Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dika Migi Priyono
"Salinitas merupakan salah satu cekaman abiotik yang mengancam produksi padi di Indonesia. Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, BB-Biogen telah melakukan pengembangan varietas padi Ciherang toleran salinitas hingga generasi BC4F2 dan BC5F1. Tanaman generasi BC4F2 dan BC5F1 Ciherang-OsDREB1A selanjutnya memerlukan serangkaian pengujian. Pertama, penapisan toleransi terhadap salinitas tinggi untuk menyeleksi tanaman yang menunjukkan sifat toleran terhadap salinitas tinggi. Kedua, analisis molekuler yang mencakup analisis integrasi, ekspresi OsDREB1A, dan Southern blot. Hasil penapisan salinitas terhadap BC4F2 dan BC5F1 Ciherang-OsDREB1A selama 26 hari dengan EC akhir berkisar 18 mS/cm telah berhasil menyeleksi 134 individu putatif transgenik dari total 543 tanaman uji.
Hasil analisis integrasi menggunakan primer hptII menujukkan 73 dari 134 tanaman putatif transgenik memiliki hasil positif hptII. Seluruh tanaman yang positif PCR hptII juga terdeteksi memiliki hasil positif PCR menggunakan primer kombinasi 35S-496-F/OsDREB1A-R, mengindikasikan kestabilan integrasi transgen tetap terjaga selama persilangan. Hasil analisis ekspresi OsDREB1A menunjukkan terdapat variasi level ekspresi OsDREB1A antar individu Ciherang transgenik. Hasil analisis Southern blot menunjukkan jumlah salinan T-DNA berjumlah sekitar 6--8 kopi. Galur terbaik berdasarkan hasil analisis molekuler adalah BC5F1-K14-23-3 dan BC4F2-K13-11-3.
......Salinity is one of the abiotic stresses that threaten rice production in Indonesia. In order to support the food security programs, BB-Biogen has started doing development of salinity tolerant rice varieties Ciherang up to BC4F2 and BC5F1 generations. BC4F2 and BC5F1 generations of Ciherang-OsDREB1A transgenic lines require a series of tests for verifying the salinity tolerance and stability of transgene integration. First, screening for selecting the Ciherang-OsDREB1A transgenic lines that revealed tolerance to high salinity. Second, molecular analysis that includes analysis of integration, OsDREB1A expression, and Southern blot. The screening result of Ciherang-OsDREB1A transgenic lines BC4F2 and BC5F1 for 26 days with final EC approximately 18 mS/cm, had been successfully selected 134 putative transgenic plants of a total 543 tested plants.
PCR analysis results showed that 73 of 134 putative transgenic plants had PCR positive using hptII-F/hptII-R primer. Plants were detected positive in PCR analysis using hptII-F/hptII-R primer were also positive in PCR analysis using specific primer 35S-496-F/OsDREB1A-R, indicating that the stability of the transgene integration is maintained during the crossing. The results of OsDREB1A expression analysis showed that there were variations in expression levels among individuals Ciherang-OsDREB1A transgenic lines. The results of Southern blot analysis showed that the T-DNA copy number around 6--8 copies. Best lines based on the results of molecular analysis is BC5F1-K14-23-3 and BC4F2-K13-11-3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The T-S diagram of waters i s important to understand because useful to know the water mass origin of the local waters. Therefore it is need a better undestanding of T-S diagram dynamic of the waters...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Liberty Trirahmadika Widyakusuma
"Ice slurry merupakan media pendingin yang dihasilkan melalui rekayasa sistem refrigerasi dengan memanfaatkan air laut sebagai bahan dasarnya. Ice slurry sebagai media pendingin merupakan alternatif terbaik untuk mendinginkan ikan, hal tersebut karena seluruh badan ikan dapat tertutupi oleh es berbentuk kristal dengan diameter 0.1-0.2mm dan temperatur dibawah 0 oC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang prototype ice slurry generator dan menganalisis laju produksi dengan membandingkan beberapa variasi salinitas air laut. Parameter dalam penelitian ini adalah laju produksi ice slurry generator hasil rancangan. Laju produksi terbaik ice slurry generator generasi ke-6 pada penelitian ini adalah 0.284 Ton/12 Hours , dihasilkan oleh air laut dengan salinitas 10 ppt dengan putaran 335 RPM pada scraper dan 1064 RPM pada pompa.
