Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irena Rachmani Utama
Abstrak :
Perkembangan industri sepatu dalam lima tahun terakhir ini terus meningkat dengan pesat. Jumlah perusahaan-perusahaan sepatu terus bertambah, sehingga persaingan juga makin ketat dan kompleks. Persaingan terjadi bukan saja pada pasaran luar negeri tetapi juga pada pasaran dalam negeri. Studi mi mempelajari pemasaran sepatu dalam negeri, dengan meneliti strategi pemasaran pada PT. Sepatu Bata. Batadapat dianggap mewakili perusahaan sepatu Indonesia, terutama karena dalam industri mi Bata adalah market leader, dengan pangsa pasar 40% dari produksi sepatu untuk domestik. Usaha Bata dalam mempertahankan pangsa pasarnya, adalah dengan memperluas pasar sasaran dari kelas menengah ke bawah ke arah kelas menengah ke atas, sebagai pasar yang sedang berkembang dan lebih menguntungkan bagi Bata. Untuk mencapal konsumen kelas menengah ini, Bata menggunakan produk-produk bermerek non-Bata, antara lain seperti Marie Claire, North Star, Power, Weinbrenner. Sebagai konsekuensinya, strategi Bata untuk produk-produk non Bata mengalami perubahan selain perbedaan dalam bauran produk, juga dibedakan bauran harga, dan saluran distribusi untuk produk yang ditujukan pada konsumen kelas menengah ke atas dibanding produk yang ditujukan pada konsumen kelas menengah ke bawah. Penemuan studi ini, menyimpulkan bahwa strategi produk, harga, promosi dan saluran distribusi yang digunakan untuk produk-produk merek non-Bata belum seluruhnya efektif. Bagi konsumen, perbedaan produk bermerek Bata dan merek non-Bata tidak jelas, demikian pula konsumen masih tidak mengerti bahwa ada pemisahan saluran distribusi untuk produk-produk tersebut walaupun produk non Bata sudah dipasarkan sejak tahun 1981. Strategi harga yang dipakai untuk produk-produk merek non-Bata kurang efektif karena konsumen kelas menengah ke atas kurang price sensitif dibandingkan dengan konsumen kelas menengah ke bawah. Strategi promosi produk Bata masih perlu lebih ditingkatkan dalam usaha memberikan informasi yang Iebih banyak kepada konsumen mengenai keunggulan produk-produk Bata terutama non-Bata, maupun dalam usaha meningkatkan brand awareness konsumen akan produk-produk barunya. Perbaikan dalam produk baru, strategi promosi dan saluran distribusi yang Iebih baik, merupakan kunci keberhasilan Bata dalam menghadapi pesaingnya di masa mendatang.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E. Soenredi
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1983
S17008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
S18064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Dirda Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Industri alas kaki merupakan salah satu jenis industri yang memiliki pertumbuhan cukup signifikan saat ini tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Industri alas kaki terus dikembangkan karena mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional. Namun, terjadi penurunan daya beli pada komponen pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya di Indonesia. Selain itu, biaya produksi sepatu di Indonesia lebih tinggi dari negara asia lainnya. Salah satu tantangan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah mengefisiensikan biaya produksi dengan meningkatkan produktivitas melalui penjadwalan produksi yang optimal. Salah satu perusahaan alas kaki di Tangerang membutuhkan penjadwalan produksi yang optimal, oleh karena itu metode Goal Programming dengan tujuan untuk meminimasi biaya pinalti dan keterlambatan pada produksi diterapkan untuk membantu perusahaan membuat penjadwalan produksi yang optimal yang dibantu dengan peranti lunak LINGO 11.0. Hasil dari penelitian ini adalah penelitian ini mampu menghasilkan penjadwalan produksi yang optimal yang dapat meniadakan penumpukan sehingga tidak ada biaya pinalti yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Selain itu, hasil penelitian selanjutnya adalah keterlambatan dapat diminimalisir namun tidak dapat dihilangkan sehingga masih terdapat tiga jenis produk yang mengalami keterlambatan produksi.
