Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qowa`id
"Tesis ini dimaksudkan untuk menunjukkan kaitan hubungan antara tarekat dan politik pada Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di Mranggen, Demak, Jawa Tengah. Kaitan hubungan antara keduanya terdapat dalam adanya kesamaan yang berkenaan dengan simbol dan pranata mengenai kekuasaan.
Kekuasaan pada hakekatnya milik Tuhan Allah semata. Untuk sampai kepada para penganut/anggota Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, pesan-pesan tentang kekuasaan Allah tersebut secara berurutan disampaikan dan diwakilkan melalui manusia-manusia yang dipilih-Nya dalam satu mata rantai silsilah ajaran yang tidak terputus. Adapun mata rantai silsilah ajaran Tarekat ini adalah: Allah, Malaikat Jibril, Nabi Muhammad , Ali bin Abi Tholib, Hsein, Zaenal Abidin, Muhammad Bagir, Jakfar Shodik, Musa Al Kadzim, Abu Hasan Ridlo, Makruf Al Karhi, Sari Assaqoti, AbdulWahid At Tamimi, Abil Faroj At Turtusi, Abu Hasan Ali Al Hakkari, Abu Said Al Mubarok, Abdul Qodir, Abdul Aziz, Muhammad Al Hattak, Syamsuddin, Syarofuddin, Nuruddin, Waliyuddin, Hisamuddin, Yahya, Abu Bakar, Abdurrohim, Usman, Abdul. Fatah, Muhammad Murod, Syamsuddin, Ahmad Khotib Sambas, Abdul Karim Banten, Ibrohim Brumbung, dan Asnawi Banten, Abdul Latif Banten dan Abdurrahman Menur, KH. Muslih, Dari KH Muslih Mranggen diteruskan kepda para pemimpin tarekat saat ini yakni KH Ahmad Mutohar, KH Lutfil Hakim. KH. Mahdum, KH. Ridlwan, dan KH.Abdurrhman.
Karena terdapat pengetahuan dan keyakinan mengenai kekuasaan tersebut, kemudian terdapat model-model, pedoman-pedoman bertindak yang akhirnya menjadi pranata-pranata dalam tarekat ini yang terwujud di dalam tradisi-tradisi mengenai dzikir, silsilah, barokah, baiat, tawajjuhan, kewalian, kemursyidan, kekhalifahan, kemuridan.
Melalui pranata-pranata yang terdapat dalam tarekat tersebut, simbol-simbol dan konsep kekuasaan diungkapkan dan diwujudkan.
Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki, para pemimpin tarekat ini melakukan usaha-usaha untuk menguasai berbagai sumber daya lainnya baik dalam lingkup penganut tarekat itu sendiri maupun pada masyarakat di luar pengikut. Masyarakat, khususnya pengikut tarekat ini, diminta untuk mengikuti berbagai pendapat dan tindakan yang dilaksanakan oleh para pemimpin tarekat ini. Dengan pengetahuan dan keyakinann yang dimiliki oleh para pengikutnya, banyak dari pengkutnya mematuhi kehendak para pemimpin mereka .Para pengikut diminta untuk melaksanakan ziarah dan upacara khol (ulang tahun kematian) para pemimpin dan kerabat pemimpin tarekat ini, agar masuk menjadi anggota Jam'iyyah Tarekat Muktabaroh An Nahdiyyah (organisasi tarekat di bawah NU) memilih orsospol sesuai dengan yang dipilih pemimpin tarekat ini, membantu berbagai lembaga pendidikan yang dikelola oleh para pemimpin tarekat ini dan lain sebagainya. Permintaan tersebut baik berupa tenaga, biaya, atau dengan memasukkan anggota keluarganya pada lembaga pendidikan tersebut.
Tidak semua kehendak dan permintaan pemimpin tersebut selamanya diikuti seluruhnya. Sebagian diantaranya ditolak karena para pengikut memiliki alasan yang berbeda dengan sebagian para pemimpin mereka. Para pengikut telah memiliki berbagai sumber informasi selain informasi yang datang dari pemimpin mereka. Namun perbedaan tersebut tidak menyebabkan perpecahan di antara para pengikut. Mereka saling menghormati perbedaan tersebut. Para pengikut tarekat dari Mranggen memang hidup suatu lingkungan yang dapat digolongkan masa perpindahan dari masyarakat petani ke masyarakat industri. Sarana komunikasi di wilayah ini banyak dan mudah didapatkan sehingga informasi yang masuk pada masyarakat pengikut tarekat ini banyak diperoleh.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Selama ini tasawuf dengan berbagai wadah tarekatnya hanya dimengerti dengan kumpulan aktivitas batiniah, sebagai proses mendekatkan diri kepada Tuhan. Padahal lebih dari itu, tasawuf sebenarnya bisa terlibat langsung dengan realitas maknawi kehidupan manusia. Ajaran tentang syari'at, tarekat dan hakikat tidak bs dipisahkan satu dengan lainnya, dan akan terlihat nyata menjadi satu kesatuan ketika ia dihadapkan dengan peristiwa alami manusia. Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang mengajarkan empat nilai utama: kesempurnaan suluk, adab [etika], dzikir, dan murakabah yang berdiri di atas prinsip dasar Islam, Iman, dan Ihsan menuntut perwujudannya melalui kesalehan sosial, termasuk keterlibatannya dalam penanganan bencana di daerah yang terkena bencana gempa bumi. Pertanyaannya, bagaimana tarekat ini menjadikan kenyataan bencana sebagai suatu pengalaman bersama untuk mencapai kesalehan sosial sebagaimana yang diajarkan dalam tasawuf sosial? Dalam kasus peran serta penanganan gempa bumi di Cigalontong Tasikmalaya, tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah memulai internalisasi paham kesempurnaan suluk oleh para oleh para pengikutnya juga bisa mengamalkan tasawuf sosial. Nilai-nilai humanisme dalam tasawuf sosialnya akan menjadi aktual dan fungsional, terlebih bagi masyarakat yang sangat rentan dengan bencana alam ini."
