Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trimita Anggia
Abstrak :
Kelurahan Cililitan merupakan salah satu daerah di ibukota yang menjadi kantong permukiman bagi para perantau suku Batak. Berdasarkan sejarahnya, para perantau membentuk permukiman sekaligus lapo dan gereja sebagai jejak keberadaan dan tempat berkumpul. Berbeda dengan permukiman lain, seluruh lapo di Kelurahan Cililitan yang tersebar di sekitar gereja dan permukiman Batak yaitu Kampung Mayasari membentuk pola berderet dan mengelompok. Lapo yang tersebar di Kelurahan Cililitan memiliki perbedaan dan persamaan ciri lokasi dilihat dari jaringan jalan, jangkauan gereja Batak, jenis makanan dan minuman, dekorasi, dan fasilitas lapo dengan karakteristik pengunjung yang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lokasi lapo Batak dari aspek site dan situation, serta mengetahui pola karakteristik lokasi lapo yang terbentuk berdasarkan karakteristik pengunjungnya yaitu jenis kelamin, usia, suku, teman berkunjung, dan aktivitas pengunjung dengan menggunakan analisis keruangan serta deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan lapo di Kelurahan Cililitan dilihat dari site dan situation yaitu “Kurang Ideal” dan “Mudah Dijangkau” terletak di lokasi dengan aksesibilitas baik dan dekat dengan gereja dengan target pasarnya yaitu para jemaat yang ingin istirahat makan. Pada karakteristik lokasi lapo yang “Cukup Ideal & Mudah Dijangkau” dan “Cukup Ideal & Cukup Mudah Dijangkau” terbentuk pola kunjungan pengunjung lapo tersebut dengan jenis kelamin laki-laki, berusia lansia, bersuku Batak, datang berkunjung sendiri dan bersama teman, serta melakukan aktivitas istirahat makan. Pada karakteristik lokasi lapo yang “Kurang Ideal & Mudah Dijangkau” dan “Kurang Ideal & Cukup Mudah Dijangkau” terbentuk pola kunjungan pengunjung lapo yang mana seimbang didatangi oleh pengunjung laki-laki dan perempuan, berusia lansia, bersuku Batak, datang berkunjung bersama keluarga, serta melakukan aktivitas istirahat makan dan berkumpul/berbincang bersama teman/keluarga. ......Cililitan Village is one of the areas in the capital which has become a residential area for Batak nomads. Historically, the nomads formed settlements as well as lapo and churches as traces of their existence and gathering places. In contrast to other settlements, all the lapo in Cililitan Village which are scattered around the church and the Batak settlement, namely Kampung Mayasari, form a pattern of rows and clusters. Lapo scattered in Cililitan Subdistrict have differences and similarities in location characteristics seen from the road network, the range of Batak churches, types of food and drink, decoration, and facilities of the lapo with varying visitor characteristics. This study aims to determine the characteristics of the Batak lapo locations from the site and situation aspects, as well as to determine the characteristic pattern of the lapo locations formed based on the characteristics of the visitors, namely gender, age, ethnicity, visiting partner, and visitor activities using spatial analysis and quantitative descriptive. The results showed that the characteristics of the location of the lapo which were "Quite Ideal & Easy to Reach" and "Quite Ideal & Fairly Easy to Reach" formed a visiting pattern for the lapo visitors with male gender, elderly, Batak ethnicity, coming to visit with friends and family, and doing meal breaks. The results showed that the lapo in Cililitan Village, in terms of site and situation, namely "Less Ideal" and "Easy to Reach" was located in a location with good accessibility and close to the church with the target market, namely congregations who wanted to take a break to eat. In the characteristics of the location of the lapo which are "Quite Ideal & Easy to Reach" and "Quite Ideal & Fairly Easy to Reach" a pattern of visits to the lapo is formed with male sex, elderly, Batak ethnicity, coming to visit alone and with friends, as well as carrying out activities break eat. In the characteristics of the location of the lapo which are "Less Ideal & Easy to Reach" and "Less Ideal & Fairly Easy to Reach" a pattern of visiting lapo visitors is formed which is balanced by male and female visitors, elderly, Batak ethnicity, coming to visit with family, and doing meal break activities and hanging out/talking with friends/family.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreina Fara Hapsari
Abstrak :
Pola konsumsi masyarakat saat ini yang suka makan di restoran telah memunculkan fenomena baru. Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim membutuhkan sertifikasi halal pada restoran sebagai sarana perlindungan dari mengkonsumsi makanan haram. Namun, perilaku konsumen untuk bersantap di restoran halal tidak hanya dipengaruhi oleh adanya sertifikasi halal melainkan juga faktor budaya dan religiusitas. Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) untuk membedah pengaruh faktor perceived value, perceived usefulness, budaya serta religiusitas konsumen terhadap behavioral intention konsumen restoran bersertifikasi halal. Responden penelitian ini adalah masyarakat berusia 18-25 tahun yang pernah mengunjungi restoran bersertifikasi halal dalam satu bulan terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived usefulness, horizontal collectivism, dan vertical individualism memiliki pengaruh terhadap behavioral intention. Sedangkan variabel religiusitas terbukti mempengaruhi hubungan perceived usefulness dengan behavioral intention, horizontal collectivism dengan behavioral intention, vertical individualism dengan behavioral intention, dan horiontal individualism dengan behavioral intention. ...... The consumption pattern of today?s society that like to dine in restaurant has created a new phenomenon. Indonesia, which is a Muslim majority country needs halal certification on restaurant as a protection for consumer from consuming a non-halal food. However, consumer behavior to dine in a halal certified restaurant is not only affected by halal certification, but also by culture and religiosity. This research using a Structural Equation Modelling (SEM) to analyze the effect of perceived value, perceived usefulness, culture, and religiosity towards cosumer?s behavioral intention to dine in halal-certified restaurant. Respondents of this research are those who are between 18 ? 25 years old and have visited halalcertified restaurant within the last month. This research find that perceived usefulness, horizontal collectivism, and vertical individualism affect consumer's behavioral intention. This research also find that religiosity affect the relationship between perceived usefulness and behavioral intention, horizontal collectivism and behavioral intention, vertical individualism and behavioral intention, and horiontal individualism and behavirola intention.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S64717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusni, JJ
Yogyakarta: Ombak, 2005
337.15 KUS m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Keenan Mandela Gebze
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak 1960an geograf mulai menggunakan mental maps yang digambarkan pada kertas untuk melakukan studi mengenai ruang. Kemunculan fenomena Volunteered Geographic Information VGI pada abad ke-21 mempersembahkan jenis data baru yang bisa digunakan oleh geograf dalam meneliti ruang. Penelitian ini bermaksud untuk membandingkan akurasi antar kedua data tersebut menggunakan konsep produk spasial. Agar bisa dibandingkan, diperlukan partisipan yang bersedia untuk mengisi webmap untuk mendapatkan VGI , print-out peta cetak, dan mental mapsnya. Mahasiswa Universitas Indonesia yang tinggal di Kelurahan Kukusan dipilih sebagai partisipan penelitian. Mereka diminta untuk memetakan tiga tempat makan favoritnya di Kelurahan Kukusan sebagai strategi untuk mengidentifikasi tempat makan populer sekaligus mengungkap mental maps mereka. Total ada 142 responden mengisi webmap yang menghasilkan VGI berupa 419 titik tempat makan favorit beserta penilaian karakterstiknya. Dari 142 responden, 13 diantaranya bersedia mengisi peta print out peta cetak sehingga keduanya bisa dibandingkan. Dari data VGI, tiga tempat paling populer di Kelurahan Kukusan yang berhasil diidentifikasi adalah Cumlaude, Bahari, dan Samtari. Secara umum, tempat makan populer diingat sebagai tempat yang memiliki akses dan fasilitas baik; sedangkan yang tidak begitu populer memiliki karakteristik harga yang pas, lingkungan yang nyaman, dan penduduk sekitar yang ramah dibanding tempat yang populer. Dari hasil perbandingan, tidak ditemukan adanya perbedaan antara VGI dengan data yang diperoleh melalui peta cetak di kertas. Meskipun begitu, ada temuan yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara akurasi VGI dengan mental maps yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.
ABSTRACT
In the 1960s, geographer started to use mental maps that are drawn in a paper to study places. The emerging of Voulnteered Geographic Information VGI in the 21st century presents geographer a new data to study places. This research are are an attempt to compare those two by using spatial product concept. To compare those two, there must be a willing person as a participant of this research, to draw on a webmap to obtain VGI and paper map, and their mental maps. Students in the University of Indonesia that lives temporarily in Kelurahan Kukusan are choosen as the participant. They rsquo re asked to identify three of their favourite eating place in Kukusan as a strategy to identify popular eating place and to obtain their mental maps. In total, there are 142 participants filling up the webmap, creating a VGI map of 419 favourite eating spots in Kukusan with their ratings about the places characteristic. From the 142, 13 of them are willing to fill their paper map so that the two data can be compared. From the VGI, the three most popular eating places are identified as Cumlaude, Bahari, and Samtari. In general, popular eating places are remembered to have good accessibility and facility and the not so popular ones are remembered to have more suitable prices, comfortable environment, and friendly peoples than the popular ones. There is no difference in between the accuracy VGI and the accuracy of data obtained by print map. But, there seems to be an interesting relationship between the accuracy of VGI with the mental maps that should be researched further.
2017
S68206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library