Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thrisya Marcelina Gulla
Depok: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Azmi
"ABSTRACT
Kecenderungan perilaku makan menyimpang merupakan gangguan mental yang ditandai dengan membatasi makanan dan mengontrol berat badan akibat ketakutan seseorang untuk menjadi gemuk. Mahasiswa merupakan salah satu kelompok yang juga memiliki resiko terjadinya kecenderungan perilaku makan menyimpang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswi RIK UI angkatan 2013 tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Data dilkumpulkan dengan menggunakan kuesioner dari 176 mahasiswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85,2% responden memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang. Terdapat hubungan signifikan antara citra tubuh (P value= 0,040), pengaruh teman (P value = 0,021), dan keterpaparan media massa (P value = 0,023) terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswi RIK UI angkatan 2013 tahun 2014. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa keterpaparan media massa merupakan faktor paling dominan terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswi RIK UI angkatan 2013 tahun 2014 (P value= 0,04). Mahasiswi yang terpapar media massa memiliki peluang mengalami perilaku makan menyimpang 3,15 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak terpapar media massa setelah dikontrol dengan variabel citra tubuh dan pengaruh teman.

ABSTRACT
Eating disorders tendency are mental disorders that is signed with restraint eating and weight control because of fear of becoming fat. College student is one of group who also has a risk of eating disorders tendency. Objective in this study is to determine the dominant factor in determining the frequency of eating disorders tendency in college students in the Health Science University of Indonesia batch 2013 at 2014. The research method is quantitative cross-sectional design. The data was collected by questionnaire of 176 college students. Result showed that 85.2% of respondents had eating disorders tendency. There is a significant difference in the proportion of body image (P value= 0.040), peer influence (P value = 0.021), and mass media exposure (P value = 0.023). The result of multivariate test show that mass media exposure is a dominant factor against eating disorders tendency in college students in the Health Science University of Indonesia batch 2013 at 2014 (P value= 0.04). College student who is exposed to the mass media have eating disorders tendency 3.15 greater than respondent who aren’t exposed with mass media after controlled with variable body image and peer influence."
2014
S55084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi
"[ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk memahami pengaruh normative belief
(peer influence) terhadap behavioral belief (usefulness, ease of use, enjoyment),
normative belief lain (self-congruence), attitude, serta intention untuk memiliki
smartphone mewah pada remaja. Model konseptual merujuk kepada teori
Technology Acceptance Model. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain
penelitian deskriptif single cross-sectional untuk menguji hubungan antar
variabel. Data dikumpulkan menggunakan metode survey self-administered
questionnaire dengan memanfaatkan siswa Sekolah Menengah Atas sebagai
responden. Obyek yang diteliti adalah iPhone. Hipotesis diuji menggunakan
Structural Equation Modeling.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa suatu belief ternyata mampu
mempengaruhi belief lainnya, selain pengaruhnya terhadap attitude dan intention
to own. Peer influence terbukti signifikan mempengaruhi usefulness, ease of use,
enjoyment, self-congruence, dan attitude, namun tidak berpengaruh signifikan
terhadap intention to own. Perceived enjoyment muncul sebagai determinan
terkuat dalam pembentukan attitude dan intention to own pada remaja
menandakan menonjolnya nilai hedonis iPhone. Attitude terbukti masih
memegang peranan penting dalam pembentukan intention. Usefulness tidak
berpengaruh terhadap attitude dan intention, demikian pula ease of use tidak
berpengaruh terhadap attitude yang menunjukkan remaja belum mampu
melakukan penalaran kognisi yang kuat, masih dalam proses perkembangan
emosional dan masih belum dapat berpikir secara rasional.

ABSTRACT
The purpose of this study is to understand the normative belief (peer
influence's effect towards teenager's behavioral beliefs (usefulness, ease of use,
enjoyment), other normative belief (self-congruence), attitude, and intention to
own luxury smartphone. Conceptual model refers to Technology Acceptance
Model. The research is conducted using single cross-sectional descriptive research
design to test relationships between variables. The data is collected using survey
method (self-administerred questionnaire) with senior high school?s students as
respondents. Research object is iPhone. Hypotheses are tested using Structural
Equation Modeling.