JTW 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Adila Nisa
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang karakteristik, sejarah, perkembangan, amalan dan pengaruh kelompok tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah terhadap masyarakat di wilayah Depok Timur. Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah merupakan tarekat temuan tokoh Indonesia asli. Tarekat ini merupakan tarekat gabungan antara Tarekat Qodiriyah dan Tarekat Naqsabandiyah. Sebagian besar amalan Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah adalah zikir karena Syekh Sambas yang merupakan pendiri dari tarekat ini berasal dari kedua tarekat dan mengajarkannya dalam satu versi. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kepustakaan dengan proses pengumpulan data dan wawancara langsung dengan salah satu tokoh Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah di Depok Timur. Penulis melewati beberapa proses yaitu; mencari dan mengumpulkan sumber data, klarifikasi data, analisis data, dan penyusunan jurnal. Sedangkan teori yang penulis gunakan dalam jurnal ini adalah teori agama dan tradisi budaya. Dapat disimpulkan dari hasil temuan bahwa karakter dan amalan tarekat ini masih bergantung pada pusatnya yang berada di Suryalaya, sedangkan perkembangan dan pengaruh tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah di wilayah Depok Timur ini belum berkembang karena masyarakat di sekitarnya belum mengenal dan masing-masing memiliki pemahaman dan keyakinan yang berbeda.

ABSTRACT
This journal discusses the characteristics, history, development, practice and group influence on society Naqsyabandiyah Qadiriyya tariqa in the East Depok. Tariqa Qadiriyya tariqa Naqsyabandiyah the original findings of Indonesian leaders. The congregation is a combination of Tariqa Qadiriyya congregation and the Order Naqsyabandiyah. Most of the Order practice Qadiriyya Naqsyabandiyah is remembrance for Sambas Sheikh who was the founder of this Order is derived from both the congregation and taught in one version. The method I use in this study is qualitative methods and literature with the data collection process and a live interview with one of the characters in Depok Tariqa Qadiriyya Naqsyabandiyah East. The author passed several processes, namely search for and collect the data source, clarification of data, data analysis, and preparation of the journal. While the theory that I use in this paper is a theory of religious and cultural traditions. It can be concluded from the findings that the character and deeds of this order still depend on its center located in Suryalaya, while the development and influence of Qadiriyya Naqsyabandiyah congregation in Depok area is undeveloped East because not familiar with the surrounding community and each has a different understanding and confidence."
2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yon Machmudi
"
ABSTRAK
Tarikat Qadiriah wan Nagsyabandiah, disingkat TQN, didirikan oleh Syekh Ahmad Khatib Sambas pada abad ke-19 M. Awal penyebaran tarikat ini berpusat di Makkah, tetapi sejak abad ke-20 M ketika terjadi penyerbuan tentara Abdul Aziz yang beraliran wahabi dan anti tarikat, pusat penyebaran tarikat ini tidak lagi di Mekkah. Pusat penyebaran tarikat kemudian bergeser ke Indonesia.
Dalam sebuah tarikat terdapat pemimpin tertinggi yang disebut mursyid. Mursyid ini memegang kekuasaan tertinggi dalam tarikat. Di Jombang, TQN yang dipimpin oleh Kyai Dhimyati ini mempunyai ciri-ciri kepemimpinan. Pertama, rekruitmen dan suksesi kepemimpinan tidak lagi bersifat tertutup dan menjadi otoritas mutlak mursyid, suksesi kepemimpinan telah bergeser pada pemilihan mursyid dengan Cara musyawarah, hanya saja faktor keturunan atau geneologi masih tetap mendominasi. Kedua, mempunyai efektifitas dan otoritas kepemimpinan yang masih sangat kuat dan tidak tergoyahkan. Ketiga, mempunyai pengaruh wilayah kepemimpinan yang terbatas tetapi memiliki wilayah penyebaran yang relatif luas dan tidak terbatas.
Itulah sebuah kepemimpinan yang berlaku pada masyarakat tarikat dengan mursyid sebagai pemimpin tertinggi. Kalau pemimpin informal Islam lainnya telah mengalami pergeseran dan pemudaran otoritas kepemimpinan maka untuk mursyid sebagai pemimpin informal masih tetap memiliki otoritas yang kuat, karena dia masih menempati posisi sentral dalam komunitasnya.
"
1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyati
Jakarta: Kencana, 2010
297.8 SRI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library