Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asnawi
Abstrak :
Masalah di industri manufaktur produk cetak injeksi plastik adalah menekan jumlah penolakan produk karena tak memenuhi standar kualitas hasil injeksi dan standar kualitas hasil pengecatan. Dalam hal ini, cacat serapan cat, walaupun kini sudah jauh berkurang, masih mendominasi. Hal ini tentu dapat manjadi kendala bagi peningkatan kinerja produksi. Cacat serapan cat dapat terjadi karena kombinasi dua hal, yaitu perembesan kembali pelarut cat melalui coating cat yang telan mengalami curing; dan adanya porositas renik pada benda cetak injeksi. Untuk menanganinya diperlukan pemilihan rumusan coating yang sesuai untuk plastik otomotif eksterior tersebut; dan mengurangi porositas renik, yang ditentukan oleh proses manufaktur seperti teknik cetak injeksi serta perlakuan (pemesinan) Ianjutan hasil injeksi dan perlakuan awal sebelum pengecatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubanan temperatur silinder H4 pada rentang 190-240°C, waktu tahan HT1=HT2 pada rentang 2-7 detik, tekanan tahan PH3 pada rentang 16-51 %, kecepatan injeksi pada rentang 29-64 % dan temperatur pengeringan cat pada rentang 40-100°C terhadap cacat serapan cat pada hasil pengecatan produk injeksi. Dari hasil penelilian ini diperoleh bahwa untuk mengurangi cacat serapan cat sebaiknya temperatur silinder H4=190°C; waktu tahan HT1=HT2 = 4 detik; tekanan tahan PH3=16 % Serta kecepatan injeksi Vl3=29 %; dan temperatur pengeringan cat =40°C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.G. Soemantri
Semarang: PT Sintech Manunggal SeJahtera, 2017
667.6 SOE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Valentina
Abstrak :
Tumbuhan Isachne globose merupakan salah satu tumbuhan emergent yang hidup di Situ Lab. Alam , FMIPA UI. Isachne globose mampu berfungsi sebagai substrat bagi fitoepifiton, namun keberadaan fitoepifiton yang menempel pada tumbuhan I. globose mampu menghambat cahaya matahari yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tersebut. Telah dilakukan analisis pengaruh metabolit sekunder pada tumbuhan I. globose sebagai antifouling yang mampu menahan penempelan fitoepifiton. Penelitian dilakukan menggunakan batang I. globose perlakuan yang telah dihilangkan metabolit sekundernya dan batang kontrol yang keduanya direndam selama 7 hari di Situ Lab. Alam. Metabolit sekunder batang I. globose dianalisa dengan HPLC untuk mengetahui profil kromatografinya. Data penelitian menunjukkan terdapat kelimpahan fitoepifiton pada batang kontrol sebesar 219 individu/sel 2 dari 22 genera, sedangkan pada batang perlakuan sebesar 444 individu/cm 2 dari 27 genera. Berdasarkan uji t, nilai indeks keanekaragaman dan kelimpahan pada batang I. globose kontrol dan perlakuan berbeda nyata. Profil kromatogram ekstrak batang I. globose pada panjang gelombang 285 nm menunjukkan adanya 4 metabolit sekunder paling dominan (RT 7,50; 8,89; 9,99 dan 15,10). Diduga metabolit sekunder dominan tersebut berperan antifouling terhadap penempelan fitoepifiton di Situ Lab. Alam. ......I. globose is one of the emergent plants that live in the Situ Lab. Alam, FMIPA UI. Isachne globose is able to function as a substrate for phytoepiphyton, but the presence of phytoepiphyton that attaches to plants I globose is able to inhibit sunlight which supports the growth and development of these plants. An analysis of the effects of secondary metabolites on plants has been carried out I. globose as an antifouling that is able to with stand the attachment of phytoepiphyton. The study was conducted using stem I. globose treatment which had been removed by secondary metabolites and control, both of them were soaked for 7 days. Secondary metabolites in I. globose were analyzed by HPLC to determine the profile chromatographic. The results data shows the abundance of phytophthiton in I. globose control was 219 individuals/cm 2 from 22 genera, while in the treatment stem was 444 individual/cm 2 from 27 genera. Based on the t test, the value of index diversity and abundance in stem I. globose control and treatment were significantly different. Profile chromatogram extract I. globose at 285 nm wavelength showed 4 of the most dominant secondary metabolites (Real Time 7,50; 8,89; 9,99 and 15,10). It is suspected that the dominant secondary metabolites play role as antifouling for attaching phytoepiphyton at Isachne globose stem in Situ Lab. Alam.