Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rikawarastuti
Abstrak :
Perilaku seksual dapat merugikan anak jalanan karena akan memunculkan masalah kesehatan seperti kehamilan yang tidak diiginkan, abortus yang tidak aman, serta meningkatnya risiko untuk terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS. Selain itu, dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak jalanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pada anak jalanan di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan dengan menggunakan data Save the Children yang didukung oleh USAID. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perilaku seksual anak jalanan sebesar 6,9%. Faktor yang dominan mempengaruhi perilaku seksual adalah umur, kota, tempat tinggal, penggunaan napza, dan konsumsi rokok. Dari penelitian ini disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan desain penelitian dengan teknik pengambilan sampel systematic snow balling. Bagi LSM Pendampingan Anak Jalanan melakukan program penyuluhan kesehatan reproduksi menjadi agenda utama bagi anak jalanan secara intensif, konsisten, dan berkelanjutan. Dan, bagi lembaga donor agar memprioritaskan dana bantuan bagi pemberdayaan anak jalanan di kota Bandung dan Jakarta yang lebih memiliki peluang untuk terjadinya perilaku seksual. ......Sexual behavior can give disadvantage among street children because it will be a health problem like unwanted pregnant, unsafe abortion, and increasing risk to Sexual Transmitted Diseases (STDs) include HIV/AIDS. And also it can be cause retardation for growing up and development. This study has aimed to know the factors that association with the sexual behavior among street children in Jakarta, Bandung, Surabaya, and Medan using data from Save the Children with supported by USAID. The result of this study showed that percentage of the sexual behavior is 6,9%. The dominant factors that influence the sexual behavior are age, city, shelter, using napza, and cigarette consume. From this study, it has suggested to conduct the continue study using systematic snow balling sampling. For the NGO (Non Government Organization) like Save the Children could be done by communication, information, education of reproduction health with intensive, consistent, and continuity. And, for funding agencies, they have to be priority to empowerment among street children in Bandung and Jakarta that they have a chance to occur the sexual behavior. References: 33 (1996 - 2003).
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Abdullah
Abstrak :
Anal sex is the most risky sex intercourse for transmitting HIV infection. Due to fragile anal mucous-membrane (as compared to vaginal mucous-membrane), the receptive anal intercourse would give a higher probability for passing the virus to the blood circulation. To prevent this transmission, the condom use is a must. This study was conducted for the purposes of identifying factors related to condom use during anal sex among gays in Denpasar dan Ujung Pandang, in 2002. This cross-sectional study used a secondary data borrowed from BSS (Behavioral Sentinel Surveillance) done in Denpasar dan Ujung Pandang, in 2002, by Health Research Center, the University of Indonesia and HIV/AIDS Prevention and Control Project. The study population was gay community committing anal sex and residing in Denpasar dan Ujung Pandang during the past 1 year in the year of 2002. The total sample collected was 155 individuals; 82 from Denpasar (52.9%) and 73 from Ujung Pandang (47, 1%). The study result showed that the proportion of gay that did not always use condom during intercourse was 87.1%. Based on multivariate analysis, it was found that the gays lacking of HIV knowledge had a probability to avoid using condom 10.8 times higher than knowledgeable gays (95% CI: 1.4-83.2). Gays who like each other were 5.8 times at higher possibility to avoid condom as compared to gays doing sex for money (95% CI: 2.1-15.6). Other variables in the study, i.e. age, education, occupation, marital status, number of sex partners, relationship status, STD's history, source of HIV information, were not found to be associated with condom use. It is recommended to develop health promotion concerning STDs, HIV/AIDS and the importance of condom use for prevention among gays, through peer group education (supported by leaflet, booklet and interactive media). It is also important to develop cooperation with potential partners, like gay community, NGOs, massage parlors to do continue promotion and small group discussion about HIV/AIDS, how to use condom and lubricants correctly in the gathering places. For HIV researchers, a qualitative study would be useful to conduct in order to understand more deeply factors influencing the condom use.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kentri Hastuti
