Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"[Latar Belakang: Estimasi usia penting untuk identifikasi individu. Perkembangan akar gigi molar tiga terjadi pada usia 15-25 tahun. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui akurasi estimasi usia 15–25 tahun menggunakan metode Thevissen di Indonesia. Metode: Menerapkan metode Thevissen pada 100 radiograf panoramik laki-laki dan perempuan. Uji reliabilitas menggunakan formula Dahlberg dan uji Cohen’s Kappa serta signifikansi pengukuran menggunakan uji-t berpasangan dan uji Wilcoxon. Kemudian dilakukan perhitungan besar penyimpangan hasil estimasi usia. Hasil: Penyimpangan estimasi usia laki-laki adalah ±3,050 tahun dan perempuan adalah ±2,067 tahun. Kesimpulan: Penyimpangan estimasi usia perempuan lebih kecil dari estimasi usia laki-laki. Metode Thevissen lebih diutamakan untuk usia 15–22 tahun., Background: Age estimation is important for individual identification. Root development of third molars occurs at age 15-25 years. Objective: This study is conducted to find out the accuracy of age estimation using Thevissen method in Indonesia. Method: Applying Thevissen method on 100 panoramic radiographs male and female subjects. Reliabilities tested by Dahlberg formula and Cohen’s Kappa test and the significancy measurement tested by the paired t-test and Wilcoxon test. Then calculate the deviation of estimated age. Results: The deviation of age estimation of male subject is ±3,050 years and age estimation of female subject is ±2,067 years. Conclusions: The deviation of age estimation of female subject less than male subject. The age estimation with Thevissen method is preferred for age 15-22 years]"
[, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Winaya
"Latar Belakang: Kondisi edentulus umumnya menjadi dominan pada usia ≥65 tahun. Prevalensi edentulus parsial sendiri di Indonesia mencapai 79,8%. Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya temuan radiografik yang cukup tinggi pada radiograf panoramik pasien edentulus yang sehat. Temuan-temuan tersebut berdampak penting pada rencana perawatan prostodontik, terutama perawatan implant-supported prosthesis. Salah satu penyakit yang dijumpai pada usia pengguna gigi tiruan adalah osteoporosis. Hal tersebut menjadi perhatian khusus karena osteoporosis merupakan faktor risiko yang mempercepat penurunan residual ridge. Berdasarkan hal tersebut dan dengan sedikitnya penelitian yang menggunakan sampel edentulus parsial, maka diperlukan data untuk mengetahui frekuensi distribusi temuan insidental pada radiograf panoramik pasien edentulus parsial. Tujuan: Mengetahui frekuensi distribusi temuan insidental pada radiograf panoramik pasien edentulus parsial. Metode: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dengan menggunakan 385 sampel radiograf panoramik pasien edentulus parsial di RSKGM FKG UI. Radiograf dievaluasi dan diinterpretasi menggunakan i-Dixel Morita dan viewer box untuk mengetahui adanya temuan insidental, seperti gigi impaksi, sisa akar gigi, foreign bodies, lesi radiolusen/mixed/radiopak, atrofi maksila, dan lebar korteks tepi bawah mandibula (<3,0 mm). Data usia, jenis kelamin, dan hasil interpretasi radiograf panoramik dicatat dalam Microsoft Excel. Uji reliabilitas dilakukan menggunakan uji Gwet AC1, Kappa, dan ICC. Hasil: Prevalensi adanya minimal satu temuan insidental pada radiograf panoramik pasien edentulus parsial yang tidak memiliki keluhan/memiliki keluhan di luar temuan insidental, yakni 71,95% (277 radiograf). Total seluruh temuan insidental pada 277 radiograf adalah 549. Secara temuan insidental, urutan temuan insidental dari yang paling banyak hingga paling sedikit, yaitu lebar korteks tepi bawah mandibula (<3,0 mm), lesi radiolusen/mixed/radiopak, atrofi maksila, gigi impaksi, sisa akar gigi, dan foreign bodies. Rata-rata lebar korteks tepi bawah mandibula menurun seiring dengan bertambahnya usia dan lebih rendah pada perempuan, dengan rata-rata total lebar korteks tepi bawah mandibula adalah 3,12 mm. Kesimpulan: Prevalensi adanya minimal satu temuan insidental pada radiograf panoramik pasien edentulus parsial yang tidak memiliki keluhan/memiliki keluhan di luar temuan insidental cukup tinggi. Hal tersebut dapat menjadi peringatan bagi klinisi untuk dapat lebih lengkap dan berhati-hati dalam melakukan pemeriksaan, khususnya pada pasien edentulus parsial.
