Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Pontiviana Akbari
Abstrak :
Latar belakang: Angka kejadian Early Childhood Caries di Indonesia termasuk tinggi di dunia yaitu 90% untuk anak usia 5 tahun pada tahun 2018. Banyak faktor terkait dengan hal itu, salah satunya adalah orang tua dan juga para pengasuh yang masih mempercayai mitos terutama mitos mengenai kesehatan gigi dan mulut. Mitos juga memiliki pengaruh yang kuat pada proses pencarian pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepercayaan ibu terhadap mitos mengenai kesehatan gigi di Indonesia. Metode: Penelitian dengan desain potong lintang menggunakan kuesioner online yang disebarluaskan kepada para ibu hamil dan atau ibu menyusui dan atau yang memiliki anak balita di Indonesia selama 10 hari. Mulai tanggal 22 Juli sampai 2 Agustus 2022. Kuesioner terdiri atas 4 domain yaitu biodata responden, riwayat  kesehatan  responden,  mitos kesehatan  gigi  ibu  hamil  dan  menyusui, mitos kesehatan gigi anak balita. Hasil: Jumlah responden sebanyak 895 orang dan yang termasuk kedalam kriteria inklusi sebanyak 801 orang responden dan mayoritas adalah ibu menyusui (47,2%) dengan rerata usia 31,7 tahun (±4,7 tahun) dan rerata jumlah anak responden 1,8 (±1,1). Ibu dengan pendidikan formal dasar lebih mempercayai mitos (r=0,001, p<0,05) begitu juga dengan Ibu Rumah Tangga dibandingkan dengan ibu yang bekerja diluar rumah (r=0,001, p<0,05). Ibu yang pernah melakukan kunjungan ke dokter gigi sebelum hamil (r=0,001, p<0,05) maupun selama kehamilan (r=0,001, p<0,05) kurang memiliki kepercyaan terhadap mitos dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah melakukan kunjungan ke dokter gigi. Tingkat kepercayaan terhadap mitos paling tinggi yaitu pada ibu hamil dibandingkan dengan ibu menyusui ataupun ibu yang memiliki anak balita (r=0,010, p<0,05). Kesimpulan: Faktor latar belakang pendidikan baik pendidikan ibu maupun suami, pekerjaan ibu dan riwayat kunjungan ibu ke dokter gigi merupakan fakto-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepercayaan ibu terhadap mitos kesehatan gigi anak balita. ......Myth belief might have an impact on oral health, especially in mothers. The aim of this study was to describe the myths related to oral health and the belief in such myths by pregnant women, breastfeeding mothers, and mothers with preschool children in Indonesia. A cross-sectional study was conducted using a self-administered online questionnaire. The questionnaire was designed to collect data on the sociodemographics and medical histories of mothers, oral health histories of mothers and their children, oral health behavior during pregnancy, and related myths and beliefs. The identified myths and associated variables were then analyzed. A total of 895 respondents participated; however, only 801 respondents were eligible for inclusion in the analysis. Women who were housewives, had a lower educational levels, and had not visited a dentist before or during pregnancy tended to believe in myths. In Indonesia, belief in myths related to oral health exists and may potentially be a barrier to optimizing maternal and child oral health, and health in general. Educating the community about myths and facts in oral health is encouraged.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Novianti
Abstrak :
Kemoterapi menjadi salah satu jenis pengobatan kanker anak. Mukositis oral merupakan gangguan kesehatan mulut paling lazim akibat kemoterapi. Pengetahuan orang tua tentang perawatan mulut sangat diperlukan untuk mencegah mukositis oral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan orang tua tentang perawatan mulut dengan kejadian mukositis oral. Desain penelitian cross sectional dengan sampel 56 orang tua dan pasien anak yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Alat ukur berupa Oral Assessment Guide (OAG) dan kuesioner pengetahuan perawatan mulut. Analisis data menggunakan Chi-square. Penelitian ini menunjukkan gambaran pengetahuan orang tua tentang perawatan mulut kurang (58.9%) dan kejadian mukositis oral sebanyak (28.6%). Uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara pengetahuan orang tua tentang perawatan mulut dengan kejadian mukositis oral (p=1.00). Hasil penelitian ini merekomendasikan perlunya peningkatan pengetahuan orang