Abstrak :
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya berita di harian Suara Merdeka (Juli dan Oktober 1995) yang melaporkan adanya aktivitas hubungan seksual pranikah dikalangan remaja. Sebagai tanggapan, para pemuka agama dan masyarakat menganjurkan peningkatan religiusitas atau peningkatan perilaku ketaatan beragama sebagai upaya pencegahan. Menyadari pentingnya upaya pencegahan aktivitas hubungan seks pranikah dikalangan remaja, peneliti ingin menegaskan apakah religiusitas benar-benar dapat dijadikan salah satu upaya pencegahan hubungan seks pranikah dikalangan remaja. Menurut hemat peneliti, religiusitas tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas hubungan seks pranikah, namun langsung berhubungan dengan konsep beraktivitas seksual yang pantas dimiliki oleh setiap remaja yang menyebut dirinya religius. Konsep-konsep perilaku religius akan berperan sebagai acuan berperilaku, yang akan mengarahkan perilaku dan mengontrol perilaku. Jadi lebih tepat bila dikaitkan dengan regulasi diri, karena regulasi diri berkaitan dengan cara dalam mengarahkan dan mengontrol perilaku diri agar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara pola pikir dan perilaku. Oleh karena itu penelitian ini ingin melihat hubungan antara religiusitas, regulasi diri dan aktivitas seksual remaja dalam berpacaran Mengingat di Indonesia ada 5 macam agama, maka sebagai upaya untuk membatasi populasi, dipilih remaja yang beragama Kristen Protestan sesuai dengan agama yang dianut peneliti. Penelitian menggunakan metode wawancara terstruktur terhadap 60 responden yang dipilih secara purposive. Subyek terdiri atas 30 orang siswa dan 30 orang siswi SMU Masehi Semarang, beragama Kristen Protestan. Setiap responden akan mendapatkan skor tertentu pada masing-masing variabel serta catatan khusus sehubungan dengan variabel penelitian. Data berupa skor diolah dengan statistik parametrik menggunakan teknik analisa garis regresi. Setelah dilakukan penelitian, data kuantitatif menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara religiusitas, regulasi diri dan aktivitas seksual. Hasil pengujian hubungan antar variabel menunjukkan bahwa religiusitas tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan regulasi diri maupun aktivitas seksual, tetapi regulasi diri memiliki hubungan yang signifikan dengan aktivitas seksual. Pembahasan hasil wawancara lebih lanjut terhadap 12 responden yang memiliki skor aktivitas seksual 8 (dalam kondisi berbusana tangan saling mengelus daerah sekitar pinggang kebawah) sampai 15 (melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi), juga menunjukkan bahwa skor religiusitas tidak menentukan tingginya rendahnya skor aktivitas seksual.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
T2284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jawiah
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan berdasarkan latar belakang telah terjadinya perubahan pandangan bagi kelompok remaja terhadap penyimpangan perilaku seks, pada periode terakhir ini banyak remaja yang mengalami kehamilan pranikah, aborsi, dan dapat terjadinya PMS. Perilaku seks yang telah dilakukan oleh remaja mahasiswa jurusan keperawatan Palembang, yaitu hubungan seks sebelum menikah, menjadi perek, dan diantaranya ada yang mengalami kehamilan. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja mahasiswa tingkat III Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Angkatan Tahun 2001-2004. Tujuan khusus untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku seks dengan variabel independen karakteristik mahasiswa, pengetahuan, kesehatan reproduksi, komunikasi orang tua, komunikasi teman, keterpaparan media elektronik dan cetak serta sikap terhadap perilaku seks, variabel dependen adalah perilaku seks remaja. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, jumlah sampel total populasi 80 mahasiswa, dengan menggunakan analisis stalistik univariat, bivariat dan multivariate. Hasil penelitian ditemukan perilaku seks didominasi oleh jenis kelamin laki - laki yaitu 2 mahasiswa laki - laki telah melakukan hubungan seksual, 2 mahasiswa laki - laki bercumbu dengan teman sejenis, dan 1 mahasiswa perempuan bercumbu dengan teman sejenis. Hasil analisis bivariat ditemukan 7 variabel yang berhubungan secara bermakna, yaitu jenis kelamin, umur menarche, mimpi basah, kota asal SMU, pengetahuan kesehatan reproduksi, komunikasi orang tua, komunikasi dengan teman, keterpaparan media elektronik dan cetak serta sikap terhadap perilaku seks. Hasil uji multivariat jenis kelamin tidak ditemukan