......Ice slurry is a cooling medium generated through refrigeration system engineering by utilizing sea water as its base material. Ice slurry as a cooling medium is the best alternative for fish cooling and preservation, this is because the whole body of fish can be covered by ice crystals with a diameter of 0.1 0.2 mm and temperatures below 0 oC. The purpose of this research is to design a prototype of ice slurry generator and analyze the production rate by comparing some salinity variation of seawater. The parameter in this research is the production rate of slurry ice generator specially designed for this research. The best production rate of slurry ice generator 6th generation in this research is 0.284 Ton 12 Hours , produced by 10 ppt salinity of seawater with 335 RPM rotation on scraper and 1064 RPM on the pump."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Permata Sari
"Ice Slurry merupakan hasil rekayasa sistem pendingin pada evaporator dengan memanfaatkan air laut sebagai media freezing point depressing additive. Teknologi ice slurry sangat berperan penting dalam proses penangkapan ikan di laut lepas, karena kualitas ikan yang di dinginkan oleh ice slurry jauh lebih baik di bandingkan oleh media pendingin lainya. Modifikasi evaporator dengan lapisan Teflon dan jarak clearance dimaksudkan untuk mengurangi daya dan mempersingkat waktu pembuatan ice slurry. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari pengaruh modifikasi evaporator dan menganalisis kinerja dari generator dengan variasi salinitas air laut. Semakin tinggi salinitas air laut maka semakin rendah suhu ice slurry. Tetapi lebih tinggi salinitas belum tentu efisien dari segi daya pembentukan ice slurry yang dibutuhkan untuk mendinginkan ikan, karena hasil tangkapan rata-rata laut perlu suhu pendinginan antara -1 sampai -2 ?. Parameter dalam penelitian ini adalah daya terendah dan waktu tersingkat dalam pembentukan ice slurry. Modifikasi evaporator membuat friksi pada generator menurun sehingga mengurangi kebisingan, menurunkan kebutuhan daya pada generator ice slurry rata ndash; rata sebesar 63 Watt, juga mengurangi waktu pembentukan ice slurry rata ndash; rata sebesar 11 detik.
......Ice Slurry is the result of cooling system engineering on the evaporator by utilizing seawater as a freezing point depressing additive medium. Ice slurry technology plays an important role in the process of catching fish in the open seas, because the quality of the fish is cooled by ice slurry is much better in comparison with other cooling media. The evaporator modification with Teflon coating and clearance distance is intended to reduce power and shorten the ice slurry making time. The purpose of this research is to find the effect of evaporator modification and to analyze the performance of generator with salinity variation of seawater. The higher the salinity of sea water the lower the ice slurry temperature. But higher salinity is not necessarily efficient in terms of the ice slurry forming power required to cool the fish, since the average sea catch rate needs a cooling temperature between 1 to 2 . The parameters in this study are the lowest power and the shortest time in ice slurry formation. The evaporator modification causes the friction on the generator to decrease so as to reduce noise, decrease the power requirement on an average ice slurry generator by 63 Watt, also reducing the average ice slurry time by 11 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Rabbani Putranto
"Air merupakan keperluan yang fundamental untuk kehidupan di dunia dan diperlukan untuk melanjutkan kehidupan di masa depan. Di banyak bagian dunia, kontrolisasi dan eksploitasi air telah membangun pembangunan ekonomi di dunia. Meskipun 72% bumi dipenuhi oleh air, 97% darinya merupakan air laut asin, yang tidak cocok untuk aplikasi di dunia industri. Untuk mendesalinasi air laut harus menaikkan temperature air laut sampai kondisi di atas temperature saturasinya. Dalam penelitian ini kami menggunakan metode throttling process untuk desalinasi. Throttling process merupakan salah satu metode yang berfungsi untuk membatasi aliran air yang menyebabkan penurunan tekanan yang signifikan. Berdasarkan simulasi didapatkan bahwa efisiensi thermal PLTU meningkat dengan adanya penambahan throttling proses. Khususnya semakin besar pinch point temperatur di dalam kondenser maka efisiensi thermal PLTU semakin besar. Penambahan throttling process ini juga dapat memproduksi akuades hasil desalinasi yang dapat diterapkan pada PLTU.
