Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudiyanto
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan pada 161.619 jemaah haji yang berangkat menunaikan ibadah haji dengan haji reguler pada tahun 2012 M. Metode penelitian yang digunakan adalah Cross-sectional studies. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sistem komputerisasi haji terpadu bidang kesehatan tahun 2012 M dan analisis dilakukan dengan metode analisis cox regression. Faktor yang memberi pengaruh terhadap kematian jemaah haji tahun 2012 M adalah jenis kelamin, usia, jumlah penyakit terdiagnosis pada pemeriksaan kesehatan tahap akhir/embarkasi. Laki-laki memiliki risiko kematian sebesar 1,4 kali (95% CI: 1,12-1,66) p=0,00 dibandingkan dengan perempuan. Semakin tua usia jemaah semakin tinggi risiko untuk mengalami kematian, jemaah pada kelompok usia 50-59 tahun memiliki risiko 3,6 kali (95% CI: 2,26-5,77) p= 0,00, Jemaah pada kelompok usia 60-69 tahun memiliki risiko 6,3 kali (95% CI: 3,90-10,08) p= 0,00, Jemaah pada kelompok usia 50-59 tahun memiliki risiko 16,1 kali (95% CI: 10,03-25,82) p= 0,00 untuk mengalami kematian dibandingkan dengan kelompok usia kurang dari 50 tahun. Semakin banyak jumlah penyakit terdiagnosis pada pemeriksaan kesehatan ternyata akan semakin tinggi risiko untuk mengalami kematian. Jemaah dengan satu riwayat penyakit terdiagnosis akan memiliki risiko sebesar 1,2 kali (95% CI: 0,89-1,64) p= 0,22, jemaah dengan dua riwayat penyakit terdiagnosis akan memiliki risiko 1,55 kali (95% CI: 1,12-2,14) dan bermakna secara statistik dengan nilai p= 0,01, jemaah dengan tiga atau lebih riwayat penyakit terdiagnosis akan memiliki risiko 2,9 (95% CI: 7,1,80-4,54) p= 0,00 untuk mengalami kematian dibandingkan dengan jemaah tanpa memiliki penyakit terdiagnosis pada pemeriksaan kesehatan tahap akhir/embarkasi. Jemaah yang terdiagnosis penyakit sistem pernapasan akan memiliki risiko 1,54 kali (95% CI: 1,06-2,22) p=0,023 untuk mengalami kematian dibandingkan dengan jemaah yang tidak terdiagnosis penyakit sistem pernapasan, jemaah yang terdiagnosis penyakit infeksi dan parasit akan memiliki risiko 1,96 kali (95% CI: 1,10-3,50) p=0,02 untuk mengalami kematian dibandingkan dengan jemaah yang tidak terdiagnosis memiliki penyakit infeksi dan parasit. Sebaiknya umat Islam menunaikan ibadah haji sebelum usia 50 tahun, dan petugas lebih memberikan perhatian kepada jemaah dengan usia lebih dari 50 tahun, jenis kelamin laki-laki, yang berangkat pada gelombang kedua dengan riwayat penyakit terdiagnosis pada pemeriksaan kesehatan tahap akhir/embarkasi dan terdiagnosis penyakit sistem pernapasan, penyakit infeksi dan parasit lain. Kelengkapan dan validitas data yang dihimpun oleh sistem komputerisasi haji terpadu bidang kesehatan tahun 2012 M sudah baik namun masih terdapat kelemahan diantaranya kemampuan penegakan diagnosis penyakit pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji di setiap tingkat pelayanan, kemampuan penegakan diagnosis penyakit yang menjadi penyebab kematian oleh petugas kesehatan haji di setiap tingkat pelayanan, kemampuan menghimpun, melakukan rekapitulasi data yang lengkap serta akurat oleh petugas siskohatkes dan petugas surveilans pada setiap tingkat pelayanan kesehatan haji tahun 2012 M.
