Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Fitriani
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan semakin berkembangnya Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai alternatif investasi, maka perlu kiranya dicari strategi-strategi pemilihan saham yang dapat membantu investor dalam melakukan investasi melalui BEJ. Sampai saat ini sudah banyak yang dapat membantu dan strategi pemilihan saham yang ditawarkan oleh para pakar asing yang telah sukses diterapkan di bursa-bursa Iuar negeri. Tetapi, keberhasilan strategi-strategi tersebut di bursa asing belum menjadi jaminan bahwa strategi tersebut akan berhasil pula bila diterapkan di BEJ, karena adanya perbedaan kondisi di Indonesia dengan kondisi di luar negeri, Untuk itu, sebelum diterapkan di Indonesia, strategi-strategi tersebut perlu diuji terlebih dahulu.

James O?Shaughnessy (1997) telah melakukan suatu penelitian yang menarik di Wall Street dengan membandingkan hasil antara satu strategi dengan strategi lain. Selanjutnya dari hasil perbandingan ini la membuat suatu strategi dasar yang disebut sebagai cornerstone value strategy dan cornerstone growth strategy.

Penetitian ini menarik untuk dilakukan di Indonesia, karena dapat dipakai untuk mencari strategi yang cocok untuk diterapkan di Indonesia. Untuk itulah dalam tugas akhir ini dilakukan penelitian untuk membandingkan hasil yang didapat oleh berbagai kriterìa yang blasa dipakai untuk memilih saham. Perbandingan lebih difokuskan untuk membandingkan antara rasio rendah dengan rasio tinggi. kriteria tunggal dengan kriteria kombinasi, kategori seluruh saham dengan kategori saham besar serta rnembandingkan sirategi yang dapat memberikan hasil baik dengan hasil yang tidak memuaskan.

Untuk mendapatkan hasil tersebut maka pertama-tama dibentuklah dua kategori untuk membedakan antara populasi seluruh saham dengan saham besar. Kemudian dari kedua kategori ini dibentuk portofolio-portofolio yang terdiri dari 25 saham, dimana saham- saham tersebut dipilih berdasarkan beberapa kriteria, antara lain PER (Price to Earning Ratio), PSR (Price to Sales Ratio), PBV (Price to Book Value), ROE (Return on Equity), dividend yield dan relative price strength (RPS), strategi dasar value dan strategi dasar growth.

Strategi dasar value dan growth yang dimaksud dalam tugas akhir ¡ni adalah cornerstone value dan growth strategy yang diperkenalkan oleh Shaughnessy. Dalam strategi dasar value, saham-saham yang dipilih adalah saham yang memiliki dividend yield tertinggi dan saham-saham yang memiliki kriteria sebagai berikut:

. saham berasal dari kategori saham besar

. jumlah saham blasa outstanding yang dimiliki Iebih besar daripada rata-rata jumlah saham biasa outstanding bursa

. cashflow per share lebih besar danipada rata-rata cashflow per share bursa

. penjualan 1,5 x lebih besar daripada rata-rata penjualan saham-saham yang terdaftar di bursa.

Sedangkan dalam strategi dasar growth, saham-saham yang dipilih adalah saham yang memiliki relative price strength terbaik dan saham-saham yang memenuhi kniteria benikut:

. saham berasal dari kategori seluruh saham

. memiliki earning gain selama 5 tahun berturut-turut

. memiliki Price to Sales ratio dibawah 1,5

Sementara itu untuk membandingkan antara hasil rasio tinggi dan rendah, maka untuk kriteria PER., PSR dan PBV dibentuk masing-masing dua portofolio lagi, dimana portofolio pertama terdiri dari saham-saham yang memiliki rasio tertinggi, dan portofoio kedua terdiri dari saham-saham yang memiliki rasio terendah.

Selanjutnya, dibentuk pula portofollo yang saham-sahamnya dipilih dengan menggunakan kombinasi antara dua kriteria, yaitu dengan mengkombinasikan PER, PBV, PSR dan ROE dengan relative price strength.

Portofolio-portofolio ini mulai dibentuk pada awal bulan Mei 1993, dan dirubah setiap tahunnya sampai awal bulan Mei 1997 Sedangkan return dihitung sampai dengan akhir April 1998. Setelah portofolio tersebut dibentuk, kemudian dilakukan perbandingan kinerja masing-masing portofolio dengan menggunakan ranking berdasarkan return rata- rata per bulan, standard deviasi sebagal gambaran resiko, dan Sharpe Measure. Selain ¡tu diperbandingkan pula presentase return negatif yang diperoleh serta presentase return yang berhasil mengatakan return pasar.

Berdasarkan perbandingan tersebut terlihat bahwa portofolio yang dibentuk dengan menggunakan kriteria PER, PBV dan PSR terendah memberikan hasil yang lebih balk daripada kriteria PER, PBV dan PSR tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan rasio rendab memberikan basil yang Iebih baik danipada penggunaan rasio tinggi.

Selain itu, bila diperbandingkan antara kategori seluruh saham dengan kategori saham besar, terlihat bahwa hasil yang didapat oleh saham besar tidak sebaik hasil yang ditunjukkan oleh kategori seluruh saham. Hasil ini diperkuat lagi oleh hasil yang didapat dan penelitian lanjutan yang rnembandingkan antara portofolio saham besar dengan portofolio saham kecil, dìmana terlihat kinerja portofoijo saham kecil memberikan hasil yang jauh lebih balk daripada portofolio saham besar. Penemuan ini menunjukkan hahwa pembatasan pemilihan saham pada saham besar dapat merugikan investor karena ternyata salinan keciI dapat memberikan kinerja yang Iebih baik, baik dari segi return nya saja maupun dan segi risk-aJdjusted return (Sharpe Measure).

Hal lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan kriteria kombinasi tidak dapat memperbaiki penggunaan kriteria tunggal. Terlepas dari ketidakakuratan pemilihan kriteria yang digabungkan tersebut, hasil ini dapat dijadikan petunjuk bahwa investor harus berhati-hati dLam menggunakan kriteria kombinasi karena hasilnya dapat memperburuk kinerja portofolionya.

Selain itu, dalam penelitian ini juga terlihat bahwa kinerja terbaik ditunjukkan oleh portofolio-portofolio yang menggunakan kriteria PER terendah, PBV terendah, dividend yield tertìnggi dan ROE tertinggi, dimana keempatnya dapat mengarahkan pasar. Dari keempat kriteria ini, portofolio yang dibentuk dengan kriteria PBV terendah memiliki resiko tertinggi, sedangkan portofollo dengan kriteria ROE tertinggi memiliki resio terendah. Sementara ¡tu, kriteria PER terendab dapat menghasilkan return yang tertinggi.

Bila hasil kriteria PBV terendah dibandingkan dengan kriteria PER terendah dan dividend yield tertinggi, terlihat bahwa kriteria PBV menempati urutan terbawah dari segi return, tetapi menempati urutan teratas dari segi resiko. ini berarti dengan menggunakan kriteria ini investor menghadapi resiko yang Iebih tinggi untuk mendapatkan return yang lebih rendah.

Sementara itu, diantara keempat kriteria tersebut, kriteria ROE memiliki return terendah dan resiko terendah pula. Jadi. kriteria ¡ni dapat dipakai untuk investor yang tidak mau menanggung resiko yang tinggi. tetapi menghendaki return yang cukup baik, yaitu return yang dapat mengalahkan return pasar.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library