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Ivan Surya Sanjaya
Abstrak :
Dalam ketatnya persaingan dalam industri cat domestik, perusahaan dituntut untuk mengejar perbaikan dalam segala aspek, termasuk efisiensi operasional. Peningkatan efisiensi produksi melalui pengurangan pemborosan merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan efisiensi perusahaan secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi cat waterbased di PT X melalui identifikasi dan eliminasi pemborosan. Metode Value Stream Mapping (VSM), Waste Assessment Model (WAM), dan Process Activity Mapping (PAM) diterapkan untuk mencapai tujuan tersebut. Ditemukan bahwa overproduction, inventory, dan defect merupakan jenis pemborosan yang paling dominan dalam current state proses produksi. Berdasarkan analisis bersama pihak perusahaan, rekomendasi perbaikan yang dirumuskan dengan metode 5W-1H berupa penggunaan kemasan jumbo untuk bahan tertentu, penerapan metode organisasi 5S, perubahan layout pada floor produksi atas, penerapan papan Kanban di area forklift, perubahan pada bon resmi permintaan RM, dan penerapan pergantian peran dalam proses filling. Alhasil, pada future state, value ratio meningkat 1,7%, cycle time berkurang 6,56%, standard time berkurang 7,25%, lead time berkurang 6,55%, waktu kegiatan value adding berkurang 3,06%, waktu kegiatan non-value adding berkurang 13,82%, dan waktu kegiatan necessary nonvalue adding berkurang 3,64%. ......As the competition in the domestic paint industry intensifies, companies are required to pursue improvements in all aspects. Increasing production efficiency through waste reduction is one of the possible ways to improve a company’s overall operational efficiency. This study aims to improve the efficiency of water-based paint production process at PT X through the elimination of waste. Value Stream Mapping, Waste Assessment Model, and Process Activity Mapping are applied to achieve this goal. Based on a joint analysis with the company, the recommendations for improvement formulated using the 5W-1H method include the use of jumbo packaging for certain materials, the application of the 5S organizational method, changes to the layout on the upper production floor, the application of Kanban boards in the forklift area, changes to the official receipt for RM requests, and role shuffling in the filling process. As a result, in the future state, the value ratio increased by 1.7%, cycle time decreased by 6.56%, standard time decreased by 7.25%, lead time decreased by 6.55%, value added activity time decreased by 3.06%, non-value adding activity time is reduced by 13.82%, and necessary but non-value adding activity time is reduced by 3.64%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Gede Ary Suta, 1958-
[place of publication not identified]: The Ary Suta Center, [date of publication not identified]
759 IPU a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Indharto
Abstrak :
