Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Maria D. Dwianto
"Skripsi ini menguraikan mengenai citraan-citraan di dalam empat puisi Sylvia Plath, yakni Purdah, _Daddy, Edge dan Crossing the Water yang mencerminkan death wish penyairnya. Tujuan skripsi ini adalah menunjukkan bagaimana citraan-citraan bernadakan kehancuran, kekerasan, kebencian di satu pihak dan kesuraman serta keheningan di pihak lain merupakan ekspresi dari bentuk-bentuk proyeksi death wish Plath. Penelitian dilakukan dengan metode kepustakaan. Sebagai pegangan utama dalam memaparkan teori death wish di dalam psikoanalisis dipergunakan karya terjemahan dari Sigmund Freud berjudul Instinct and their Vicissitudes, sedangkan dalam pembuktian adanya death wish yang kuat di dalam diri Sylvia Plath dipergunakan buku berjudul Sylvia Plath karya Susan Bassnett dan Bitter Fame : A life of Sylvia Plath serta catatan harian Plath yang dikumpulkan dalam The Journals of Sv.2 via Plath sebagai buku-buku acuan yang utama. Pembahasan citraan dilakukan dengan berpegang pada The Poetic Image karya C. Day Lewis dan teen i_teari citraan dalam puisi yang telah diperdalam selama masa perkuliahan. Analisis citraan dititikberatkan pada citraan yang bernadakan kehancuran dan kesuraman dengan berbagai variasinya. Hasil analisis menunjukkan bahwa di dalam diri Sylvia Plath terdapat death wish yang sering melampui batas yang wajar, seperti tercermin dalam depresi berkepanjangan, kecenderungan untuk selalu menyalahkan diri sendiri, sifat destruktif dan amarah yang tak terkendali dan usahanya untuk bunuh diri sebanyak dua kali. Dengan proyeksi yang berbeda-beda, death wish ini tercermin di dalam citraan empat puisi Plath. Citraan kekerasan, amarah dan penghancuran di dalam Purdah dan Ladd_ mencerminkan sifat destruktif death wish yang diarahkan ke obyek lain; sementara citraan kesuraman, keheningan dan keusaian yang mendominusi Edge dan Crossing the Water mencerminkan tujuan asli death wish, yakni kembali ke keadaan diam dan statis benda tak bernyawa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14141
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sylvia Rochili Saali bin Ajuni
"
ABSTRAKSkripsi ini membahas novel. The Bell Jar karya sas_tra Sylvia Plath yang pertama kali. di terbitkan pada 1963 oleh William Heinemann Ltd., London. Karya yang mendapat sambutan baik ketika pertama kali di terbitkan ini, te1ah membangkitkan minat: saya untuk memilihnya sebagai bahas_an skripsi . Saya tertarik pada masalah-masalah yang dihadapi tokoh utama bernama Esther Greenwood, seorang wa_nita muda berbakat dan intelek, dalam manghadapi norma_-norma dan kewajiban-kewajihan sosial yang berlaku di masyarakatnya. Ia didik dan dibesarkan, dalam lingkungan masyarakat puritan pinggiran kota Boston, dan merasa ha_rus patuh kepada tuntutaan-tuntutan sosial menyanqkut masalah norma-norma dan peran-peran sosial yang wajib dijalaninya. Tuntutan-tuntutan ini. membuatnya merasa Tertekan, terhimpit dan tidak berdaya untuk memberontak.
Pengalaman-pengalaman baru waktu, ia perqi ke New York, selain memaparkan juranq-juranq nilai yang sangat dalam, juga makin mernpertajam kesadarannya akan ketidak_adilan masyarakat dan norma-norma terhadap dirinya sebagai wanita. Gadis pinggiran kota Boston ini sangat terguncang melihat kenyataan-kanyataan New York dan norma-norma serta peran sosial yang amat kontradiktif dengan
"
1986
S13957
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Theresia M. Adam
"Manusia adalah mahluk yang sangat rapuh. la lemah dan sendirian. Untuk menanggulangi ketidakberdayaannya itu ia lalu membangun sebuah benteng yang terdiri dari penipuan-penipuan ke dalam dan tekanan-tekanan ke luar. Benteng itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung tapi juga sebagai tempat melancarkan serangan-serangan terhadap orang-orang yang dianggap membahayakan keselamatan benteng. Meminjam kata-kata Baldwin (lihat halaman 58-59), orang hanya akan merasa selamat bila ia melihat orang lain berada dalam bahaya. Dalam ke tiga novel yang Gaya sorot kita bisa melihat bagaimana masyarakat mengancam keselamat_an individu-individu tertentu yang berada di luar benteng demi memperkokoh keselamatan diri.McMurphy harus dilobotomi karena ia terlalu banyak menertawakan sistim terapi dalam rumah sakit jiwa yang ditempatinyat dan juga karena ia terlalu berpengaruh di antara kawan-kawannya. Bila McMurphy sampai berhasil membuat teman-temannya ikut menertawakan Sang Sistim, Para dokter jiwa dan Nurse Rached akan kehilangan satu-satunya pegangan mereka, yaitu rasa kuat dan hebat"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S14239
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library