The mortality rate of ordinary Indonesian Hajj Pilgrims in 2012 AD is 2,13 ?. This research conducted to the 161.619 ordinary Indonesian Hajj Pilgrims in 2012 AD. Design of the studywas cross-sectional studies. The sources of basic data for analisis were integrated computerization data in 2012 AD. Analysis for done using cox regression. Factor that contribute to the death of ordinary Indonesian Hajj Pilgrims are sex, age and diagnosis of deseases from the last diagnosis. The men have 1,4 time risk of death (95% CI: 1,12-1,66) p=0,00 compared to the women. The older pilgrims they have higher risk to die. The pilgrims of 50-59 years old have 3,6 time risk of death (95% CI: 2,26-5,77) p= 0,00, The pilgrims of 60-69 years old have 6,3 time risk of death (95% CI: 3,90-10,08) p= 0,00, The pilgrims of more then 69 years old have 16,1 time risk of death (95% CI: 10,03-25,82) p= 0,00 compared to those less then 50 years old. Pilgrims who have many diagnosis of disease they have higger risk for death. Pilgrims with one diagnosis of disease have 1,2 times risk of death (95% CI: 0,89-1,64) p= 0,22, pilgrims with two diagnosis of diseases have 1,5 times risk of death kali (95% CI: 1,12-2,14), pilgrims have more than two disease they have 2,9 times risk of death (95% CI: 7,1,80-4,54) p= 0,00 compared to healthy pilgrims or pilgrims without diagnosis of disease. Hajj pilgrims who have lung diseases have 1,54 times risk of death (95% CI: 1,06-2,22) p=0,023 compared to those pilgrims who have lung disease, Hajj pilgrims who have lung diseases have 1,96 times risk of death kali (95% CI: 1,10- 3,50) p=0,02 compared to those pilgrims who have infection disease and other parasit. Muslims should perform the pilgrimage before the age of 50 years and officers pay more attention to the congregation with more than 50 years of age, male sex, which set off the second wave with a history of disease diagnosed at late stage medical examination/embarkation and disease diagnosis system respiratory, infectious disease and other parasites. Completeness and validity of data collected by a computerized system of integrated health pilgrimage in 2012 AD was good but there are still weaknesses include the ability of the diagnosis of diseases in health examination pilgrims at every level of service, the ability to diagnosis the disease was the cause of death by health care workers in Hajj every level of service, the ability to collect, perform a complete data summary and accurately by siskohatkes officers and surveillance officers at every level of health care Hajj in 2012 AD.
2013
T39189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf
Abstrak :
ABSTRAK
Wali merupakatr seonng yatrg diarygap dekat denga[ Tuhatr di dalam dunia Islam. Kedekatatr tersebut terlihat dari cara hiduprya yang tidak terlepas dari prilaL'u, perbuatan, dan tutur katanya yaog selaras dengan kehidupan Rasulullah. Disioilah Tuhan memberi anugerah berupa karamah sebagai penjagaan dirinya dari musuh-musuhnya. Selah itu adalya karamah pada seorarg wali juga utrtuk menolong masyamkat Islam bail ya.ng dikenalnya ataupun yang tidak dikenalnya. Maka disinilah masyarakat Islam percaya bahwa seorang wali merupakar wasilal (perantara) agar harapan dan doaaya dikabulkan oleh Allalr. Adapur bulu Le Culte Dans Le Monde Musulnan (Ziarah dan Wali di Dunia Islam) meryBngkap dimel1si karamah datr tawasul merurut pe$pettif orientalis. Menariknya pada buku tersebut, Henri Chambert Loir dan Claude Guillot memaparka[ peldapat tenta[g karamah dan tawasul melalui penelitiamya di Indonesra. Tujuan dari penelitian id adalah untuk mengetahui dimensi kammah dan tawasul dad Heori Chambert Lotu dan Claude cuillot di dalam buku Le Culte Dans Le Monde Musulnan (Ziarah dan Wali di Dunia lslam). Mereka memaparkan tetrtalg karainah dao tawasul melalui narasi-narasi. Maka penulis akan medlai sisi objektifititas narasi-naxasi Hend Chambert Loir dar Claude Guiflot di dalam bular Le Culte Da.]$ Le Monde Musulmar (Ziarah dar Wati di Duaia Islam). Memang pada padangatr-pandatrgan dad Heffi Chambert Loir datr Gulliot di dalam buku Le Culte Dans Le Mo[de Musulmatr belu4 represefiatif di dalam memaparkatr dimetrsi karamah datl tawasul. Karetra pendapat mereka tidak dipe (Iat pendapat ulana-ulalru Islam. Maka dari itu peneliti meletrgkapi kekuangan ters?but. Pe.rdekatan pada perclitia! ini adalah kua.litatif. Karakteristik dari perclitian kualitatif yaitu konsepnya tidak rnenyeluruh karena kualgrya teorj dari perclitian terdahulu- Mematg teod dad pene]itiar terdahulu ada akan tetapi belum tepat atau kurang mendalam. Alasat dari memilih pendekatan iri kffena ingh metrdapat peirahaman nqeodalarn tentang dimeosi karamah dan taoasul di dalam buku Le Culte Dans Le Monde Musuhnal lZiarah dan Wali di Duria Islam).