tua tentang berkumur dan penggunaan instrumen OAG untuk mendeteksi dini kejadian mukositis oral di ruang rawat. ......Chemotherapy is a type of childhood cancer treatment. Oral mucositis is the most common oral health disorder due to chemotherapy. Parents' knowledge about oral care is needed to prevent oral mucositis. This study aims to determine the relationship between parental knowledge about oral care and the incidence of oral mucositis. The study design was cross sectional with a sample of 56 parents and pediatric patients selected by purposive sampling technique. Measuring tools in the form of Oral Assessment Guide (OAG) and oral care knowledge questionnaire. Data analysis using Chi-square. This study shows that parents' knowledge about oral care is lacking (58.9%) and the incidence of oral mucositis was (28.6%). Statistical tests showed that there was no significant relationship between parents' knowledge about oral care and the incidence of oral mucositis (p=1.00). The results of this study recommend the need to increase parental knowledge about gargling and the use of OAG instruments to detect early occurrence of oral mucositis in the ward.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Zahradu Andrapis
Abstrak :
Latar Belakang : Penurunan kapasitas fisik dan peningkatan risiko penyakit terjadi seiring pertambahan usia. Kesehatan rongga mulut saling berhubungan dengan kesehatan umum. Selain itu, adanya ketidakmerataan dokter gigi menjadi alasan dibutuhkannya kerjasama antara dokter gigi dan tenaga kesehatan selain dokter gigi, seperti mahasiswa bidang kesehatan. Penelitian ini, dilakukan untuk menganalisis penilaian kesehatan gigi dan mulut lansia oleh mahasiswa bidang kesehatan dibandingkan dengan dokter gigi menggunakan Oral Health Assessment Tool (OHAT). Tujuan : Untuk mengetahui reliabilitas OHAT versi Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh mahasiswa bidang kesehatan dan dokter gigi. Metode : Penelitian deskriptif analitik potong lintang pada 57 lansia Panti Werdha Budi Mulia 03 dengan pencatatan data sosiodemografis dan pemeriksaan intraoral menggunakan kuesioner oleh mahasiswa bidang kesehatan dan dokter gigi. Hasil Penelitian : Terdapat perbedaan bermakna terhadap rerata total OHAT versi Bahasa Indonesia. Reliabilitas antar pemeriksa terhadap total skor OHAT adalah sedang. Reliabilitas kesepakatan antar pemeriksa terhadap penilaian 8 kategori OHAT versi Bahasa Indonesia buruk hingga kuat. Kesimpulan : Diperlukan pelatihan kepada mahasiswa bidang kesehatan yang memadai terkait penilaian rongga mulut lansia menggunakan OHAT versi Bahasa Indonesia untuk meningkatkan reliabilitas antar pemeriksa. ......Background: Decreased physical capacity and increased risk of disease occur with increasing age. Oral health is interconnected with general health. Apart from that, the unequal distribution of dentists is the reason for the need for collaboration between dentists and health workers other than dentists, such as health students. This research was conducted to analyze the assessment of the dental and oral health of the elderly by health students compared to dentists using the Oral Health Assessment Tool (OHAT). Objective: To determine the reliability of the Indonesian version of OHAT carried out by health and dentist students. Method: Cross-sectional analytical descriptive research on 57 elderly people at Budi Mulia 03 Nursing Home by recording sociodemographic data and intraoral examination using questionnaires by health students and dentists. Research Results: There is a significant difference in the total mean of the Indonesian version of OHAT. Inter-examiner reliability of the total OHAT score was moderate. The reliability of agreement between examiners regarding the assessment of the 8 OHAT categories in the Indonesian version was poor to substantial agreement. Conclusion: Adequate training is needed for health students regarding the assessment of the oral cavity of the elderly using the Indonesian version of the OHAT to increase inter-examiner reliability.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tassya Lay
Abstrak :