......Background: The edentulous condition generally becomes dominant at the age of ≥65 years. The prevalence of partial edentulous in Indonesia reaches 79.8%. Several studies have demonstrated high radiographic findings on panoramic radiographs of healthy edentulous patients. These findings have an important impact on prosthodontic treatment planning, especially the treatment of implant-supported prostheses. One of the diseases found at the age of denture wearers is osteoporosis. This is of particular concern because osteoporosis is a risk factor that accelerates the reduction of the residual ridge. Based on these and with the small number of studies using partial edentulous samples, data is needed to determine the frequency distribution of incidental findings on panoramic radiographs of partial edentulous patients. Objective: To determine the frequency distribution of incidental findings on panoramic radiographs of partial edentulous patients. Method: This study is a cross-sectional study using 385 panoramic radiographs of partial edentulous patients at RSKGM FKG UI. Radiographs were evaluated and interpreted using the i-Dixel Morita and viewer box for any incidental findings, such as impacted teeth, retained root teeth, foreign bodies, radiolucent/mixed/radiopaque lesions, maxillary atrophy, and mandibular cortical width (<3,0 mm). Data on age, sex, and interpretation of panoramic radiographs were recorded in Microsoft Excel. The reliability test was carried out using the Gwet AC1, Kappa, and ICC tests. Result: The prevalence of having at least one incidental finding on panoramic radiographs of partial edentulous patients who had no complaints/had complaints other than incidental findings is 71.95% (277 radiographs). The total of all incidental findings on 277 radiographs is 549. In terms of incidental findings, the order of incidental findings from most to least, namely mandibular cortical width (<3,0 mm), radiolucent/mixed/radiopaque lesions, maxillary atrophy, impacted teeth, retained root teeth, and foreign bodies. The mean mandibular cortical width decreased with age and is lower in females, with the average total of mandibular cortical width is 3.12 mm. Conclusion: The prevalence of at least one incidental finding on panoramic radiographs of partial edentulous patients who have no complaints/have complaints other than incidental findings is quite high. This can be a warning for clinicians to be more complete and careful in conducting examinations, especially in partial edentulous patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barcelona: Poligrafa, 2000
720 ARC
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kalbe, 2006
779.3 IND
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Nuradi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai bentuk-bentuk kerusakan yang terjadi pada koleksi foto-foto yang sudah berumur tua. Salah satu cara untuk memperbaiki koleksi foto-foto tua yangmengalami kerusakan adalah dengan menggunakan teknik restorasi foto secara digital. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan desain studi kasus sekali tes. Hasil penelitian ini berupa penjabaran bentuk-bentuk kerusakan yang biasa terjadi pada koleksi foto tua, langkah-langkah penerapan restorasi foto secara digital yang dapat dilakukan, hasil dari restorasi foto tua secara digital, serta kendala yang dihadapi dalam penerapan teknik restorasi digital.

ABSTRACT
This thesis discusses the forms of damage that occurred collection of old photographs.
One of way to repair damaged old photographs collection is by using digital photo restoration techniques. This research is an experimental research using one shot case study design. The result of this study describe many forms of damage that commonly occurs in old photographs collection, step-by-step implementation of digital photo restoration techniques which can be done, the results of digital photo restoration, and obstacles encountered in the application of digital photo restoration techniques.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42725
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irdra Lastyautari
"Latar Belakang: Fotografi kedokteran gigi semakin umum digunakan dalam praktik. Salah satu tujuan fotografi kedokteran gigi adalah untuk evaluasi perawatan. Kualitas foto digital dipengaruhi oleh resolusi foto. Restorasi GIC sering digunakan pada gigi anak dan perlu dievaluasi secara berkala. Di era digital ini, evaluasi restorasi melalui foto digital menjadi pilihan. Evaluasi restorasi menggunakan kriteria FDI efektif digunakan dalam klinis. Tujuan: Untuk membandingkan perbedaan resolusi foto digital dan klinis sebagai media evaluasi restorasi GIC pada gigi sulung. Metode Penelitian: Terdapat 40 buah gigi molar pertama sulung rahang bawah dari 31 pasien anak usia 4-9 tahun di RSKGM FKG UI. Seluruh gigi diperiksa dan dievaluasi secara klinis, kemudian diambil foto menggunakan kamera dSLR sebanyak tiga kali dengan resolusi rendah (8 MP), resolusi sedang (15,3 MP), dan resolusi tinggi (32 MP). Kemudian hasil foto dievaluasi. Restorasi GIC klinis dan foto digital dievaluasi menggunakan kriteria FDI. Seluruh data yang terkumpul dianalisa dengan uji komparatif kategorik Pearson Chi-Square dengan kemaknaan p<0,05. Hasil: Dengan uji komparatif, didapatkan hasil berbeda tidak bermakna secara statistik pada kelompok klinis dengan foto digital resolusi rendah, sedang, dan tinggi sebagai media evaluasi restorasi GIC pada gigi sulung. Kesimpulan: Fotografi digital dapat menjadi alat yang berguna untuk menilai status restorasi. Foto digital dapat mewakili keadaan klinis restorasi GIC gigi sulung. Dalam pemanfaatannya pada praktik kedokteran gigi, penelitian ini merekomendasikan untuk menggunakan foto digital di antara resolusi rendah dan sedang (8-15,3 MP) sebagai media evaluasi restorasi GIC pada gigi sulung, yaitu setara dengan kamera smartphone ataupun kamera poket.