......Water is a fundamental need for life in the world and is needed to continue life in the future. In many parts of the world, the control and exploitation of water has built economic development in the world. Although 72% of the earth is filled with water, 97% of it is salty sea water, which is not suitable for applications in the industrial world. To desalinate sea water one must increase sea water temperature until conditions are above the saturation temperature. In this study we used the throttling process method for desalination. Throttling process is one of many method that serves to limit the flow of water which causes a significant decrease in pressure. Based on the simulation, it was found that the thermal efficiency of the power plant increased with the addition of throttling processes. Especially the greater the temperature pinch point inside the condenser, the greater the thermal power efficiency of the power plant. The addition of throttling process can also produce desalinated distilled water that can be applied to power plants. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Dwi Octavia
"Muara adalah sistem yang sangat unik, di mana pencampuran antara sungai dan air laut menghasilkan gradien curam komponen abiotik yang berbeda yang mencakup salinitas, suhu, anorganik, dan nutrisi organik (Santos et al., 2014). Wilayah estuari memiliki peran penting namun juga memiliki kerentanan yang bisa mengancam kehidupan yang ada di wilayah estuari, sehingga perlu adanya pengetahuan batas estuari supaya pelestarian dapat tetap terjaga, dan dapat meningkatkan pengelolaan dan pengembangan wilayah estuari.
Penelitian ini memiliki tujuan menganalisis batas Estuari Ci Mandiri dan Estuari Ci Sadane berdasarkan salinitas permukaan perairan, dan menganalisis hubungan salinitas permukaan perairan estuari dengan curah hujan, arus permukaan laut dan pasang surut air laut di Estuari Ci Mandiri dan Estuari Ci Sadane. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah salinitas, curah hujan, arus permukaan laut, dan pasang surut. Metode penelitian menggunakan Algoritma Ci Mandiri dengan mengolah Citra Landsat 8 OLI tahun 2018 dan 2019.
Hasil dari penelitian ini adalah batas Estuari Ci Mandiri dan Estuari Ci Sadane berdasarkan salinitas permukaan perairan yang diamati berdasarkan musim hujan maupun musim kemarau terbagi menjadi 3 kelas batas estuari yaitu Mexo-oligohaline (0,5-5‰), Mexo-mesohaline (5-18‰), dan Mexo-polyhaline (18-30‰). Nilai salinitas Estuari Ci Mandiri mendapat pengaruh yang sangat kuat oleh musim selanjutnya pasang surut dan yang terakhir adalah arus, hal ini dikarenakan Estuari Ci Mandiri merupakan perairan dalam. Sementara pada Estuari Ci Sadane, nilai salinitas mendapat pengaruh yang kuat oleh musim selanjutnya arus dan yang terakhir pasang surut, serta pengaruh air tawar dari daratan hal ini dikarenakan Estuari Ci Sadane merupakan perairan dangkal.
......
Estuary is an exclusive system, where mixing between rivers and seawater produces steep gradients of different abiotic components that include salinity, temperature, inorganic, and organic nutrients (Santos et al., 2014). Estuary areas have an important role but also have vulnerabilities that can threaten life in the estuary region, so it is necessary to have knowledge of estuarine boundaries so that conservation can be maintained, and can improve the management and development of estuarine areas.