ABSTRACT
In the Islamic world, Saints are those considered close to God. The closeness can be seen in their way of life, includitrg their behavior, actions, and sayings, which are tn tune with the Prophet's way of life. This is where God gants karamah tu guard the saints from the eoemies. Besides, the Karamah they orrn is also to help Muslim communities whether familair to them ot llot. Therefore, the Islamic communi$/ then believe that the sairlt is a wasilah (intermediaries) itr hophg that their U&yer is ganted by Allah. The book Le Culte Dans Le Monde Musuliutr (Pilgrimage and Trustee in the Islamic Wo d) reveals the dimensions of karamah and tawasul according to the odentalist perspective. I erestitrgly, in the book, Heffi Chambert Loir afld Claude cuillot descdbe opiaions about Karamah and tawasul tbrough their research in Indonesia. The purose ofthis study was to determine the dimensions ofkaramah and tawasul meant by Henri Chambert Loir and Claude Guillot in their book, Le Culre Darts Le Monde Musulman (Pilgrimage aod Sahts itr the Islarnic world). They er?lained about Kaxamah ad tawasul though narratives. Alld the kammah and tawasul discussed by Hend Chambert Loir ard Claude Guillot are those in Indolesia. The authofi assess the objectiyi!, ofnaoatives by Henri Chambert Loir and Claude Guillot in tle book Le Culte Dal1s Le Moode Musulmar (Pilgrimage and Sai s in the Islamic vorld). However, the views of Henri Chambert Loir and Gulliot in the book, Le Culte Dans Le Monde Musulman, are not i.rlly representative io describing the dimensions karamal and tawasul. Because theil opinions are not rehforced by the opirior1 of Islamic scholals. Thus the researc]te$ complemert the shortage. Tlrc approach in tlis study is qualitative. Cha.racteristics ofqualitative research are not as thorough coNidering the lack oftheory ofprgvious studies. lndeed, the theory ofprcvious studies exist but have rot been appropiate or less depth. The reason of choosing this approach is to gain a deep understanding of the dimensiors of Karamah ad tawasul h the book of l? Culte Dans Le Monde Musdman. (Pilgdmage and Trustee in the Islamic world). To suppofi these studies the authors use the method literature.Dimension; Kammah and Tawasul; Henry Chafibert Loir-Claude Guillo.
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Itah Sri Utami
Abstrak :
Latar belakang: Jemaah haji yang berangkat ke tanah suci harus melalui pemeriksaan kesehatan dan dinyatakan istithaah kesehatan. Namun tingginya jemaah berusia lanjut ikut berpengaruh pada tingginya angka morbiditas dan mortalitas jemaah haji Indonesia di tahun 2017. Studi ini merupakan suatu penelitian untuk mengetahui penyebab kematian jemaah haji dalam penerbangan tahun 2017. Metode: Desain penelitian ini adalah kualitatif, secara khusus metode ini mengikuti langkah-langkah verbal auotopsy dengan narasumber dokter tenaga kesehatan haji yang menangani kasus kematian di penerbangan, serta data-data pemeriksaan yang ada, serta wawancara dengan pusat kesehatan haji. Hasil: Sepuluh kematian dalam penerbangan dilaporkan dalam laporan haji 2017, dimana sembilan kematian terjadi saat kembali ke tanah air. Sepuluh kasus kematian penerbangan dilaporkan pada tahun 2017, di mana sembilan kasus terjadi selama penerbangan kembali ke Indonesia. Berdasarkan wawancara dengan narasumber penyebab kematian terjadi hipoksia sebagai akibat dari (1) anemia, yang tidak diobati, (2) penyakit jantung; (3) Penyakit paru obstruktif kronik. Ada kemungkinan satu emboli paru karena trombosis vena dalam yang melepaskan ke aliran darah. Hipoksia sebagai faktor aerofisiologis, terjadi pada jemaah haji dengan risiko tinggi jantung, paru, SSP, DVT. Kurangnya pemahaman terhadap hipoksia dan risikonya termasuk penanganan yang adekuat berkontribusi terhadap terjadinya kematian pada jemaah dipenerbangan haji. Skrining yang dilakukan dalam pemeriksaan I dan II masih belum memperhatikan hal-hal yang terkait tentang penerbangan. Padahal jemaah haji akan terpapar lama dikondisi yang pada dasarnya tidak fisiologis di dalam lingkungan pesawat. Secara khusus pengetahuan petugas kesehatan terhadap risiko dalam penerbangan perlu ditingkatkan.