hubungan secara bermakna tetapi hanya ada 6 variabel yang berhubungan secara bermakna setelah dianalisis multivariate dan komunikasi orang tua merupakan faktor yang paling dominan berhubungan secara bermakna dengan perilaku seks remaja. Disarankan agar pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap dan perilaku seks remaja perlu ditingkatkan oleh orang tua/keluarga melalui binaan etika, adat istiadat serta didikan agama dan pihak institusi pendidikan, berdirinya bimbingan konseling, kerjasama PKBI, melalui Youth Center sebagai pusat pelayanan KIE. Mahasiswa diikutsertakan dalam kegiatan remaja yang dibina oleh BKKBN dan PKBI, pengalaman mahasiswa dapat diterapkan dalam kegiatan PKL. Daftar Bacaan : 48 (1980 -- 2003)
Analytics Factors Relationship with Sex Behavior Adolescent Student at 3th Level in Program of Nurses Healthy of Polytechnic Palembang Year of 2004This research is done base on student already happen change opinion for adolescent about divergence sex behavior, at the end this period many adolescent which experiencing of pregnancy before married, abortion, and PMS. Sex behavior which done by adolescent student in nurses healthy of polytechnic palembang is sexual contact before married, become perek, and among others experiencing of pregnancy. General purpose for this research is for know the imagine and know the factor are have relationship with student sexual behavior at 3"' level in nurses study at Healthy Polytechnics, year 2001-2004. Special purpose for know the factor have relationship with sexual behavior with variable independent characteristic, knowledge, reproduction healthy, communicate with parents, communicate with friends, explanation from electronics device and news also attitude about sexs behavior, variable dependent is sex adolescent behavior. This research using cross sectional plant, total sample maximum population is 80 students, with using statistics univariat, bivariat, and multivariat analytics. Result from this research, found sex behavior upon domination with man gender, that is 2 men student already do the sexual contact, 2 men student fiance with same gender, and one girl student fiance with same gender. Analytic bivariat result Found 7 variable have connection accordance with purpose, that is gender, menstruation, wet dream, town origin of SMU, reproduction health knowledge, communicate with parents, communicate with friends, explanation from electronics devices and news, also attitude about sex behavior. Result multivariat test gender not friend connection accordance with purpose but only have 6 variable have connection accordance with purpose after multivariate analytic done and communicate with parents will constitute dominant factor connection accordance with adolescent sex behavior. Suggest, so that know the reproduction knowledge attitude and sex behavior adolescent need to be increase by parents/family pass through attitude, tradition culture and religion knowledge and also institution side, exist counseling guidance, cooperation with PKBI, pass through youth centre base on center service KIE. Student also must participate inside youth activity organize by BKKBN and PKBI, Student experience can they are implement inside PKL activity. Reading List : 48 (1980 -2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohanis
Abstrak :
Masalah perilaku seksual di kalangan remaja, tidak saja sebagai akibat faktor biologis semata tetapi juga berkenaan dengan faktor lingkungan serta kurangnya pembekalan informasi tentang seksualitas yang sehat secara utuh dan menyeluruh. Beberapa penelitian menunjukkan telah terjadi pergeseran nilai dan moral perilaku dalam kehidupan remaja khususnya yang berkaitan dengan perilaku seksual. Hal ini juga berlaku di kota Padang yang kuat dengan adat dan agamanya, dibuktikan dengan hasil penelitian PKBI (1995) untuk 100 responden remaja ditemui kasus hubungan seksual 10,5% dan panelitian yayasan Widya Prakarsa (1999) ditemui dari 339 responden remaja telah melakukan hubungan seksual 5,9%. Melihat permasalahan diatas dan belum adanya penelitian yang menjawab permasalahan tersebut di kota Padang, maka dilakukanlah penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri (SMU, SMK dan MA) yang berada diwilayah kota Padang tahun 2001. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, populasinya adalah siswa kelas dua Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri (SMU, SMK dan MA) di kota Padang dengan sampel sebanyak 200 orang. Penelitian ini menggunakan uji statistik univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan 27% responden berperilaku seksual berisiko berat dan 73% responden berperilaku seksual berisiko ringan, didapati 2,5% telah melakukan hubungan seksual. Variabel-variabel independen yang mempunyai hubungan yang berrnakna dengan perilaku seksual adalah pengetahuan, sikap, agama, peran media massa dan peran teman sebaya, sedangkan variabel yang tidak bermakna yaitu jenis kelamin dan peran prang tua, dari variabel tersebut yang paling dominan adalah pengetahuan dengan OR sebesar 3,80. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan seksualitas remaja oleh Instansi berwenang dengan melibatkan organisasi kemasyarakatan dan pemuka masyarakat baik melalui pendidikan formal maupun informal seperti seminar, pelatihan yang dapat menggiring remaja ke arah perilaku seksual yang baik. Dafar bacaan : 41(1980 - 2001)