This study aims to analyze the boundaries of the Ci Mandiri Estuary and the Ci Sadane Estuary based on surface water salinity, and analyze the relationship of estuarine surface water salinity with rainfall, sea surface currents and tides in the Ci Mandiri Estuary and Ci Sadane Estuary. The variables used in this study are salinity, rainfall, sea surface currents, and tides. The research method use the Ci Mandiri Algorithm by processing OLI Landsat 8 Imagery in 2018 and 2019.
The results of this study are the Ci Mandiri Estuary and Ci Sadane Estuary boundaries based on the water surface salinity observed based on the rainy season and the dry season divided into 3 estuary boundary classes specifically Mexo-oligohaline (0.5-5 ‰), Mexo-mesohaline (5-18 ‰), and Mexo-polyhaline (18-30 ‰). Ci Mandiri's salinity value is strongly affected by season, then by tides and last by the currents, it is because the Ci Mandiri Estuary has a deep waters. Meanwhile in the Ci Sadane Estuary, the salinity value is strongly affected by season, then by the currents and tides, and also affected by freshwater from land, it is because the Ci Sadane Estuary has a shallow water.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armyn Effendi
"Aedes aegypti umumnya memilih perindukan berisi air tawar dan berhubungan erat dengan kehidupan manusia. Larutan garam menghalangi peletakan telur dan pertumbuhan larva nyamuk ini. Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh kadar garam terhadap (1) peletakan telur, (2) pertumbuhan larva dan (3) pengaruh kadar garam dalam medium penumbuhan larva terhadap kematian pupa dan nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa serta umur nyamuk dewasa aktif.
Untuk percobaan ini dipakai 200 ekor nyamuk betina berasal dari daerah Cawang yang dibagi dalam 4 kurungan, masing-masing berisi 4 media peletakan telur yang mengandung larutan O%, 0,5%, 0,8% dan 1,1% NaCl. Untuk pertumbuhan larva dipakai larutan O%, 0,5%, 0,8% dan 0,95% NaCl. Telur yang berasal dari medium peletakan telur di tetaskan dalam medium penumbuhan larva dengan kadar yang sama kecuali dari 1,1% ke O,95%. Kemudian dilakukan pengamatan umur nyamuk dewasa aktif yang berasal dari tiap medium penumbuhan.
Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan yang bermakna jumlah telur yangdiletakkan di antara media yang digunakan, kecuali antara medium 0.5% dan 0,8%. Terdapat korelasi negatif yang cukup bermakna antara jumlah telur dan kadar NaCl. Didapatkan perbedaan waktu pertumbuhan yang bermakna larva menjadi pupa di antara media yang digunakan. Kematian larva, pupa dan nyamuk yang baru keluar dari pupa bertambah dengan meningkatnya kadar NaCl Tidak didapatkan perbedaan umur yang bermakna antara nyamuk betina maupun jantan yang berasal dari medium berbeda.
Peningkatan kadar NaCl medium menyebabkan jumlah telur yang diletak berkurang, pertumbuhan larva makin lambat; kematian larva, pupa dan nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa bertambah. Umur nyamuk dewasa aktif tidak dipengaruhi oleh kadar NaCl medium."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1983
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Setia Nugraha
"Indonesia merupakan Negara Maritim yang memiliki potensi besar dalam perikanan tangkap. Terbukti dalam data statistik perikanan tangkap Indonesia meningkat setiap tahunnya sebesar 2,73% sesuatu yang dapat menjadi acuan untuk mengembangkan sektor perikanan. Namun faktanya walaupun daya tangkap nelayan tinggi tapi daya jual ikan nelayan masih kurang memuaskan. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah proses paska penangkapan ikan yang kurang baik yang menyebabkan kualitas ikan tangkap menurun. Proses paska penangkapan ikan yang vital adalah penanganan kesegaran dan kualitas ikan dengan cara mendinginkan ikan hasil tangkapan.
