Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kumboyono
"Tingginya prevalensi remaja-awal yang mencoba merokok, mengindikasikan perlunya pengembangan upaya perlindungan terhadap remaja oleh seluruh elemen masyarakat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model KeKAR dalam menanggulangi perilaku merokok pada siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Malang.Penelitian merupakan riset operasional dengan tiga tahap penelitian yaitu: fenomenologi, pengembangan model, daneksperimen semu. Fenomenologi melibatkan 25 informan (perawat, guru, remaja dan orang tua).
Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan semi-terstruktur. Hasil wawancara ditranskripsi dan dianalisis secara manual menggunakan metode Colaizzi. Pengembangan Model KeKAR diawali dengan studi literatur Teori Pencapaian Tujuan, Karakteristik Risiko, Model Ketangguhan Protektif, Komunitas sebagai Mitra, Model Intervensi Roda, dan Pengalaman Merokok pada Perokok Pemula. Selanjutnya dilakukan validasi model melalui survei terhadap 248 responden.
Data dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling. Model KeKAR yang telah tervalidasi, kemudian dikembangkan menjadi buku Model dan Modul KeKAR untuk dinilai kelayakannya oleh pakar kesehatan komunitas. Implementasi Model KeKAR diberikan kepada masing-masing 60 partisipan di kelompok Model KeKAR dan kelompok kontrol. Intervensi diberikan selama tiga bulan, diawali dengan pelatihan kepada perawat, guru pembina kesehatan sekolah, orang tua, teman sebaya serta siswa. Kemudian dilanjutkan dengan pendampingan implementasi Model KeKAR. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney.
Permasalahan utama penanggulangan perilaku merokok pada remaja-awal ialah kontinuitas respons komunitas sekolah yang bervariasi mulai dari asertif hingga reaktif. Model KeKAR merupakan model intevensi yang layak untuk memberdayakan komunitas sekolah dalam membentuk ketangguhan diri remaja guna menolak inisiasi merokok. Implementasi Model KeKAR meningkatkan secara bermakna skor perilaku anti-rokok pada remaja-awal berupa ketiadaan intensi merokok; konsumsi rokok; penerimaan ajakan merokok; dan keinginan merokok pada masa yang akan datang. Model KeKAR berkontribusi positif dalam upaya penanggulangan perilaku merokok pada siswa SMP di Kota Malang.

High prevalence of smoking among early-teenagers indicates the need for efforts of all elements of society to protect teenagers from smoking. This study aimed to determine the effect of the Anti-Smoking Community Resilience Model (ASCRM) for controlling smoking behaviour among middle school students in Malang. The study was employed action research design consisted of three phases: phenomenology, model development, and quasi-experiments. The first phase was the phenomenological study which involved 25 informants (7 students; 7 fathers of students; 7 teachers; 4 nurses).
Data were collected using in-depth interviews and analysed manually using Colaizzis method. The development of the ASCRM Model as the second phase began through a literature review based on goal attainment theory, risk characteristics, the model of protective resilience, community-as-partner model, intervention wheel model, and smoking experience of novice smokers, which then continued by a survey of 248 respondents conducted to validate the model.
The data were analysed using Structural Equation Modelling. The validated ASCRM Model was developed into ASCRM Module and assessed for fitness by community health experts. In the third phase, The ASCRM Model had designed to the quasi-experimental involved 60 students as the treatment group and 60 students as a control group. Data were analysed using the Mann-Whitney U test.
The main problem of regard controlling smoking behaviour in early-teenagers is the continuity of school community responses that vary from assertive until reactive. The ASCRM model is a fit intervention model to empower the school community for developing teenager self-resilience to refuse smoking initiation. Implementation of ASCRM Model significantly increased student score of smoke-free behaviour included the absence of smoking intention; cigarette consumption; acceptance of smoking; and the urge to smoke in the future. The ASCRM model positively contributed to the control of smoking behaviour among middle school students in Malang.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mazziyatul Fuadah
"Konsumsi rokok di kalangan mahasiswa Indonesia meningkat setiap tahunnya. Sebuah penelitian menunjukan frekuensi perokok pada mahasiswa meningkat cukup signifikan pada tahun 2009, yakni 24,5% mahasiswa dan 2,3% mahasiswi. Faktor- faktor yang mempengaruhi kondisi ini adalah orang tua, teman, kepribadian dan iklan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta Angkatan 2009. Penelitian deskriptif ini yang menggunakan cluster sampling ini dilakukan pada 98 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 69,4% perokok mahasiswa berpengetahuan tinggi terhadap bahaya merokok. Faktor orang tua, teman sebaya, kepribadian, dan iklan memiliki peran yang besar dalam perilaku merokok mahasiswa dan berada sangat dekat dengan para mahasiswa. Maka, promosi kesehatan yang lebih intensif dan kreatif terkait perilaku merokok perlu dilakukan untuk kalangan mahasiswa.