Factors Related to Sexual Behavior of Public High School Students (SMU, SMK, MA) in Padang City 2003Sexual behavior problem among teenagers, not only caused biologically, but also regarding on environment factors and minimum information about sexuality health. Some of this study showed that that there is shiftiness on value and moral of behavior in teenager especially in sexuality behavior. This is happened in Padang which has strong and strictness cultural on religion, this evidence found by PKBI study (1995) for 160 respondents 10,5% have sexual relationship experience and study of Widya Praicarsa Foundation found from 339 respondents 5,9% do sexual intercourse. This study tries to find out factors that related to sexual behavior of public high school student (SMU, SMK, and MA) in Padang City 2002. This study use cross sectional design, population is second grade of public high school in Padang City with 200 samples and statistically analyzed by univariate, bivariate and multivariate analysis. Result of this study showed that 27% respondents have bad severe sexual risk behavior and 73% have light sexual risk behavior, 2,5% have sexual intercourse. Independents variables which have significant relation to sexual behavior are knowledge, attitude, religion, mass media, and peer group. While the insignificants variables are sex and role of parent, the most dominant variable is knowledge (OR=3,so). Based on result of this study, we recommend there should be some efforts to improve knowledge about sexuality which involving social organization and public figures through formal and informal education, seminar, training that could lead teenagers to have better sexual behavior. Bibliography:41 (1980-2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Suarif Arifin
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan intensi melakukan sanggama pada mahasiswa di Jakarta dengan pacarnya, dengan harapan dapat diketahui faktor mana yang berpengaruh pada intensi tersebut dalam waktu satu minggu apakah faktor sikap atau faktor norma subyektif (dan Perceived Behavior Control), dengan menjadikan Theory of Reasoned Action dari Fishbein dan. Ajzen {1975) sebagai acuan teori dalam meneranakan intensi tersebut, dan telah dirodifikasi menj adi Theory of Planned Behavior dari Ajzen (1985).

Penelitian ini berangk:at dari hasil penelitian Sarlito Wirawan Sarwono bersama Garakan Remaja Untuk. KependudLtk:an dan Radio Prambors di Jakarta (1981), Bahwa dari 417 responden. 15,3% responden remaja pernah melakukan hubungan sex, baik dengan pacar sendiri maupun dengan orang lain. Kecenderungan untuk melakukan hal tersebut meningkat sesuai dengan tingkat pendidikan dan usia responden, yaitu 7,1 % dari pelajar SLTP, 11.3 7. dari pelajar SLTA, dan 24,8 % dari mahasiswa. Keadaan ini tentu memprihatinkan mengingat kelompok usia remaja yang berjumlah hempir seuarLh dari penduduk Indonesia, merupakan kelompok yang secara potensial berperan dalam meningkatkan produktivitas nasional dan dalam penguasaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) pada masa depan, tetapi juga potensial untuk menggagalkan keberhasilan program keluarga berencana yang sudah tercapai dengan relatif baik.

Tjipta Lesmana (1995) dalam bukunya yang berjudul Pornografi Dalam Media Massa, menul ia bahwa kebebasan seks yang dahulu dianggap hanya "monopoli" bangsa-bangsa barat, tampaknya, sudah dipraktekkan oleh sebagian besar orang Indonesia. Hubungan seks sebelum nikah (premarital sex), pacaran yang sangat menjurus pada sanggama, seks bersama pria/wanita yang bukan suami/istrinya dan segala bentuk kebebasan seks lainnya - termaauk affair di tempat k.erja - ternyata, sudah lama menggejala dalam masyarakat perkotaan.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa baik Sikap maupun Norma Subyektif memberikan sumbangan terhadap intensi bersanggama dengan pacarnya pada remaja di Jakarta. Dengan penelitian ini kecuali untuk remaja non mahasiswa Norma Subyektif memberi sumbangan secara signifikan.