Background: Pilgrims who went to holy land had to undergo health examination and stated "istitaah". However because of the high number of the elderly that contributed to the morbidity dan mortality of the pilgrims from Indonesia in 2017. This purpose of this study was describe the cause of in flight mortality in 2017. Method: The study design was qualitative, specifically following the method of verbal autopsy with medical doctor who handle that cases as the resource persons, we assessed the available data of the cases and also interviewed the pilgrim health center at the ministry of health. Result: Ten cases in flight mortality were reported in 2017, where nine cases occurred during return flight to Indonesia. Based on the interview with the resource person cause of death was hypoxia happened as a result of (1) anemia, which was untreated; (2) heart diseases; (3) Chronic obstructive pulmonary diseases. There was a possibility of one pulmonary embolism due to deep vein thrombosis that release to the blood stream. Hypoxia as an aerophysiological factor, occurs in pilgrims with a high risk of heart, lung, CNS, DVT. Lack of understanding about hypoxia, the risk and adequate treatment, contributed to the in flight mortality among the pilgrims. The first and the second screening had not yet put attention to identify the risk of flying.In fact, the pilgrims were exposed quite long in an nonphysiologic environment inside the cabin. In particular there was a need to improve the knowledge on risks in aviation. Conclusion: Aerophysiologyc factor that to inflight mortality of pilgrims in 2017 where hypoxia dan pulmonary embolism. The health system was not optimal, The health service system has not been implemented optimally, special training and assistance in aviation medicine is required.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masruroh
Abstrak :
Ibadah haji merupakan ibadah fisik, sehingga jemaah haji dituntut untuk mampu secara jasmani dan rohani agar dapat melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji dengan baik dan lancar. Hasil pemeriksaan kesehatan pada calon Jemaah haji Kabupaten Cirebon tahun 2022 menunjukkan bahwa hipertensi merupakan diagnosa penyakit tertinggi. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang ditandai dengan kadar LDL yang tinggi, HDL yang rendah dan/atau trigliserida yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dislipidemia dengan kejadian hipertensi derajat 1. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan tahap kedua pada calon Jemaah haji yang diunggah pada Siskohatkes. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan Cox Regression. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi derajat 1 sebesar 24,28%, sedangkan prevalensi dislipidemia sebesar 43,9%. Calon Jemaah haji sebagian besar berusia kurang dari 60 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki pendidikan tinggi dan bekerja, tidak merokok dan tidak minum alkohol, mengalami obesitas sentral dan tidak menderita DM. Hasil penelitian diperoleh bahwa calon Jemaah haji yang mengalami dislipidemia berisiko 1,5 kali (95%CI: 1,2-1,8) lebih tinggi untuk menderita hipertensi derajat 1 dibandingkan dengan calon Jemaah haji yang tidak mengalami dislipidemia setelah dikontrol obesitas sentral. Penelitian ini menyarankan kepada Jemaah haji untuk membatasi konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan lemak trans, melakukan senam aerobik, tidak merokok, dan menerapkan pola makan rendah karbohidrat untuk mencegah dislipidemia serta rutin cek kesehatan untuk deteksi dini PTM. Diharapkan Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan dapat memperbaharui Siskohatkes dan mewajibkan pemeriksaan kesehatan tahap pertama. Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon diharapkan melakukan sosialisasi terkait petunjuk teknis pemeriksaan kesehatan kepada petugas pengelola haji di Puskesmas. ......Hajj is a physical worship, so pilgrims are required to be able physically and spiritually so that they can carry out the whole series of pilgrimage properly. The results of medical examinations for prospective haj pilgrims in Cirebon district in 2022 show that hypertension is the highest disease diagnosis. Dyslipidemia is a risk factor for hypertension which is characterized by high levels of LDL, low HDL and/or high triglycerides. The purpose of this study was to determine the assocaition between dyslipidemia and the incidence of grade 1 hypertension. The research design used was Cross Sectional, using secondary data from the results of the second stage of health examinations on prospective hajj pilgrims uploaded on Siskohatkes. Data analysis used the Chi-Square and Cox Regression tests. The results showed that the prevalence of grade 1 