Latar Belakang: Kesehatan mulut mengacu pada kesehatan gigi, gingiva, dan seluruh sistem mulut-wajah yang memungkinkan kita untuk tersenyum, berbicara, dan mengunyah. Kesehatan mulut yang buruk dapat memperburuk kondisi kesehatan umum, juga sebaliknya. Kolaborasi yang baik antara tenaga kesehatan merupakan hal yang penting dalam memberikan perawatan mulut. Untuk membangun kolaborasi yang baik, edukasi perawatan kesehatan mulut diperlukan. Tujuan: Untuk mengetahui tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi tentang kesehatan gigi dan mulut yang dimiliki mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Angkatan 2021. Metode: Penelitian deskriptif analitik potong lintang pada 442 mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan realibilitasnya. Hasil Penelitian: Dari 442 mahasiswa, sebanyak 223 mahasiswa (50,5%) memiliki tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi yang tinggi. Namun, tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi yang dimiliki mahasiswa FIK lebih rendah dibandingkan mahasiswa FK dan FKG, dengan 65,8% mahasiswa FIK memiliki tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi yang rendah, sedangkan mayoritas mahasiswa FK (51,9%) dan FKG (63,2%) memiliki tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi yang tinggi. Kesimpulan: Sebagian besar mahasiswa (50,5%) memiliki tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi yang tinggi. Tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi responden dipengaruhi asal fakultas. ......Background: Oral health refers to the health of teeth, gums, and the entire mouth-face system that enables us to smile, talk, and chew. Poor oral health can worsen general health conditions. Good collaboration between health workers is important to providing oral health care. In order to promote collaborative oral health care, oral health care education is needed. Objectives: To determine the level of awareness, attitudes, and perceptions of oral health care among students of Health Sciences Cluster, Universitas Indonesia, batch 2021. Methods: Cross-sectional analytic descriptive study method involving 442 students of Health Science Cluster, Universitas Indonesia using valid and reliable questionnaire. Results: 223 out of 442 students (50,5%) had high level of awareness, attitudes, and perceptions of oral health care. However, the level of awareness, attitudes, and perceptions of nursing students were lower than medical students and dental students, 65.8% of nursing students had low levels of awareness, attitudes, and perceptions, while the majority of medical students (51.9%) and dental students (63.2%) had high level of awareness, attitudes, and perceptions. Conclusion: Most students (50,5%) had high level of awareness, attitudes, and perceptions. The level of awareness, attitudes, and perceptions were influenced by faculty.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri Rahmadita
Abstrak :
Latar Belakang : Kesehatan mulut merupakan masalah kesehatan masyarakat utama yang dapat mengenai semua kelompok populasi, dan kelompok anak usia dini penting untuk diperhatikan. Masalah kesehatan mulut yang paling penting pada masa ini adalah Early Childhood Caries (ECC). ECC dapat dicegah dengan pemberian pendidikan kesehatan kepada anak. Taman Kanak-Kanak (TK) tepat untuk dijadikan sebagai pusat pendidikan kesehatan bagi anak, dan guru TK memainkan peranan penting dalam hal ini. Namun ditemukan bahwa pengetahuan, sikap, dan praktik guru TK masih kurang serta terdapat beberapa faktor yang memengaruhi hal ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara berbagai karakteristik pribadi guru TK dan pengetahuan, sikap, dan praktik mengenai kesehatan mulut di Jakarta Selatan. Metode: Studi analitik observasional cross-sectional dengan metode convenience sampling dilakukan pada beberapa TK di Jakarta Selatan dengan menggunakan kuesioner secara daring yang disebarluaskan melalui pesan grup WhatsApp dan melibatkan 253 guru TK. Kuesioner digunakan untuk pengambilan data karakteristik pribadi serta pengetahuan, sikap, dan praktik guru TK mengenai kesehatan mulut. Analisis statistik meliputi statistik deskriptif, uji korelasi Spearman, dan uji bivariat (p < 0,05). Hasil: 66,4% guru TK memiliki pengetahuan yang baik, 53% guru TK memiliki sikap yang baik, dan 55,7% guru TK memiliki praktik yang baik mengenai kesehatan mulut. Terdapat hubungan positif signifikan antara pengetahuan dan sikap, pengetahuan dan praktik, dan sikap dan praktik guru TK mengenai kesehatan mulut. Terdapat perbedaan signifikan antara status pernikahan, anak, dan pengalaman pelatihan kesehatan mulut dengan pengetahuan mengenai kesehatan mulut (p < 0,05). Kesimpulan: Sebagian besar guru TK sudah memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik yang baik mengenai kesehatan mulut. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap, pengetahuan dan praktik, dan sikap dan praktik guru TK mengenai kesehatan mulut. Karakteristik pribadi guru TK seperti status pernikahan, anak, dan pengalaman pelatihan kesehatan mulut memiliki hubungan dengan pengetahuan mengenai kesehatan mulut. ......Background: Oral health is a major public health problem that can affects all population group, and it is important to pay attention to early childhood group. The most important oral health problem at this time is Early Childhood Caries (ECC). ECC can be prevented by providing health education to children. Kindergarten has become an approriate place as a center for health education for children and kindergarten teacher plays important role in this. However, it was found that teachers were still lacking in knowledge, attitude, and practice and there were several factors that influenced this. This study aims to determine the relationship between kindergarten teachers’ various personal characteristics and knowledge, attitude, and practice regarding oral health in South Jakarta. Methods: A cross-sectional observational analytic study using the convenience sampling method was conducted in several kindergartens in South Jakarta using an online questionnaire which was distributed via WhatsApp group message and involved 253 kindergarten teachers. The questionnaire was used to collect data on kindergarten teachers’ personal characteristics and knowledge, attitude, and practice regarding oral health. Statistical analysis included descriptive statistics, Spearman correlation test, and bivariate test (p < 0,05). Results: 66,4% of kindergarten teachers had good knowledge, 53% of kindergarten teachers had good attitude, and 55,7% of kindergarten teachers had good practice regarding oral health. There was a significant positive correlation between kindergarten teachers’ knowledge and attitude, knowledge and practice, and attitude and practice regarding oral health. There was a significant difference between marital status, children, and oral health training experience with knowledge regarding oral health (p < 0,05). Conclusion: Most kindergarten teachers already had good knowledge, attitude, and practice regarding oral health. There was a correlation between kindergarten teachers’ knowledge and attitude, knowledge and practice, and attitude and practice regarding oral health. Kindergarten teachers’ personal characteristics such as marital status, children, and oral health training experience were associated with knowledge regarding oral health.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Paramita
Abstrak :
Seiring dengan meningkatnya populasi lansia di Indonesia, masalah kualitas hidup menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian. Salah satu yang menentukan kualitas hidup lansia adalah kesehatan rongga mulut, khususnya kondisi mulut kering. Mulut kering dapat didefinisikan sebagai keluhan subjektif (xerostomia) ataupun keluhan objektif (hiposalivasi). Xerostomia diukur dengan menggunakan kuesioner sedangkan hiposalivasi diukur dengan mengukur laju alir saliva per menit. Kuesioner Summated Xerostomia Inventory versi Indonesia (SXI-ID) telah dipakai untuk mengukur xerostomia pada lansia di panti sosial. Namun, perbedaan lingkungan pada lansia dapat memengaruhi kualitas hidup, dalam hal ini kondisi xerostomia. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan profil sosiodemografi, xerostomia yang diukur dengan SXI-ID, hiposalivasi yang diukur dengan laju alir saliva, dan hubungan antara ketiganya pada lansia non- institusi yang tinggal di Kelurahan Pegangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang pada individu berusia ≥60 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan menandatangani informed consent. Kuesioner SXI-ID valid dan reliabel untuk digunakan pada populasi penelitian ini dengan nilai Cronbach alpha 0,938 dan interclass correlation coefficient (ICC) 0,938. Berdasarkan SXI-ID, prevalensi xerostomia pada kelompok lansia ini adalah 53%. Sementara itu, berdasarkan pemeriksaan laju alir saliva, prevalensi hiposalivasinya adalah 23%. Tidak ada perbedaan skor total SXI-ID berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, penyakit sistemik terkait mulut kering, dan juga konsumsi obat xerogenic. Terdapat perbedaan laju alir saliva tanpa stimulasi antara lansia laki-laki dan perempuan. Tidak terdapat perbedaan laju alir saliva berdasarkan kelompok usia, penyakit sistemik terkait mulut kering, dan konsumsi obat xerogenic. Pada populasi ini laju alir saliva tanpa stimulasi hanya dipengaruhi oleh jenis kelamin responden. ......Along with the increase of older people population in Indonesia, their qualities of life are being concerned. One of the qualities of life is oral health, especially dry mouth. Dry mouth is defined as subjective complaints (xerostomia) and objective complaints (hyposalivation). Xerostomia is measured with a questionnaire while hyposalivation is measured with salivary flow rate per minute. Summated Xerostomia Inventory-Indonesian Version (SXI-ID) has been used for measuring xerostomia status of institutionalized older people. However, different environments may influence the quality of life, including xerostomia. The objective of this study is to obtain sociodemography profile, xerostomia status measured by SXI-ID, and hyposalivation status measured by salivary flow rate of non-institutionalized older people living in Pegangsaan Dua Village Office, Kelapa Gading District, Jakarta Utara. This study is an analytical descriptive with cross-sectional design study on individuals ≥60 years that meet the inclusion criteria and sign informed consent. Summated Xerostomia Inventory-Indonesian Version is valid and reliable to measure xerostomia status in this population with Cronbach alpha 0,938 and interclass correlation coefficient 0,938. Based on SXI-ID score, xerostomia prevalence was 53%. Based on salivary flow rate, hyposalivation prevalence was 23%. There are no differences in SXI-ID total score according to age groups, gender, systemic disease associated with dry mouth, and also xerogenic drugs consumption. There is a significant difference of salivary flow rate between gender. There are no differences of salivary flow rate according to age groups, systemic disease associated with dry mouth, and xerogenic drug consumption. In this population, unstimulated salivary flow rate is only affected by gender.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ariani
Abstrak :

Latar belakang: Populasi lansia di Indonesia meningkat, sebagian ada yang hidup di PSTW binaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah memiliki wewenang untuk menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan dan pendampingan bagi lansia. Namun hanya sedikit penelitian mengenai lesi mulut pada lansia di Indonesia. Tujuan: Untuk menganalisis kondisi rongga mulut dan penyakit sistemik pada lansia di PSTW DKI Jakarta. Metode: Subjek penelitian didapat melalui metode consecutive sampling pada populasi lansia di 5 PSTW di 3 wilayah DKI Jakarta. Dari 1185 penghuni PSTW diperoleh 273 yang memenuhi kriteria inklusi. Data sosiodemografi dan riwayat penyakit sistemik diambil dari rekam medis di panti. Semua subjek dilakukan pemeriksaan oral, yaitu Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S), Papilary Bleeding Index (PBI), Decay, Missing, Filling-Teeth (DMF-T), Skor Indeks Mukosa Plak (MPS), dan pemeriksaan laju alir dan pH saliva, lesi mulut dan topografi lesi mulut. Subjek diwawancarai tentang kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan mulut. Hasil: Prevalensi lesi mulut terbanyak adalah gingivitis dan prevalensi penyakit sistemik terbanyak adalah hipertensi. Kategori OHI-S buruk, kategori PBI baik, kategori DMF-T sangat tinggi, kategori indeks MPS baik. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan jenis pekerjaan dengan penyakit sistemik pada lansia. Lansia dengan kebiasaan merokok, menyirih, dan minum alkohol cenderung memiliki penyakit sistemik. Lansia dengan penyakit sistemik cenderung memiliki lesi mulut. Kesimpulan: Kondisi mulut dan penyakit sistemik pada lansia yang tinggal di PSTW DKI Jakarta dalam keadaan tidak baik. 