Hasil analisis lebih lanjut memperlihatkan Kecenderungan sebagai berikut : 1. Ramaja pria yang sudah mengenal orangtua pacar dan pacarnya sudah dikenalkan kepada orang tua, remaja pria tersebut memiliki intensi sanggama yang lebih rendah dibanding dengan remaja pria yang belum mengenal orang tua pacar, dan pacarnya belum dikenalkan kepada orang tua remaja pria tersebut. 2. Sedangkan pada remaja wanita yang sudah mengenal orang tua pacar, dan pacarnya sudah dikenalkan kepada orang tua remaja wanita tersebut memiliki intensi sanggama yang lebih tinggi dibanding dengan remaja wanita yang belum mengenal orang tua pacar, dan pacarnya belum dikenalkan kepada orangtua remaja wanita tersebut. 3. Remaja yang patuh dalam beribadat memiliki intensi sanggama yang lebih rendah dibanding remaja yang agak patuh dalam beribadat. 4. Remaja yang pernah bersanggama memiliki intensi sanggama yang lebih tinggi dibanding remaja yang belum pernah bersanggama. 5. Semakin tingoi Mean Perkiraan Prosentase Sanggama terhadap 100 pria dan 100 wanita yang seusia, maka semakin tinggi pula Mean Intensi Sanggama bila dibandingkan baik antara remaja mahasiswa dengan remaja non mahasiswa/i, maupun remaja mahasiswi dengan remaja non mahasiswi.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rajbatul Adawiyah
Abstrak :
Latar Belakang : Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Di sisi yang lain masa remaja merupakan masa yang sangat penting bagi pembentukan identitas diri. Sebanyak 75% kematian pada remaja terjadi akibat faktor perilaku. Penyakit-penyakit atau kelainan fisis yang timbul karena masalah perilaku remaja antara lain ialah: luka atau kecelakaan, kehamilan remaja, penyakit seksual yang ditularkan, gangguan makan, penyalahgunaan obat dan alkohol, merokok, masalah emosi, dan sebagainya; yang akan mempengaruhi kehidupan pribadi, keluarga, bangsa dan negara di masa yang akan datang (Gunarsa 1989). Dari berbagai permasalahan perilaku seksual pada remaja yang saat ini sangat memprihatinkan berdasarkan data-data yang ada, perlu diketahui akar permasalahannya untuk mendapat solusi yang tepat. Perilaku intercourse pada remaja sangat beresiko terhadap kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang akhirnya menambah jumlah kasus aborsi yang disengaja dan tidak aman. Hal ini mengakibatkan komplikasi aborsi yaitu pendarahan, sehingga menyebabkan kematian ibu. Tujuan dari penelitian ini yaitu diketahuinya determinan yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual intercourse pada remaja (analisis SKKRI 2007). Metode penelitian ini menggunakan cross sectional dengan analisis statistik mengguna kan uji T, Chi Square dan Regresi Logistik Ganda. Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa determinan yang mempengaruhi perilaku intercourse pada remaja adalah variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan kespro, pengalaman memiliki pacar dan status memiliki teman yang melakukan intercourse. Sedangkan variabel yang paling mempengaruhi perilaku intercourse pada remaja adalah status memiliki teman yang melakukan intercourse. Uraian penelitiannya antara lain dari hasil uji statistik diketahui bahwa umur remaja mempunyai hubungan dengan perilaku intercourse, remaja laki-laki mempunyai peluang 4.1 kali lebih besar melakukan intercourse dibandingkan remaja perempuan, remaja yang berpendidikan SD mempunyai peluang 1.9 kali lebih besar melakukan intercourse dibandingkan remaja yang berpendidikan universitas, remaja yang tidak mengetahui hal-hal mengenai kespro beresiko 0.39 kali lebih rendah melakukan intercourse dibandingkan remaja yang mengetahui hal-hal mengenai kespro, remaja yang berstatus memiliki pengalaman pacaran mempunyai peluang 8.0 kali lebih besar melakukan intercourse dibandingkan remaja yang berstatus tidak berpengalaman pacaran dan remaja yang memiliki teman yang sudah melakukan intercourse sebelum menikah beresiko 15.1 kali lebih besar melakukan intercourse dibandingkan remaja yang tidak memiliki teman yang sudah melakukan intercourse sebelum menikah. Saran dari penelitian ini yaitu diadakannya Program Pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) dan pelatihan peer (kader remaja) untuk menjadi educator dan memberikan dukungan bagi remaja yang memiliki masalah agar remaja Indonesia memiliki lingkaran pergaulan yang baik. ......Background: Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood. On the other hand adolescence is a crucial period for the formation of identity. As many as 75% of deaths in adolescents due to behavioral factors. Diseases or physical abnormalities arising from adolescent