The result shows that a belief can influence other beliefs, attitude, and
intention to own. Peer influence significantly influences usefulness, ease of use,
enjoyment, self-congruence, and attitude, but does not affect intention to own.
Perceived enjoyment emerges as the strongest attitude?s determinant and also
intention to own?s determinant which reflects the salience of iPhone?s hedonic
value. Attitude still plays important role in forming intention. Usefulness does not
affect attitude and intention to own as well as ease of use does not affect attitude,
these reflects teenager?s inability to perform complex cognitive appraisal, process
of emotional development, and inability to think rational., The purpose of this study is to understand the normative belief (peer
influence)’s effect towards teenager’s behavioral beliefs (usefulness, ease of use,
enjoyment), other normative belief (self-congruence), attitude, and intention to
own luxury smartphone. Conceptual model refers to Technology Acceptance
Model. The research is conducted using single cross-sectional descriptive research
design to test relationships between variables. The data is collected using survey
method (self-administerred questionnaire) with senior high school’s students as
respondents. Research object is iPhone. Hypotheses are tested using Structural
Equation Modeling.
The result shows that a belief can influence other beliefs, attitude, and
intention to own. Peer influence significantly influences usefulness, ease of use,
enjoyment, self-congruence, and attitude, but does not affect intention to own.
Perceived enjoyment emerges as the strongest attitude’s determinant and also
intention to own’s determinant which reflects the salience of iPhone’s hedonic
value. Attitude still plays important role in forming intention. Usefulness does not
affect attitude and intention to own as well as ease of use does not affect attitude,
these reflects teenager’s inability to perform complex cognitive appraisal, process
of emotional development, and inability to think rational.]"
2015
T43557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahla Savira Novelina
"Perilaku caring teman sebaya disinyalir mampu mengatasi kesulitan yang dialami mahasiswa keperawatan dan merupakan faktor pendukung dalam pembentukan perilaku caring setelah orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring teman sebaya dan perilaku caring mahasiswa perawat terhadap pasien. Sebanyak 94 mahasiswa profesi dari dua program studi perawat di Jakarta dan Depok dipilih dengan teknik simple random sampling sebagai sampel penelitian ini. Perilaku caring peer diukur dengan Peer-Group Caring Interaction Scale (PGCIS) dan perilaku caring pelajar terhadap pasien diukur dengan Caring Behaviors Inventory (CBI-24). Hasil uji pearson menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku caring teman sebaya dengan perilaku caring siswa (p <0,001) dengan nilai korelasi positif (r = 0,415). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik perilaku caring teman sebaya maka semakin baik pula perilaku caring mahasiswa perawat terhadap pasien. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa perilaku caring teman sebaya yang perlu ditingkatkan adalah modeling, sedangkan perilaku caring mahasiswa terhadap pasien yang perlu ditingkatkan adalah keterhubungan positif Lembaga pendidikan keperawatan perlu memberdayakan teman sebaya dalam mengembangkan budaya caring pada mahasiswa, baik terintegrasi dengan kurikulum dan kegiatan kemahasiswaan.