Background: The population of elderly in Indonesia is increasing, some are living on government institutions in Jakarta. The government has the authority to ensure the availability of health facilities and assistance for the elderly. There are only a few studies on oral lesions of elderly in Indonesia. Objective: To analyze the condition of the oral lesion and systemic disease of elderly on government institutions in Jakarta. Method: Subjects were obtained through consecutive sampling method of elderly population in 5 governent institutions in 3 areas of Jakarta. Of the 1185 residents, 273 were obtained inclusion criteria. Sociodemographic data and history of systemic diseases were taken from medical records in the institution. All subjects had oral examinations, which are Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S), Papilary Bleeding Index (PBI), Decay, Missing, Filling-Teeth (DMF-T), Mucosal Plaque Index Score (MPS), and examination of flow rate and salivary pH, oral lesions and oral lesions topography. Subjects were interviewed about oral health related habits. Results: The most common oral lesions was gingivitis and most common systemic diseases was hypertension. OHI-Scategory is bad, PBI category is good, DMF-T category is very high, MPS index category is good. There is a relationship between gender and type of work with systemic diseases in the elderly. Elderly with the habit of smoking, snacking, and drinking alcohol tend to have systemic diseases. Elderly with systemic diseases tend to have oral lesions. Conclusion: Oral conditions and systemic diseases in elderly who living in institution in Jakarta are not good.

2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dwitasari
Abstrak :
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi (TPMDG) merupakan salah satu jenis FKTP sektor swasta di Indonesia yang dalam perawatannya memberikan pelayanan kesehatan primer dengan kontak pertama pada individu, keluarga, dan masyarakat. Permasalahan yang timbul pada TPMDG seperti seringnya menawarkan perawatan gigi mulut secara tidak terstruktur, kurangnya pemeriksaan yang mendetail pada kunjungan pertama. Model pemeriksaan komprehensif pada pelayanan gigi digambarkan sebagai perawatan yang berorientasi pada pasien dengan melakukan edukasi kesehatan, menerapkan perawatan berbasis preventif-promosi, merangkum perawatan dan mencapai promosi kesehatan. Sehubungan dengan belum terdapatnya sistem informasi yang dapat digunakan sebagai alat bantu pelayanan gigi dan mulut, maka perlu dibuat rencangan sistem informasi perencanaan kesehatan gigi dan mulut komprehensif. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan perancangan sistem dengan metode System Development Life Cycle (SDLC) dengan pendekatan prototipe, untuk mendapatkan kebutuhan pengembangan sistem. Dalam sistem ini akan diperoleh data terkait pemeriksaan dan status kesehatan gigi dan mulut. Penggunaan sistem ini dapat mendukung fungsi pengawasan dan evaluasi kesehatan gigi dan mulut pasien, selain itu sistem informasi ini dapat mengefisiensikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di TPMDG dalam penjadwalan pasien, pemeriksaan pasien, konsultasi pasien, penyusunan laporan, dan mendapatkan informasi untuk digunakan dalam perencanaan program kesehatan gigi dan mulut. ......Primary Dental Healthcare (TPMDG) is one type of private sector FKTP in Indonesia which in its care provides primary health services with first contact to individuals, families, and communities. Problems that arise in TPMDG such as frequent offers of unstructured oral dental care, lack of detailed examination at the first visit. The comprehensive examination model in dental services is described as patient-oriented care by conducting health education, implementing preventive-promotion-based care, summarizing care and achieving health promotion. Due to the lack of an information system that can be used as a dental and oral service aid, it is necessary to design a comprehensive dental and oral health planning information system. The research was conducted by qualitative methods and system design with the System Development Life Cycle (SDLC) method with a prototype approach, to obtain system development needs. In this system, data related to dental and oral health examinations and status will be obtained. The use of this system can support the function of monitoring and evaluating the patient's dental and oral health, in addition this information system can streamline dental and oral health services at TPMDG in patient scheduling, patient examination, patient consultation, report preparation, and obtaining information for use in dental and oral health program planning.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Sri Susanti
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Almasyhur
Abstrak :
