Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ruminta
"Climate changes and global warming had a great impacts on rainfall patterns. The rainfall patterns
changes can influence on rainfed land cropping system. In relation to that fact, study on change of rainfall pattern
and it?s impacts on rainfed land cropping system had been carried out at the West Java. The study based on
rainfall and crop production data that was analyzsed by Adaptive Neuro-Fazzy Inference System. The results
showed that the pattern of rainfall at West Java region in the last 30 years has changed and tend to decline. Long
rainy season becomes shorter and extreme rainfall (droughts or floods) has increase. Long rainy season changed
from 6-7 months to 4-6 months and led to a shorter period of growing season. Early planting changed and back
about 1-2 dasarian of early planting is usually done in 14th dasarian. In the area of West Java, production of rice
and corn trend to increase while soybean production tends to decline. Model production of food crops which were
analyzed by ANFIS very accurate and can be used for projecting the production of rice, corn, and soybeans.
Perubahan iklim dan pemanasan global sangat mempengaruhi perubahan pola curah hujan. Perubahan pola
curah hujan tersebut berdampak pada sistem pertanian tanaman pangan lahan tadah hujan. Sehubungan dengan hal
itu telah dilakukan penelitian mengenai perubahan pola curah hujan dan dampaknya terhadap sistem pertanian
tanaman pangan lahan tadah hujan di Jawa Barat. Penelitian menggunakan data curah hujan dan produksi tanaman
pangan yang dianalisis menggunakan model Adaptive Neuro-Fazzy Inference System. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pola curah hujan di wilayah Jawa Barat pada 30 tahun terakhir mengalami perubahan dan
cenderung menurun. Lama musim hujan menjadi lebih pendek dan curah hujan ekstrim (kekeringan atau banjir)
semakin meningkat. Lama musim hujan berubah dari 6-7 bulan menjadi 4-6 bulan dan menyebabkan periode
masa tanam lebih pendek. Awal tanam mengalami perubahan dan mundur sekitar 1-2 dasarian dari awal tanam
sebelumnya yang biasa dilakukan pada dasarian ke 14. Di wilayah Jawa Barat, produksi tanaman padi dan jagung
cenderung meningkat sedangkan produksi tanaman kedelai cenderung menurun. Model produksi tanaman pangan
hasil analisis ANFIS sangat akurat dan dapat dipergunakan untuk memproyeksikan produksi padi, jagung, dan
kedelai."
Bandung: Universitas Padjadjaran. Staf Pengajar Departemen Budidaya Pertanian , 2016
630 AGRIN 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Susanto
"This research was aimed to initially test 40 rainfed lowland dedicated GSR lines along with 3 checks, i.e.
PSBRC68, Situbagendit, and Silugonggo. The trial was conducted in ICRR experimental station in Sukamandi
with irrigation only until 2 weeks after transplanting and during flowering. The trial was conducted during DS
2012 following Randomized Complete Block Design of three replication in 1 m x 1 m plot size and planting space
of 20 cm x 20 cm. Transplanting was conducted to 21 days old seedings. The results showed that identified five
line that have higher yields than the best check Silugonggo ( 4.22 t/ha ), which Luyin 46 ( 5.18 t/ha ), 926 ( 5.12
t/ha ), SACG - 7 ( 4.46 t/ha ), LH1 ( 4.36 t/ha ) and Weed Tolerant Rice ( 4.30 t/ha ). A total of three lines , namely
ZX788 ( 84 HSS ), 08FAN4 ( 89 HSS ) and D100 ( 91 HSS ) has a ripe age is significantly more early maturity of
the check is very early maturing Silugonggo ( 95 HSS ). GSR lines tested had similar agronomic characters with
existing varieties, among others, from 46.67 to 100.2 cm plant height, number of productive tiller 6-10 fruit,
flowering age 56-86 HSS, or physiological maturity round 84 -102 HSS, filled grain 47-185 grains per panicle,
1000 grain weight 17.94 to 32.34 g, and the results ranged from 0.95 to 5.18 t/ha.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji awal daya adaptasi 40 galur GSR untuk padi sawah tadah hujan
(GSR-Rainfed Lowland/GSR-RFLL) yang diintroduksi dari IRRI sebagai salah satu set pengujian dalam INGER
(International Network for Rice Genetic Evaluation) beserta 3 varietas cek, yaitu PSBRC68, Situbagendit, dan
Silugonggo. Pengujian dilakukan pada kondisi sawah irigasi di Kebun Percobaan BB Padi di Sukamandi, namun
dengan perlakuan kering fase vegetatif, yaitu pengairan diberikan hingga dua minggu setelah tanam dan pada saat
tanaman berbunga, sebagai simulasi kondisi kering di lahan tadah hujan. Penelitian dilakukan pada MK 2012
menggunakan rancangan acak kelompok tiga ulangan pada plot berukuran 1 m x 1 m dan jarak tanam 20 cm x 20
cm. Tanam pindah dilaksanakan pada saat bibit berumur 21 HSS. Hasil pengujian mengidentifikasi lima galur
yang memiliki daya hasil lebih tinggi daripada cek terbaik Silugonggo (4,22 t/ha), yaitu Luyin 46 (5,18 t/ha), 926
(5,12 t/ha), SACG-7 (4,46 t/ha), LH1 (4,36 t/ha) dan Weed Tolerant Rice (4,30 t/ha). Sebanyak tiga galur, yaitu
ZX788 (84 HSS), 08FAN4 (89 HSS) dan D100 (91 HSS) memiliki umur masak yang secara nyata lebih genjah
dari cek sangat genjah Silugonggo (95 HSS). Galur-galur GSR yang diuji memiliki karakter agronomi setara
dengan varietas unggul yang telah ada, antara lain tinggi tanaman 46,67-100,2 cm, jumlah anakan produktif 6-10
buah, umur berbunga 56-86 HSS, atau masak fisiologis sekitar 84-102 HSS, gabah isi per malai 47-185 butir,
bobot 1000 butir 17,94-32,34 g, dan hasil berkisar 0,95-5,18 t/ha."
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2016
630 AGRIN 20:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library