......Background: Dental photography is increasingly being used in practice. One of the purposes of dental photography is for treatment evaluation. Photo resolution affects the picture quality. GIC restorations are frequently used on pediatric teeth and need to be evaluated periodically. In this digital era, evaluation of restoration through digital photos is an option. Evaluation of restorations using FDI criteria is effective in clinical use. Purpose: To compare differences in digital photo resolution and clinical as an evaluation of GIC restioration in primary teeth. Material and Methods: There were 40 mandibular primary first molars from 31 pediatric patients aged 4-9 years at RSKGM FKG UI. All teeth were examined and clinically evaluated, then three photos were taken using a dSLR camera with low resolution (8 MP), medium resolution (15 MP), and high resolution (32 MP). Then the photos are evaluated. Clinical GIC restorations and digital photographs were evaluated using FDI criteria. All collected data were analyzed using the Pearson Chi-Square categorical comparative test with a significance p<0.05. Result: With comparative test, there were no statistically significant differences in clinical groups with low resolution, clinical with medium resolution, and clinical with high resolution as media for evaluating GIC restorations in primary teeth. Conclusion: Digital photography can be used as a supporting tool to evaluate reatoration status. Digital photos can represent the clinical state of GIC restorations. In dental practice, this study recommends using digital photos between low and medium resolution (8-15.3 MP) as media for evaluating GIC restorations in primary teeth, which are equivalent to smartphone cameras or pocket cameras."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pahmi Sulaiman
"ABSTRAK
Foto sudah merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kegiatan penerbitan majalah. Pesan-pesan yang sulit disampaikan melalui tulisan dapat diatasi dengan menggunakan foto sebagai mediumnya. Foto yang dimuat dalam majalah dapat pula menjadi daya tarik bagi pembaca untuk membeli majalah. Karena foto yang menjadi ilustrasi majalah dapat mengurangi rasa bosan bagi orang yang membaca majalah. Pentingnya kehadiran foto dalam kegiatan penerbitan majalah mengakibatkan kegiatan pengumpulan dan penanganannya sebagai koleksi menjadi penting pula. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, foto harus ditangani secara serius. Setiap foto yang dikumpulkan dan disimpan harus bisa ditemukan kembali apabila suatu saat diperlukan. Untuk itu sarana temu kembali: berupa katalog atau indeks sangat diperlukan. Dalam skripsi ini saya mencoba meninjau pelaksanaan pengindeksan foto yang dilakukan di perpustakaan Majalah Berita Mingguan TEMPO. Hasil penelitian yang saya lakukan dari bulan Mei sampat dengan Juli 1988 menunjukkan bahwa dua perangkat indeks foto yang dimiliki TEMPO: Indeks Foto TIME dan Indeks Foto biasa (baca: foto karya wartawan TEMPO dan foto dari kantor-kantor berita) dapat disatukan. Tidak perlu lagi ada indeks yang manual karena kedua indeks dapat diolah dengan komputer. Pemakaian tajuk subjek yang berbahasa alami pada indeks foto biasa terbukti menimbulkan berbagai istilah yang tidak terkendali. Kesi mpulan lain adalah bahwa majalah TIME diindeks fotonya karena berdasar anggapan bahwa majalah tersebut sudah mapan. Berita atau tulisan yang dimuat TIME sering sama atau diikuti oleh majalah-majalah lain, sehingga pemakai yang mencari foto majalah lain dapat menggunakan indeks foto TIME. Berdasarkan kesimpu1an- kesimpulan tersebut saya menyarankan untuk kedua indeks foto yang dimiliki TEMPO dijadikan satu, sehingga penelusuran foto dapat dilakukan sekali jalan. Pengindeksan foto TIME yang merupakan langkah maju dalam usaha pustakawan TEMPO meningkatkan pelayanan kepada pemakai perpustakaan perlu dilanjutkan. Terhadap pemakaian tajuk subjek yang berbahasa alami, saya menyarankan agar segera disusun tesaurus. Caranya adalah dengan memanfaatkan kosa kata yang sudah ada menjadi tesaurus. Tesaurus tersebut hanya untuk dipakai pada saat penelusuran dilakukan.

