografi gas, hasilnya menunjukkan bahwa minyak goreng yang digunakan pada peneiitian ini adalah benar minyak sawit, serta kandungan terbesarnya adalah asam cleat (50,74%) dan asam paimitat (27,13%). Kemudian diiakukan sintesis amida asam lemak dari minyak goreng sawit bekas pakai, dengan cara menghidrolisis dahulu trigiiserida dari minyak sehingga menghasilkan asam lemak sebanyak 94,73% dengan titik leieh 36,8-37,6X. Kemudian melalui amonolisis klorida asam, diperoleh amida asam iemak sebanyak 81,12% dengan titik ieleh 97,2-99,4°C.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman
Abstrak :
Pembentukan ester (sukrosa oktaoleat, fruktosa pentaoleat, sukrosa oktastearat, dan fruktosa pentastearat) antara senyawa karbohidrat (sukrosa dan fruktosa) yang diesterifikasi asam lemak (asam stearat dan asam oleat) dan masing-masing ester tersebut memiliki fungsi sebagai minyak goreng diet karena dl dalam tubuh keempat ester tersebut tidak dapat dimetabollsme oleh tubuh dan dapat menarik kolesterOl dan asam lemak bebas keluar dari tubuh. , Penelitian dllakukan untuk menyelidlkl adanya perbedaan antara minyak goreng biasa (bimoli) dengan minyak goreng diet (keempat ester hasil sintesis) baik sifat fisik maupun sifat kimianya Proses pembentukan ester cleat (sukrosa oktaoleat dan fruktosa pentaoleat) dllakukan dengan melarutkan karbohidrat (sukrosa dan fruktosa) dan asam cleat dengan pelarut DMF dan diberl katalis HCI pekat (hanya untuk fruktosa) yang kemudian direfluks pada temperatur 45°C, sedang proses pembentukan ester stearat (sukrosa oktastearat dan fruktosa pentastearat) dllakukan dengan melarutkan karbohidrat (sukrosa dan fruktosa) dan asam stearat dengan pelarut DMF dan diberl katalis HCI pekat (hanya untuk fruktosa) yang kemudian direfluks pada temperatur 85°C. Dengan cara konvensional, ester fruktosa dan ester sukrosa diperoleh dalam waktu 96 jam dan 112 jam. Dari hasil pengukuran dengan IR, hasil IR antara masingmasing ester dengan minyak bimoli memliki serapan yang sama pada daerah gugus fungsional, yang berbeda hanyalah pada daerah sidik jari. Dari hasil pengukuran titik didih, terlihat bahwa keempat ester hasil sintesis mempunyai titk didih yang lebih besar dari minyak bimoli. Dari hasil pengukuran angka peroksida, terlihat bahwa angka peroksida minyak bimoli lebih besar dari angka peroksida sukrosa oktaoleat dan fruktosa pentaoleat. Dari hasil pengukuran angka iodium, telihat bahwa angka iodium minyak bimoli lebih besar dari sukrosa oktaoleat dan fruktosa pentaoleat. Dari hasil pengukuran angka asam, terlihat bahwa angka asam minyak bimoli lebih besar dari angka asam ester cleat maupun ester stearat
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widura Rizky Surfa Atri
Abstrak :
Pengembangan proses kendali telah mempermudah system operasi di pabrik. Tuntutan pengendalian proses saat ini adalah response yang dapat mencapai setpoint dengan cepat dan tanpa overshoot yang berlebihhan. Dengan ini, operasi pabrik dalam hal energi dan produk yang dibawah spesifikasi dapat teroptimisasi. Shell Heavy Oil Fractionator (SHOF) merupakan standar dari masalah proses kendali yang dikembangkan oleh Prett dan Garcia (1988). Studi in menggunakan pendekatan model predictive control (MPC) untuk mengendalikan kolom fraksinasi Shell. Tiga controller diujikan terhadap beberap kasus, seperti setpoint tracking dan disturbance rejection. Sebagai tambahan, ketidakpastian dimasukkan ke dalam model proses untuk menguji performa dari controller. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa MPC Controller 3 dapat mencapai setpoint dengan adanya gangguan dan ketidakpastian.
The development of process control has made the control of plant operation in industries simpler. The current demand for process control is to achieve a control response which can accomplish a desired setpoint at a faster rate and without high overshoots. This, in turn, optimizes the plant operation in terms of energy consumption and the underspecified products. The Shell Heavy Oil Fractionator (SHOF) problem is a benchmark control problem by Prett and Garcia (1988). This study uses an MPC control approach to control the Shell heavy oil fractionator problem. Three controllers are tested to a number of scenarios, such as setpoint tracking and disturbance rejection. In addition, model mismatch is introduced to the process model to test the controllers’ performance in the presence of model mismatch. The results show that the MPC Controller 3 is capable of tracking set point in the presence of disturbance and model mismatch.
2015
S58937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>