Sledge adalah bitumen hasil endapan padat minyak bumi dalam tangki timbun. Dengari adariya kandungan aspal dan lilin, sludge diharapkan mampu digunakan sebagai bahan baku cat tahan korosi penelitian ini meliputi pengujian karakterislik cat berupa ketahanan korosi dan pelepuhan berupa uji kabut gamin, ketahanan pembentukan pin-hole dengan uji curing 1500C, uji ekspos atmosferik serta uji daya lekat dengan paint adhesion tester, akibat penambahan unsur talk, aspal dan lilin dalam cat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sludge dapat digunakan sebagai bahan dasar car tahan korosi jika dicampur dengan resin epoxy coati polyester sebagai binder. Dengan penambahan talk sebesar 30-40% pada komposisi cat akan meningkatkan kerahanan pelebaran korosi dan ketahanan pembentukan pin-hole sebesar 5-15%. Penambahan unsur aspal 10% pada komposisi cat akan meningkatkan ketahanan pelebaran korosi dan pelepuhan sebesar 20-25%, meningkatkan daya lekat sebesar 20-25%, tetapi menurunkan ketahanan pembentukan pin-hole sampai sebesar 15%. Penambaahan unsur lilin sebesar 9% akan sangar meningkatkan ketahanan pelepuhan dan daya lekat pada sampel setelah dilakukan uji atmosferic exposure selama 3 bulan sebesar 15-20%. Jenis resin epoxy secara umum lebih bagus jika dibandingkan dengan jenis resin polyester karena sebagai binder lebih bisa mengikat semua campuran komposisi cat sehingga berbentuk lapisan cat yang masif (padat, kering, keras) dengan daya lekat yang baik dan lebih tahan terhadap korosi, pelepuhan dan pembentukan pin-hole.
Sludge is a bitumen product of oil and gas solid sedimentation in storage rank The contain of sludge is asphalt and wax, it could be for used to paint resistance. This risearch was covering of paint?s test that consists are corrosion and blistering resislancy by salt spray test, pin-holing with curing test at 150°C, aimosferic exposure test and adhesive test, coused by additional talk asphalt and war in paint's element.

The results of this riseach was indicate that sludge feasible using for corrosion resistance paint if mixed with epoxy and polyester resin as for binder. By additional talk around 30 - 40% in paint composition will be increas creepage of scribe resistance and pin-holing resistance araound 7 - 15%, For Adding by asphalt elements 10% in paint composition will he increase creepage of scribe resistance and pin-holing resistance around 20-25%, increased adhesive force around 20-25% ; but to decreased pin-holing resistance reach 15%. Added wax element 9% will more increasing blistering resitance and adhesion force after epos'ure atmosferic test during 3 mounth around 15-20%. In generally the kind of epoxy resin in was peter than polyester resin caused by such as binder could be most binded for all component therefore paint layer was made such massive form (solid, cure, hard) with good adhesive force and more resistance corrosion, blistering and pin-holing.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siji Jati Sindhuarta
Abstrak :
Tumbuhan Oryza rufipogon merupakan salah satu tumbuhan yang tumbuh di perairan Situ Lab. Alam. Tumbuhan O. rufipogon berperan sebagai substrat dan habitat fitoepifiton tetapi keberadaan fitoepifiton tersebut meghalangi cahaya yang dibutuhkan tumbuhan untuk berfotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan memproduksi senyawa metabolit sekunder untuk menghalangi penempelan fitoepifiton. Penelitian analisis metabolit sekunder O. rufipogon yang berperan sebagai antifouling dilakukan dengan merendam batang O. rufipogon perlakuan yang telah dihilangkan metabolit sekundernya dan batang kontrol di dalam Situ Lab. Alam selama 1 minggu. Ekstrak metabolit sekunder batang O. rufipogon dianalisis dengan HPLC dengan 2 panjang gelombang yang berbeda yaitu 254 nm dan 285 nm untuk mengetahui profil kromatografinya. Fitoepifiton yang menempel pada batang kontrol dan perlakuan dihitung kelimpahan, keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi. Data penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan fitoepifiton pada O. rufipogonbatang kontrol sebesar 287 individu/cm 2 dari 25 genera, dan batang perlakuan sebesar 657 sel/cm 2 dari 19 genera. Nilai kelimpahan dan keanekaragaman fitoepifiton pada kedua tumbuhan tersebut berbeda nyata berdasarkan analisis statistik uji-t. Persebaran