Dewasa ini teknologi terbarukan dalam sistem pendingin bermunculan, salah satunya adalah ice slurry. Ice slurry adalah fasa yang terletak antara fasa liquid dan fasa es, ice slurry awalnya banyak digunakan sebagai second refrigerant untuk sistem pendingin bangunan, namun seiring dengan waktu ice slurry berfungsi juga untuk mendinginkan ikan. Ice slurry memiliki kelebihan dalam mendinginkan ikan, selain memiliki luas permukaan kontak dengan ikan yang lebih besar dari balok es dan butiran es juga dapat dibuat dari suspensi salah satunya air laut.
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin membandingkan efek dari variasi salinitas terhadap pembentukan dan besarnya fraksi es yang dihasilkan serta pengaruh temperatur lingkungan terhadap pembentukan fraksi es tersebut. Pengujian dilakukan pada scraper blade ice slurry generator. Hasil dari pengujian tersebut bahwa fraksi es banyak terbentuk pada salinitas tinggi dan temperatur lingkungan yang rendah. Untuk tiap salinitas yang sama dengan variasi temperatur lingkungan, maka selisih fraksi es yang dihasilkan oleh setiap salinitas pada variasi temperatur lingkungan adalah selisih terbesar terletak pada temperatur lingkungan yang tinggi.
......Indonesia is a maritime country has great potential in fisheries. Proven in Indonesia's fishery statistics increased annually by 2.73% something that can be a reference for developing the fisheries sector. However, despite the fact that high power fishing gear but the marketability of fish still unsatisfactory. One of the factors that cause this is the post-fishing leading to poor quality of the fish catch decline. The process of post-vital fishing is handling the freshness and quality of fish by the fish cooling.
Today renewable technologies emerging in the cooling system, one of which is ice slurry. Ice slurry is a phase that is located between the liquid phase and the phase of ice, ice slurry was initially widely used as a second refrigerant for the building cooling system, but over time the ice slurry also serves to cool the fish. Ice slurry has advantages in a cool fish, in addition to having a surface area in contact with the larger fish from the blocks of ice and hail can also be made from one suspension seawater.
The purpose of this study was to compare effects of salinity variations on the formation and size of the resulting ice fractions and effect of ambient temperature on the formation of the ice fraction. Test performed on the scraper blade ice slurry generator. The results from these tests that the high fraction of ice formed on high salinity and low ambient temperature. For each salinity equal to ambient temperatur variations, the difference in the fraction of ice produced by each salinity on variation of ambient temperature is the biggest difference lies in the high ambient temperature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Dantie Ladya
"Estuari adalah wilayah sangat dinamis tempat bertemunya air laut yang bersalinitas tinggi dengan air tawar bersalinitas rendah. Salinitas di wilayah estuari berkisar antara 0.5-30?. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui zonasi estuari Ci Mandiri berdasarkan salinitas permukaan perairan; mengetahui hubungan salinitas dengan arus laut, pasang surut, curah hujan dan debit sungai. Nilai salinitas diperoleh melalui citra Landsat 8 tahun 2014 dan 2015 menggunakan algoritma pendugaan salinitas Woutuyzen dkk (2008) yang kemudian divalidasi menggunakan data pengukuran salinitas di lapangan tanggal 9 Juni 2014 dan 25 April 2015.
Citra Landsat 8 yang digunakan adalah citra tahun 2014 pada tanggal 17 Februari, 22 April, 9 Juni, 28 Agustus, 29 September, 31 Oktober, 18 Desember serta citra tahun 2015 tanggal 24 Maret. Nilai salinitas di lapangan diukur menggunakan alat portable salinity refractometer.
Berdasarkan hasil pendugaan salinitas, terdapat 3 zona di Estuari Ci Mandiri berdasarkan salinitasnya yaitu Mexo-mesohaline, Mexo-polyhaline, dan Euryhaline. Salinitas tinggi terjadi saat kecepatan arus yang bergerak secara horizontal tinggi, debit aliran sungai dan curah hujan rendah, serta laut dalam keadaan surut. Salinitas rendah ditemukan saat keadaan pasang dengan kecepatan arus yang bergerak secara horizontal rendah serta debit aliran sungai dan curah hujan tinggi.
