Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sutadi Budiardjo
"ABSTRAK
Mengingat pentingnya pelayanan kesehatan dan pihak Lembaga Pemasyarakatan sarana dan prasarananya masih jauh dari memadai maka dari itu upaya kerjasama dengan pihak terkait terus di bina agar kekurangan dalam pelayanan kesehatan dapat terbantu walupun belum terpenuhi semuanya. Karena hal ini diharapkan pihak terkait dapat membantu banyaknya kekurangan-kekurangan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan.
Keputusan bersama yang telah digariskan oleh masing-masing pimpinan belum sepenuhnya diterapakan sehingga dalam pelaksanaan hanyak terjadi kendalakendala justru yang sangat direpotkan adalah pihak Lembaga Pemasyarakatan sendiri karena pihak Lembaga Pemasyarakatan berada dalam posisi pihak yang sangat mengharapakan bantuan pelayanan kesehatan.
Kecilnya dana kesehatan yang dimiliki oleh Lembaga Pemasyarakatan membuat pihak Lembaga Pemasyarakatan harus terus selalu berupaya mendekati pihak terkait, selain itu juga memberikan peluang kepada siapapun bagi yang simpati untuk membantu pelayanan kesehatan atas dasar kemanusian, ditambaha lagi dengan semakin meningkatnya penghuni Lembaga Pemasyarakatan yang sudah barang tentu membawa dampak kurang baik dalam kehidupan Lembaga Pemasyarakatan.
Penelitian yang penulis Iakukan secara kualitatif bahwa pelaksanaan hubungan kerjasama Lembaga Pemasyarakatan dengan pihak terkait dalam pelayanan kesehatan narapidana sudah berjalan tetapi belum terlaksana secara sebelumnya, hal ini disebabkan karena masing-masing istansi atau LSM masih kekurangan dana ditambah sumber daya manusianya serta sistem birokrasi yang terkadang menghambat. Hal ini menandakan bahwa pihak Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang berupaya secara maksimal dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana khisusnya dalam perawatan kesehatan narapidana.

ABSTRACT
Referring to the importance of health treatment and the infratructures and means of correctional institutions aren't much more properly, so that cooperation with the interrelated perties can't be fulfillid completely yet. Therefore, it is hopped the interrelated parties can assist the deficiencies of the correctional institution.
Collective decision had been outlined by each leader, however it never been applied completely, so that in the realization there are many obstacles that cause a fuse for correctional instructions themselves, because correctional institutions in the position of needing more health treatments.
Being minimum of the health funds that belonging to the correctional institutions, it causes that they should make an effont for approaching the interrelated parties; besides, they also give apportunities to whoever that have sympathy for assisting health treatment based on humanity; furthermore, by increasing the total of prisoners in the correctional institutions, it can make bad impact to the existence of correctional institutionals.
The research that had been carried aut by the writer by using qualitative method, resulted : cooperation between correctional institutional and interrelated parties, about prisoners health treatments had run, however hadn't been carried out correctly yet, it was caused by each instance or social society instutute are still lack of funds, in addition their human resources and their bureacracy systems somtimes can hamper them. This case indicates that I class Tangerang correctional institution had made maximal efforts for carrying out establiahment of prisoners, special in their health treanment.
"
2007
T20663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah
"ABSTRAK
Disertasi ini membahas tentang determinan infeksi tuberkulosis laten pada wargabinaan pemasyarakatan di Rutan klas 1 Bandung. Penelitian ini menggunakandesain cross sectional dan dianalisis dengan regresi logistik berganda. Hasilpenelitian ini menunjukan prevalensi infeksi TB laten sebesar 76,9 dan TB aktif2,3 . Risiko tinggi dan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadianinfeksi TB laten yaitu kebiasan merokok sering sebesar 12,99 kali dan kebiasanmerokok kadang-kadang sebesar 9,34 kali. Determinan lainnya yang berisikomengalami infeksi TB laten yaitu riwayat kontak TB diluar rutan sebesar 3,02kali, status gizi kurang dari normal sebesar 2,64 kali dan status gizi lebih darinormal sebesar 0,21 kali, penahanan lebih dari 1 kali sebesar 0,44 kali, usia lebihdari 26-34 tahun sebesar 0,23 kali, usia 34-42 tahun sebesar 0,41 kali dan usialebih dari 42 tahun sebesar 0,63 kali. TB laten sangat tinggi sehingga diperlukanskrining TB laten agar dapat memutus mata rantai TB. Determinan utama TBlaten adalah merokok sehingga perlu pembatasan penjualan rokok dan membuatregulasi hingga kebiasaan merokok warga binaan pemasyarakatan berhenti. Selainitu, juga perlu meningkatkan status gizi sesuai dengan angka kecukupan gizi.