fitoepifiton lebih merata pada batang kontrol dibanding batang perlakuan. Berdasarkan indeks dominansi, terdapat kecenderungan jenis tertentu yang mendominasi pada batang perlakuan. Hasil tersebut menjelaskan bahwa adanya pengaruh metabolit sekunder dalam menghambat pertumbuhan dan perkembangan epifiton yang menempel sebagai antifouling. Hasil analisis kromatografi HPLC melaporkan bahwa terdapat metabolit sekunder dari batang O. rufipogon yang diduga memiliki potensi sebagai antifouling. ......Oryza rufipogon plant is one of the emergent plants that grow in Situ Lab. Alam. The O. rufipogon acts as a substrate and habitat for phytoepiphyton, but the presence of phytoepiphyton capable to blocks the sunlight that support plants to fotosynthesis. Therefore, plant produce secondary metabolites to inhibit attachment of phytoepiphyton The study of the analysis of secondary metabolites of O. rufipogon which acted as antifouling was carried out by soaking the O. rufipogon treatment stem which had removed its secondary metabolites and control stem in the Situ Lab. Alam for 1 week. The secondary metabolite extract of the O. rufipogon stem was analyzed by HPLC with 2 different wavelengths of  254 nm and 285 nm to determine the chromatographic profile. Phytoepiphyton attached to the control and treatment stem was calculated for its abundance, diversity, evenness, and dominance. The research data showed that the phytoepifiton abundance of O. rufipogon control stem was 287 individuals/cm 2 of 25 genera, and treatment stem was 657 organism/cm 2 of 19 genera. The value of abundance and diversity of phytoepiphyton in the two plants was significally different based on t-test statistical analysis. The distribution of phytoepiphyton is more evenly distributed in the control stem than the treatment stem. Based on the dominance index, there is a tendency for certain types to dominate in the treatment stem. These result explain the secondary metabolites affects for inhibit the growth and development of phytoepiphyton attachment and also act as antifouling. The result of HPLC chromatography analysis reported that there were secondary metabolites from the O. rufipogon stem thought to be potentially as antifouling.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyo Handoyo
Abstrak :
Proses korosi adalah peristiwa kerusakan material akibat reaksi kimia elektrokimia dengan lingkungan sekitarnya. Proses korosi ini terjadi secara alami sehingga tidak dapat dihindari akan tetapi dapat dihambar dengan mengendalikan proses-proses korosi tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan metode pelapisan. Pelapisan merupakan salah satu cara yang dapat digolongkan dalam sistim pengendalian arau proteksi terhadap korosi. Prinsip kerjanya adalah mencegah terjadinya kontak Iogam yang dilindungi dengan lingkungannya. Selain itu Iapisan juga akan menghasilkan permukaan baru logam yang licin dan halus. Benda uji yang drpakai adalah baja spcc yang bernkuran 75 X 150 mm dan mempunyai tebal 1,2 mm, yang dilapisi dengan cat yang mengandung pigmen kromat 0% , I,5% dan 3% , dengan variabei ketebalan lapisan cat 50, 75 dan 100 Jam, untuk masing-masing konsentrasi. Lalu diadakan pengujian ketahanan korosi yang dilakukan di dafam salt spray chamber selama 3 minggn (504 jam) dan pengujian kekuatan adhesiff lapisan cat. Dari penelitian inf dapa! dfsfmpufkan bahwa dengan semakfn meningkatnya inhibitor (pigmen kromat dalam Cat dan semakin tebal lapisan cat maka ketahanan korosi sampel juga akan sernakin baik Hal ini rerlihat dari penampakan sampel setelah keluar dari salt spray chamber. Hal lain yang didapat adalah bahwa dengan peningkatan pigmen kromat dalam range 0% - 3%, nraka kekuafan adhesi dari lapisan cat akan menurun.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kay, David C.
Foster City: IDG Books, 2001
005.3 KAY p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>