behavior problems among others are: injuries or accidents, teen pregnancy, sexually transmitted diseases, eating disorders, drug and alcohol abuse, smoking, emotional problems, etc., that will affect your personal life, family, state and nation in the future (Gunarsa 1989). Of the various problems of sexual behavior in adolescents who currently very concerned based on the data available, need to know the root of the problem to get the right solution. Intercourse behavior in adolescents are particularly at risk for the incidence of Unwanted Pregnancy, which eventually increase the number of cases of induced abortion and unsafe. This resulted in abortion complications are bleeding, causing maternal death. The purpose of this research is known determinant associated with sexual intercourse behavior in adolescents (analysis of SKKRI 2007). The method uses a cross-sectional study with statistical analysis to use the T test, chi-square and multiple logistic regression. The results of multiple logistic regression analysis showed that the determinants that influence the behavior of intercourse among adolescents is the variable age, gender, education, reproductive health knowledge, the experience of having a boyfriend and having the status of a friend who perform intercourse. While the variables that most influence the behavior of intercourse among adolescents is the status of your friends who have intercourse. Description of research include the results of statistical tests known that age have a relationship with intercourse behavior, adolescents boys have a 4.1 times more risk of intercourse than adolescent girls, adolescents who had elementary has a 1.9 times bigger risk of intercourse than adolescents who educated universities, adolescents who do not know about reproductive health matters times lower risk of 0.39 intercourse than adolescents who know things about reproductive health, the status of adolescent dating experience have 8.0 times more risk intercourse than adolescents who are not experienced dating status and adolescents who have friends who have intercourse before marriage 15.1 times more risk of intercourse than adolescents who do not have friends who have intercourse before marriage. Recommendation from this study that the holding of Education ARH (Adolescent Reproductive Health) and training peer (teen volunteers) to be educators and to provide support for teens who have problems for teens Indonesia has a good social circle.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indah Pertiwi
Abstrak :
Seksualitas dan kesehatan reproduksi yang tabu untuk dibicarakan menjadikan remaja cenderung ingin mencoba-coba sehingga remaja menjadi berisiko pada perilaku seks yang berisiko. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 147 responden yang diambil secara Probability Proportional to Size, kemudian responden yang dipilih menggunakan sistematik random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Dari hasil analisis, didapatkan sebanyak 36,7% berperilaku seksual berisiko. Sebagian besar responden berumur 13 tahun dan sebagian besar responden sudah mengalami pubertas, sebagian besar memiliki pengetahuan baik, memiliki sikap positif. Sebagian besar responden tidak melakukan komunikasi aktif dengan orang tua (81,6%), sebagian responden melakukan komunikasi pasif dengan teman (79,6%). (62,6%) yang menyatakan mempunyai pacar. Usia rata- rata mulai berpacaran 12 tahun. Lama pertemuan dengan pacar rata-rata 3 jam, responden yang berhubungan seksual (6,1%). Variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual remaja yaitu, umur, sikap, pola komunikasi dengan orang tua dan teman sebaya, status perkawinan, lama pertemuan dan jumlah pacar, paparan media ponografi. Penelitian ini merekomendasikan perlu adanya komunikasi yang terbuka dan adanya tata aturan keluarga yang jelas dalam pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja. ......Sexsuality and reproductive health taboo, it makes teens to want experiment, so that teens at risk on the risky sexual behaviour. The study was conducted a cross sectional. Sample of 147 respondents with Probability Proportional to Size, and then respondents were selected with Sytematik random sampling. Data were collected questionnaire. From analysis, it was found 36,7%, as risky sexual behaviour, the respondents was 13 years, respondents have a good knowledge, have a positive attitude, communications with parents not perform active 81,6%. Communication with friends have passive 79.6%. the average age began dating at 12 years, 62,6% respondents have boyfriends and girlfriends. Variables that a significant with adolescent sexual behaviour, that is age, attitude, communication with parents and peers, status mariage of parents, leght of meeting and number of girlfriends and boyfriends, exposure to media pornography.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S43962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Chrystin