......
Estuary is a very dynamic area where low salinity river water mixed with high salinity sea water which give estuary 0.5-30? salinity. The aim of this research is to know Ci Mandiri Estuary zonation based on sea surface salinity; determine the relationship between salinity, sea surface current, sea tides, precipitation and river discharge. The value of sea surface salinity was getting by interpretation of Landsat 8 satellite image with salinity equation by Wouthuyzen et al (2008) and validated using salinity measurement in research area at June 9th 2014 and April 25th 2015.
Landsat 8 satellite image data used is the image on 2014 February 17th, April 22nd, June 9th, August 28th, September 29th, October 31st, Desember 18th and 2015 March 24th. The value of sea surface salinity in research area was measure by portable salinity refractometer.
Based on this research there was 3 zone of Ci Mandiri estuary based on salinity, Mexo-mesohaline, Mexo-polyhaline and Euryhaline. High salinity when sea surface current high, river discharge and precipitation low, and flow period. Low salinity when sea surface current low, river discharge and precipitation high, and ebb period."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradilla Maulina
"Operasional Reaktor Serba Guna (RSG) 30 MW di kawasan Puspitek, Serpong yang memungkinkan terjadinya pelepasan radionuklida yang akan mengkontaminasi sistem perairan, salah saatunya adalah Cesium-137. Biota laut mampu mengakumulasi zat radioaktif sehingga konsentrasinya pada tubuh biota menjadi berlipat dibandingkan konsentrasi zat radioaktif di lingkungan. Kontaminasi dapat terjadi melalui jalur internal (ingesti) maupun jalur eksternal (radiasi lingkungan). Didukung oleh hal tersebut maka dilakukan studi bioakumulasi 137Cs oleh ikan kerong-kerong (Therapon jarbua) dari perairan Teluk Jakarta melalui jalur air laut.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari mekanisme bioakumulasi 137Cs dengan faktor pengaruh salinitas dan suhu air pada T. jarbua dengan menggunakan metode biokinetika kompartemen tunggal melalui tiga tahap percobaan yaitu, aklimatisasi, kontaminasi dan depurasi serta dilakukan pengukuran aktivitas 137Cs dengan spektrometer gamma HPGE. Hasil penelitian menunjukkan Nilai faktor biokonsentrasi (BCF) pada salinitas 26?; 29?; 32?; dan 35? berturut-turut adalah 2.22; 2.14; 1.56; dan 6.17 mL g-1, sedangkan nilai BCF pada suhu 28˚C; 31 ˚C;34 ˚C; dan 37 ˚C berturut-turut adalah sebesar 2.78; 3.25; 3.79; dan 3.51 mL g-1.
......The 30MW-Serba Guna Reactors (RSG) in puspitek ,Serpong may allow the release of the radionuclides that would contaminate the water system, one of them, is Caesium-137. Marine organisms are capable of accumulating the radioactive substances, resulting a higher concentration of it inside their body in contrast to the environment. Contamination can occur through internal pathways (ingestion) or external pathway (radiation in the environment). Supported by these statement, the 137Cs bioaccumulation study was performed by observing Target Fish (Therapon jarbua) from the Jakarta Bay.
This research is intended to study the bioaccumulation's mechanism of 137Cs with the influence of salinity and water temperature on T. jarbua using a single-compartment biokinetic model by doing three experimental processes, namely acclimatization, contamination, and depuration. The activity of 137Cs was measured by High-purity Germanium (HPGE) gamma spectrometer. The results shows the values of bioconcentration factor (BCF) on T. jarbua at 26 ?; 29 ?; 32 ?; and 35 ? salinity, which are 2.22; 2.14; 1.56; and 6.17 mL g-1, respectively. On the other hand, the BCF values at 28°C; 31 °C; 34 ° C; and 37 ° C temperature are 2.78; 3.25; 3.79; and 3.51 mL g-1, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>