"
1989
S15416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarsimah
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kegiatan preservasi digital yang dilakukan pada koleksi foto oleh Pusat Informasi Kompas. Preservasi digital yang dilakukan adalah untuk mempertahankan nilai historis dan untuk menyediakan akses dalam jangka waktu yang lama ketika foto dibutuhkan sewaktu-waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan memahami proses serta komponen dari preservasi digital yang dilakukan serta membandingkannya dengan teori yang sudah ada. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakaan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian ini menjabarkan kegiatan preservasi digital koleksi foto di Pusat Informasi Kompas yang mencakup proses preservasi fisik yang dilakukan, proses digitalisasi, pengolahan foto hasil digitalisasi yang meliputi berbagai komponen di dalamnya seperti format gambar, hak cipta, metadata, dan terakhir adalah preservasi digital.

ABSTRAK
This research discusses the digital preservation performed on a collection of photographs on Kompas Information Center. Digital preservation covers activities to maintain the historical value and to extend the availability when a photo is needed. The purpose of this research was to describe and comprehend the process of digital preservation on Kompas Information Center, which then compared with its theories. This research uses qualitative aproach using case study methods. The results of this research describe activites that are done by Kompas Information Center to preserve its photo collection including the processes of physical preservation, digitizing process which include various components such as the format of digital image, copyright, metadata, and digital preservation process."
2017
S69379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Piollet, Paul
Surabaya: Petra Press, 2014
R 305.895 98 PIO t
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Alfani Prima Kusumasari
"Peningkatan Kemampuan Anak Autis Menggosok Gigi melalui Foto: Studi Subjek Tunggal di Indonesia. Autisme merupakan gangguan perkembangan pada anak dengan prevalensi kejadian 1 : 88 anak di dunia. Sebanyak 50% anak autis usia sekolah mengalami kesulitan dalam menggosok gigi secara mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menggosok gigi anak autis usia sekolah menggunakan foto. Metodologi penelitian kuantitatif kuasi eksperimen dengan menggunakan desain subjek tunggal (single subject design). Sebanyak tiga orang subjek penelitian yang merupakan anak autis usia sekolah beserta orangtua mereka berpartisipasi dalam penelitian ini. Intervensi diberikan menggunakan rangkaian foto mengenai tahapan dalam menggosok gigi setelah terlihat trend kemampuan pada fase baseline. Pengukuran kemampuan menggosok gigi dilakukan pada fase baseline, intervensi, maintenance, dan generalisasi. Hasilnya, kemampuan menggosok gigi Anak A, B, dan C meningkat dari 14, 21, dan 22 menjadi 30, 31, dan 30. Kemampuan menggosok gigi pada ketiga anak meningkat setelah dilakukan intervensi dan menetap pada fase generalisasi.

Autism is a developmental disorder in children that now affects 1 : 88 children in the world. As many as 50% of schoolage children with autism face difficulty in independently performing oral hygiene. This research seeks to increase the ability of children with autism in performing oral hygiene through the use of photographs. The methodology of the research is quantitative quasi-experimental through the single subject design. The three research subjects are school-age children with autism, and their parents also participated in this research. Intervention is conducted through a series of photographs on the steps in performing oral hygiene after the ability trend in the baseline phase is observed. Assessment of the ability to perform oral hygiene is done in the baseline, intervention, maintenance, and generalization phases. The result is that the ability to perform oral hygiene for Children A, B, and C increases from 14, 21, and 22 to 30, 31, and 30. The ability to perform oral hygiene for the three children increases after intervention and settles in the generalization phase."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>