ABSTRACT
Footwear industry is one type of industry that has significant growth today not only in Indonesia, but also in the world. Footwear industry continues to be developed because it is able to contribute to the national economy. However, there is a decrease in purchasing power on the components of clothing, footwear, and maintenance services in Indonesia. In addition, the cost of shoe production in Indonesia is higher than other Asian countries. One of the challenges that focuses on this research is to streamline production costs by increasing productivity through optimal production scheduling. One footwear company in Tangerang requires optimal production scheduling, therefore Goal Programming method with the aim to minimize penalty costs and delay in production is applied to help the company make optimal production scheduling assisted by LINGO 11.0 software. The result of this research is that this research is able to produce optimal production scheduling which can eliminate the accumulation so that there is no penalty fee to be issued by the company. In addition, the results of further research is the delay can be minimized but can not be eliminated so that there are still three types of products that experienced production delays.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norlinda Octavia Muchtar
Abstrak :
Latar Belakang dan Tujuan Penelitian : Pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2014, 2015, dan 2016 pada bagian preparation dan assembly lasting suatu pabrik sepatu menunjukkan kejadian gangguan penglihatan warna didapat. Penelusuran dilakukan untuk menemukan penyebab gangguan penglihatan warna didapat dengan kecurigaan diarahkan pada penggunaan pelarut organik, kebiasaan pemakaian alat pelindung diri, dan intensitas cahaya. Metode : Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol untuk 74 kasus dan 222 kontrol. Pemeriksaan Farnsworth D15 dilakukan sebagai standar diagnosis gangguan penglihatan warna didapat. Selanjutnya, dari pemeriksaan Farnsworth D15 akan didapatkan skor Colour Confusion Index CCI dan penentuan gangguan penglihatan warna secara kualitatif dilakukan melalui aplikasi www.torok.info. Pemeriksaan lingkungan yang dilakukan meliputi pengukuran intensitas cahaya, jarak antara lampu dengan pekerja, dan kadar pelarut organik yang terhirup yaitu Metil Etil Keton dan Benzene-Toluen-EtilBenzene-Xylene. Kuesioner disebar untuk mengetahui riwayat kerja, kesehatan, dan kebiasaan pemakaian alat pelindung diri. Hasil : 74 pekerja dari total 345 pekerja pada sub bagian preparation dan assembly lasting dinyatakan menderita gangguan penglihatan warna didapat. Kadar pelarut organik terhirup dan jarak lampu terbukti tidak memiliki hubungan bermakna dengan gangguan penglihatan warna didapat. Pemakaian masker selama bekerja, intensitas cahaya, dan masa kerja terbukti memiliki hubungan bermakna dengan gangguan penglihatan warna didapat. Kesimpulan : Prevalensi gangguan penglihatan warna didapat di bagian preparation dan assembly lasting pabrik sepatu ini adalah 21,44. Pemakaian masker selama bekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh menyebabkan gangguan penglihatan warna didapat dengan OR 2,966 IK 95 = 1,409 ndash; 6,245 .
Background and Objective : Medical Check Up in 2014, 2015, and 2016 among shoe factory workers in preparation and assembly lasting division has shown acquired colour vision impairment cases. Identification is held to find the causes with several suspection such as organic solvent, application of personal protective equipment, and intensity of light. Methods : This study used a case control design for 74 cases and 222 control. Workers are tested by Farnsworth D15 as a golden standard to diagnose acquired colour vision impairment, then colour confusion index CCI score will be determined based from farnsworth D15 test and qualitative methods to distinguish acquired colour vision impairment is set by www.torok.info application. Enviromental measurement include light intensity measurement, the distance between light and worker, and the amount of organic solvent inhaled divided into Metil Ethyl Ketone measurement and Benzene Toluene EthylBenzene Xylene measurement. Quesioner is spread to get the information about history of work, health, and application of personel protective equipment. Results : 74 workers has acquired colour vision impairment among 345 workers that has been checked. The amount of organic solvent inhaled and the distance between light and worker do not show a significant association with acquired colour vision impairment. The application of safety mask, light intensity, and lenght of work show significant associaton with acquired colour vision impairment. Conclusions : Prevalence of acquired colour vision impairment in preparation and assembly lasting division of this shoe factory workers is 21,44 . Application of safety mask is the main factor that cause acquired colour vision impairment with OR 2,966 IK 95 1,409 ndash 6,245.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaeggi, Annemarie
New York: Princeton Architectural Press, 2000
338.76 JAE ft
Buku Teks  Universitas Indonesia Library