hypertension was 24.28%, while the prevalence of dyslipidemia was 43.9%. Prospective pilgrims are mostly aged less than 60 years, female, have higher education and work, do not smoke and do not drink alcohol, have central obesity and do not suffer from DM. The results of the study showed that pilgrims who had dyslipidemia had a risk of 1.5 times (95% CI: 1.2-1.8) to suffer from grade 1 hypertension compared to pilgrims who did not dyslipidemia after controlling for central obesity. This study advises pilgrims to limit their consumption of foods high in saturated fat and trans fat, do aerobic exercise, not smoke, and adopt a low-carbohydrate diet to prevent dyslipidemia and routine health checks for early detection of NCDs. It is hoped that the Hajj Health Center, Ministry of Health can renew Siskohatkes and mandatory first stage of health examination. The Cirebon District Health Office can inform technical guidelines for health examination to haj management staff at the Puskesmas.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Melva Rebekka
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Khaerunnisa Rizqiani
Abstrak :
Wisata Pilgrim merupakan salah satu jenis pariwisata yang dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat yang banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Kabupaten Demak merupakan kesultanan di masa lalu yang memiliki banyak peninggalan bersejarah. Fasilitas wisata pilgrim primer yang dikembangkan dengan tema wisata religi yaitu Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga. Keduanya memiliki pengaruh terhadap perubahan wilayah terbangun dan fungsi bangunan di sekitar fasilitas primer wisata yang mengarah pada kelengkapan fasilitas pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk menginformasikan potensi wisata pilgrim, perubahan wilayah terbangun dan perubahan fungsi bangunan pendukung wisata pilgrim di Kabupaten Demak secara keruangan. Potensi Wisata Pilgrim dan berbagai perubahan didapatkan dari survey lapang, wawancara informan dan studi literatur. Kemudian diberikan penilian terhadap potensi dan fasilitas yang ada sehingga akan memberikan daya dukung wilayah terbangun wisata pilgrim. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan. Hasil dari penelitian ini adalah perubahan wilayah terbangun dan fungsi bangunan pendukung potensi wisata pilgrim di Kabupaten Demak masih rendah. Hal ini dikarenakan rencana pariwisata pemerintah belum mengarah pada pengembangan wisata pilgrim tetapi pada agrowisata dan kolaborasi beberapa macam pariwisata, persepsi akan wisata pilgrim pun belum dikenali oleh masyarakat dan pemerintah setempat. ......Pilgrim Tourism is one type of tourism that is associated with religion , history, customs and beliefs people or groups in a society that is mostly done by an individual or group to the holy places, to the tombs of the great or exalted leader, to a hill or mountain is considered sacred , burial place as the leader of a human figure or a full magical legend. Demak is a sultanate in the past that has a lot of historical relics. Primary pilgrim tourist facilities developed under the theme of religious tourism, namely Demak Great Mosque and the Tomb of Sunan Kalidjaga. Both have an influence on changes in pave surface and function of the buildings around the primary facilities that lead to the complete of tourism facilities. This study aims to inform the pilgrim tourism potential, changes in the pave surface and change the function of the building support pilgrim tourism in Demak with spatial point of view. Pilgrim Tourism Potential and various changes obtained from field survey, informant interviews and literature studies. Then given scoring of the potential and existing facilities that will provide the carrying capacity of the pave surface and building function support pilgrim tourism. The method of analysis used in the study is descriptive analysis method with spatial approach. The results of this study are changes in pave surface and building function support pilgrim tourism potential in Demak still low. This is because the government's tourism plan has not led to the development of pilgrim tourism but the collaboration of several kinds of agro tourism, pilgrim tourism perception is not yet recognized by the community and local government.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kompas, 2006
297.35 JEJ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sajuti Thalib
Jakarta: Bulan Bintang, 1976
297.351 SAJ p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Langland, William
London: Phoenix House, [1959]
821.1 LAN v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bunyan, John
London : Oxford University Press, 1930
823.42 BUN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>