ABSTRACT
This dissertation discusses the determinant latent tuberculosis infection ofprisoners in state prison class 1 Bandung. This study used cross sectional designand analyzed by multiple logistic regression. The results of this study show theprevalence of latent TB infection is 76.9 and active TB is 2.3 . The highest riskand the most dominant factors associated with the incidence of latent TB infectionwho have smoking habits frequently are 12.99 times and intermitent smokinghabits are 9.34 times. Other determinants who have risk of latent TB infectioninclude a history of TB contact outside the prison is 3.02 times, less nutritionalstatus from normally is 2.64 and nutritional status more than normally is 0.21times, incarceration more than once is 0,44 times, age range of 26 34 years old is0.23 times, the age 34 42 years is 0.41 times and the age more than 42 years is0.63 times. The occurence of latent TB is very high that latent TB screening isnecessary to be able to cut the transmission of TB. The main determinant of latentTB is smoking so it is necessary to restrict the sale of cigarettes and make aregulation to stop smoking habits of prisoners. In the other hand, it also needs toimprove nutritional status in accordance with the nutritional adequacy rate."
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Juwita Nelwan
Depok: Badan Penerbit FK UI, 2017
616.97 ERN h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Syafitri
"Provider initiated testing and counseling (PITC) merupakan program penanggulangan HIV/AIDS yang tepat dilaksanakan di Rutan Klas I Cipinang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan PITC. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional survey dengan data primer melalui kuesioner pada 130 responden tahanan dan Napi yang berisiko HIV/AIDS. Hasil penelitian menunjukan pemanfaatan pelayanan PITC sebanyak 52 responden atau 40% belum memanfaatkan pelayanan PITC . Hubungan antara pemanfaatan pelayanan PITC dengan penerimaan stigma dan diskriminasi terkait HIV/AIDS merupakan hubungan yang paling signifikan (p value = 0,000 ,OR 20,781). Sedangkan keyakinan manfaat PITC (p value = 0,000, OR = 12,372), Dukungan keluarga dan institusi (p value = 0,000, OR = 9,993), kebutuhan Pelayanan PITC (P value = 0,001, OR = 6,587), pengetahuan PITC (p value = 0,002, OR = 6,130), mempunyai hubungan yang signifikan. Maka dari itu, diperlukan kerjasama lintas program petugas kesehatan dan petugas keamanan, dalam bentuk penyuluhan rutin bagi pihak keluarga tahanan dan WBP yang berisiko HIV/AIDS untuk mengurangi stigma dan diskriminasi yang timbul dari pihak terdekat.
......Provider initiated testing and counseling (PITC) is the response to HIV / AIDS is the right place in Class I Cipinang Rutan. This study aimed to identify factors associated with utilization of PITC services. This study uses cross-sectional survey approach with the primary data through questionnaires to 130 respondents detainees and inmates at risk of HIV / AIDS. The results showed a picture of service utilization PITC as much as 52 respondents or 40% did not use PITC services. The relationship between service utilization PITC with the acceptance of stigma and discrimination associated with HIV / AIDS is the most significant relationship (p value = 0.000, OR 20.781). While the benefits of PITC confidence (p value = 0.000, OR = 12.372), family and institutional support (p value = 0.000, OR = 9.993), Service needs of PITC (P value = 0.001, OR = 6.587), knowledge of PITC (p value = 0.002, OR = 6.130), had a significant relationship. With the results of this study is expected to be important information for policy makers to make this study as a reference in applying the PITC so that service standards more quickly accessed and used by WBP-risk prisoners and HIV / AIDS."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31511
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Surya Aning Lestari
"ABSTRAK
Remaja yang berada di lembaga pembinaan khusus anak merupakan kelompok yang rentan untuk melakukan perilaku berisiko HIV. Hasil skrinning HIV di LPKA menunjukkan bahwa sebagian remaja pernah melakukan hubungan seksual, tato, tindik, dan narkoba suntik. Peer education merupakan cara yang efektif serta efisien untuk mencegah penularan HIV/AIDS di penjara karena dapat berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peer education yang dilaksanakan bulan Mei sampai Juni 2017 terhadap pengetahuan dan niat untuk mengurangi perilaku berisiko HIV. Penelitian menggunakan desain quasi experimental without control dengan kuesioner pretest-posttest. Hasil penelitian terhadap 39 responden menunjukkan bahwa terdapat peningkatan bermakna pada pengetahuan HIV berdasarkan indikator MDGs p=0,015 , pengetahuan HIV total p=0,000 , niat hanya berhubungan seksual dengan satu pasangan setia p=0,05 , dan niat melakukan tes HIV p=0,02 . Namun demikian, tidak ada peningkatan secara bermakna pada niat abstinance p=0,317 dan niat menggunakan kondom 0,206.

ABSTRACT
Adolescents in prisons are vulnerable to perform HIV risk behaviors. Results of HIV screening from LPKA, showed that some adolescent had had sexual intercourse, tattoos, piercing, and injecting drugs. Peer education is the most effective and efficient program to prevent HIV transmission in prisons because its sustainability. The research aims to know the effect of peer education on May until June 2017 on knowledge and intent to reduce HIV risk behavior. The research used quasi experimental without control design with pretest posttest questionnaires. The results showed that there was a significant increase in HIV knowledge based on the MDGs indicator p 0.015 , total HIV knowledge p 0,000 , intention to only have sexual intercourse with one faithful partner p 0.05 , and intention to test HIV p 0.02 . But, there was no significant increase in intention to abstinance p 0.317 and intention to using condom 0.206. "
2017
S69801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library