Peer caring behavior is allegedly able to overcome the difficulties experienced by nursing students and is a supporting factor in the formation of caring behavior after parents. This study aims to determine the relationship between peer caring behavior and student caring behavior towards patients. A total of 94 professional students from two nursing study programs in Jakarta and Depok were selected using simple random sampling technique as the sample of this study. Peer caring behavior was measured by the Peer-Group Caring Interaction Scale (PGCIS) and students' caring behavior towards patients was measured by the Caring Behaviors Inventory (CBI-24). The Pearson test results showed that there was a relationship between peer caring behavior and student caring behavior (p <0.001) with a positive correlation value (r = 0.415). This shows that the better the caring behavior of peers, the better the caring behavior of nurse students towards patients. In this study, it was also found that peer caring behavior that needs to be improved is modeling, while student caring behavior towards patients that needs to be improved is a positive relationship. Nursing education institutions need to empower peers in developing a caring culture in students, both integrated with curriculum and student activities."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dastya Yusufina
"Pada remaja perilaku pacaran erat kaitannya dengan pengalaman romantis yang berguna bagi perkembangan psikologis, terutama pengembangan keintiman. Namun, perilaku pacaran dapat menjadi berisiko apabila melakukan kontak seksual yang dimulai dari berciuman bibir hingga melakukan hubungan seks pranikah. Menurut data SKAP KKBPK tahun 2019, 3.8% remaja laki-laki dan 1% remaja perempuan mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah selama berpacaran. Dalam melakukan perilaku seksual berisiko remaja dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap permisif, pergaulan teman serta pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual berisiko pada remaja SMA di DKI Jakarta yang distratifikasi berdasarkan jenis kelamin dan pola asuh keluarga positif. Penelitian menggunakan desain kuantitatif yang bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data Survey Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta dengan sampel sejumlah 873 yang berasal dari seluruh kelas 10 dan 11 di SMAN 38 dan SMAN 90 Jakarta dengan pengambilan sampel secara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan sikap permisif (p-value 0.036, OR=2.076 Cl 95%= 1.036-4.161) dan pergaulan teman sebaya (p-value 0.001, OR=8.500 Cl 95%= 3.950-18.293) memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku seksual berisiko sedangkan pengetahuan kesehatan reproduksi (p-value 0.149, OR=0.618 Cl 95%=0.320-1.195) dan pola asuh orang tua positif (p-value 0.241, OR=1.480 Cl 95%=0.766-2.862) tidak memiliki hubungan terhadap perilaku seksual berisiko. Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh pada hubungan pergaulan teman sebaya terhadap perilaku seksual berisiko, namun pada hubungan sikap permisif terhadap perilaku seksual berisiko hanya berpengaruh pada jenis kelamin laki-laki saja. Pola asuh keluarga positif juga berpengaruh pada hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual berisiko. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan seminar serta secara rutin terkait kesehatan reproduksi kepada siswa sekolah. Kemudian disarankan kepada instansi kesehatan dan sekolah untuk berkolaborasi dan memberikan pembekalan edukasi kesehatan reproduksi kepada orang tua yang ikut andil dalam mendidik dan memonitoring perilaku pacaran remaja di lingkungan rumah.

In adolescent, dating behavior is closely related to romantic experiences that are useful for psychological development, especially the development of intimacy. However, dating behavior can be risky if it involves sexual contact that starts from kissing lips to having premarital sex. According to SKAP KKBPK data in 2019, 3.8% of male adolescents and 1% of female adolescents admitted to having had premarital sex during dating. Adolescent risky sexual behavior is influenced by individual and environmental factors. Therefore, this study aims to determine the relationship between reproductive health knowledge, permissive attitudes, peer association, and parenting patterns on risky sexual behavior among high school adolescents in DKI Jakarta stratified by gender and positive family parenting. The study used a quantitative design that was analytic in character with a cross-sectional approach. The data used were secondary data in the form of data from the Youth Behavior Survey High School Students in DKI Jakarta with a sample of 873 from all grades 10 and 11 at SMAN 38 and SMAN 90 Jakarta with total sampling. The results showed that permissive attitude (p-value 0.036, OR=2.076 Cl 95%= 1.036-4.161) and peer association (p-value 0.001, OR=8.500 Cl 95%= 3.950-18.293) had a significant relationship with risky sexual behavior while reproductive health knowledge (p-value 0.149, OR=0.618 Cl 95%=0.320-1.195) and positive parenting (p-value 0.241, OR=1.480 Cl 95%=0.766-2.862) had no relationship with risky sexual behavior. Stratification analysis showed that gender had an effect on the relationship between peer association and risky sexual behavior, but only male gender had an effect on the relationship between permissive attitudes and risky sexual behavior. Positive family parenting also had an effect on peer association on risky sexual behavior. Therefore, it is recommended to conduct seminars and regularly related to reproductive health to school students. It is also recommended for health agencies and schools to collaborate and provide reproductive health education to parents who take part in educating and monitoring adolescents dating behavior in their homes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library