Abstrak :
Jumlah remaja yang terus bertambah mengharuskan kesehatan remaja untuk lebih diperhatikan. Hal ini termasuk kesehatan reproduksi remaja. Nyatanya, perkawinan di bawah umur, melahirkan di usia remaja, serta Infeksi Menular Seksual (IMS) masih banyak terjadi pada remaja yang disebabkan oleh perilaku seksual berisiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko dalam berpacaran pada siswa/i di SMK Putra Bangsa Depok tahun 2020. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan secara primer dengan menggunakan kuesioner online yang bersifat self-administrated. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12,4% siswa/i pernah melakukan perilaku seksual berisiko dalam berpacaran baik berupa perilaku cium bibir (12,4%), meraba daerah sensitif (7,6%), seks oral (1,9%), petting (1,9%), dan/atau hubungan seks (1,9%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko dalam berpacaran pada siswa/i di SMK Putra Bangsa Depok tahun 2020 adalah jenis kelamin, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, perilaku teman sebaya dalam berpacaran, dan kepemilikan pasangan. Berdasarkan penelitian, dibutuhkan penyuluhan dan kurikulum pendidikan seksual yang mencakup kesehatan reproduksi hingga perilaku seksual, serta mengaktifkan peran guru Bimbingan Konseling (BK) dan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-R) sebagai sarana konseling dan sumbeer informasi mengenai kesehatan reproduksi bagi siswa/i. ......The growing number of teenagers makes the health of teenagers need to be given more attention. This includes adolescent reproductive health. The reality is, underage marriage, giving birth at a young age, and sexually transmitted infections (STIs) still occur in adolescents due to risky sexual behavior. This study aimed to get the overview of student’s risky sexual berhavior in dating and determine what factors associated with risky sexual behavior in dating among students at SMK Putra Bangsa Depok in 2020. This research method is quantitative with cross-sectional study design. Data was collected primarily by using a self-administered online questionnaire. The results showed that 12.4% of students had risky sexual behavior in dating either in the form of kissing lips (12.4%), touching sensitive areas (7.6%), oral sex (1.9%), petting (1.9%), and/or having sex (1.9%). Factors related to risky sexual behavior in dating among students at SMK Putra Bangsa Depok in 2020 are gender, knowledge of reproductive health, peer behavior in dating, and partner ownership. Based on the research, counseling and sexual education curriculum that cover reproductive health up to sexual behavior are needed, as well as activating the role of school guidance counselor and the Adolescent Reproductive Health Information and Counseling Center as counseling facilities and sources of information on reproductive health for students.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Dessy Oktavia
Abstrak :
Skripsi ini membahas perilaku seksual Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA Putra Utama 5 Duren Sawit dan hubungannya dengan karakteristik, pengetahuan, sikap, dan sumber informasi terkait seksualitas sebagai langkah awal untuk membentuk perilaku seksual remaja yang sehat dan bertanggung jawab. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan rancangan cross sectional. Dari hasil penelitian diharapkan agar PSAA Putra Utama 5 Duren Sawit dapat bermitra dengan puskesmas terdekat atau dinkes untuk memberikan materi mengenai Kesehatan reproduksi remaja dan menyediakan layanan konsultasi bagi WBS.
The focus of this study is sexual behavior among the member of PSAA Putra Utama 5 Duren Sawit and its relations to characteristics, knowledge, attitude, and information resource regarding sexuality. This study is an early step to make sexual behavior of teenagers be health and responsible. This research is using survey method and cross scetional design. From the research outcome suggested that PSAA Putra Utama 5 Duren Sawit have to work out a closer cooperation with puskesmas and the health service to give some subject about health reproduction of teenagers and also providing consultation service for the members.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>