Latar Belakang: Kondisi kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari individu dan mempengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan. Usia 7-9 tahun merupakan masa yang krusial dalam pertumbuhan gigi karena gigi susu mulai rontok satu per satu dan gigi permanen pertama telah tumbuh. Pencegahan melalui pendidikan kesehatan perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya karies gigi. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media buku cerita dan powerpoint dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan menurunkan skor plak pada anak usia 7-9 tahun. Metode: Penelitian eksperimen semu dengan desain non-equivalent group pretest posttest design menggunakan convenience sampling sebagai metode pengambilan sampel. Subyek penelitian berasal dari 4 SD di Kecamatan Cipinang Besar Utara yang berjumlah 197 anak yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang diberikan pendidikan kesehatan gigi melalui media buku cerita dan powerpoint, sedangkan kelompok kontrol diberikan pendidikan melalui media powerpoint. media power point. Pendidikan kesehatan gigi diberikan seminggu sekali selama 4 minggu. Subyek diperiksa plakat awal dan akhir, pengisian angket pre-test dan post-test, pengisian angket evaluasi guru dan pengisian angket sosiodemografi oleh orang tua subjek. Hasil: Terdapat 138 subjek berusia 7-9 tahun yang diteliti dengan kelompok intervensi (n=70) dan kelompok kontrol (n=68). Ada 59 subjek yang dikeluarkan karena tidak memenuhi kriteria usia (n=7), tidak mengumpulkan informed consent (n=11), tidak berpartisipasi dalam semua kegiatan (n=41). Hasil uji wilcoxon pada masing-masing kelompok sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan gigi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan (p=0,00). Hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan pengetahuan setelah pendidikan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p>0,05). Hasil uji Wilcoxon pada kelompok intervensi menunjukkan perbedaan yang signifikan pada skor plak akhir (p = 0,02) sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0,994). Kesimpulan: Edukasi kesehatan gigi dan mulut melalui media buku cerita dan powerpoint serta melalui media powerpoint dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 7-9 tahun di Cipinang Besar Utara. Tidak terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Terjadi penurunan skor plak pada kelompok intervensi.
Background: The condition of dental and oral health is an integral part of the individual and affects overall well-being. The age of 7-9 years is a crucial period in the growth of teeth because the baby teeth begin to fall out one by one and the first permanent teeth have grown. Prevention through health education needs to be done to avoid dental caries. Objective: To determine the effectiveness of using storybooks and powerpoint media in increasing oral health knowledge and reducing plaque scores in children aged 7-9 years. Methods: Quasi-experimental research with non-equivalent group pretest posttest design using convenience sampling as the sampling method. The research subjects came from 4 elementary schools in Cipinang Besar Utara District, totaling 197 children who were divided into two groups, namely the intervention group who were given dental health education through storybooks and powerpoint media, while the control group was given education through powerpoint media. powerpoint media. Dental health education is given once a week for 4 weeks. Subjects were checked for initial and final plaques, filling out pre-test and post-test questionnaires, filling out teacher evaluation questionnaires and filling out sociodemographic questionnaires by subject's parents. Results: There were 138 subjects aged 7-9 years studied with the intervention group (n=70) and the control group (n=68). There were 59 subjects who were excluded because they did not meet the age criteria (n=7), did not collect informed consent (n=11), did not participate in all activities (n=41). Wilcoxon test results in each group before and after dental health education showed an increase in knowledge (p = 0.00). The results of the Mann Whitney test showed that there was no significant difference between the increase in knowledge after education in the intervention group and the control group (p>0.05). The results of the Wilcoxon test in the intervention group showed a significant difference in the final plaque score (p = 0.02) while in the control group there was no significant difference (p = 0.994). Conclusion: Dental and oral health education through storybooks and powerpoint media as well as through powerpoint media can increase dental and oral health knowledge in children aged 7-9 years in Cipinang Besar Utara. There was no significant difference in the increase in knowledge of oral and dental health between the intervention group and the control group. There was a decrease in plaque scores in the intervention group.
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>