The consumption of cigarette among university student is getting increase every year. A research showed that the frequency of smoker among university student was increasing quiet significant in 2009, 24,5% in male student and 2,3% in female student. The factors that influencing this condition are parent, friend, personality, and advertisement.
The purpose of this research was to describe the factors that influencing smoking behavior in male student of Technical Faculty of Jakarta State University class of 2009. This descriptive research conducted with a cluster sampling method of 98 respondents.
The result showed that 69,4% student have a good knowledge about the danger of smoking. Parent, friend, personality and advertisement factors take a big role in influencing smoking behavior among university student and that are so closed with university student. So, a creative and intensive health promotion related smoking behavior need to be hold for university student.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
S42787
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tjandra Yoga Aditama
Jakarta: Ikatan Dokter indonesia (IDI), 2001
297.6 TJA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amarudin
"Merokok merupakan salah satu faktor gaya hidup yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan pada masyarakat dan memiliki dampak buruk terhadap kesuburan pria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rokok terhadap kualitas dan kuantitas sperma pada pria infertil di Jakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif dengan desain kasus kontrol. Kelompok kasus adalah pria infertil dengan kualitas sperma abnormal, dan kelompok kontrol adalah pria infertil dengan kualitas sperma normal sesuai kriteria WHO edisi ke 4 tahun 1999, dengan pajanan yaitu merokok ≥ 10 batang per hari, selama ≥10 tahun dan kadar nikotin ≥ 1,5mg.
Hasil penelitian menunjukkan pria perokok 10 ? 20 batang perhari memiliki odds untuk menderita kualitas sperma abnormal 8,6 kali lebih besar dari responden yang tidak merokok dan memiliki odds 7,7 kali untuk menderita motilitas sperma abnormal setelah di kontrol stres dan alkohol, memiliki odds 21,4 untuk menderita konsentrasi abnormal setelah dikontrol stres dan narkoba dan memiliki odds 27,4 kali menderita morfologi abnormal setelah dikontrol stres, alkohol dan narkoba. Dan odds meningkat pada pria perokok 21 - 40 batang perhari, yaitu memiliki odds untuk menderita kualitas sperma abnormal 39,4 kali lebih besar dari responden yang tidak merokok dan memiliki odds 30,1 untuk menderita motilitas sperma abnormal setelah dikontrol oleh stres dan alkohol, memiliki odds 47,9 kali menderita konsentrasi sperma abnormal setelah dikontrol stres dan narkoba, memiliki odds 171,7 kali menderita morfologi abnormal setelah dikontrol stres, alkohol dan narkoba. sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh merokok terhadap kualitas sperma.

Smoking is one of the lifestyle factors that can lead to health problems in society and have an adverse effect on male fertility. This study aims to determine the effect of smoking on the quality and quantity of sperm in infertile men in Jakarta. This study uses quantitative design with case-control design. Group of cases is infertile men with abnormal sperm quality, and control groups were infertile men with normal sperm quality according to WHO criteria 4th edition 1999, with the exposure that is smoked ≥ 10 cigarettes per day, for ≥ 10 years and ≥ 1.5 mg nicotine levels.
The results showed male smokers 10-20 rods per day had odds of abnormal sperm quality to suffer 8.6 times more likely than respondents who do not smoke and had odds 7.7 times to suffer from abnormal sperm motility after in the control of stress and alcohol, has the odds 21.4 to suffer from abnormal concentrations after controlled stress and drugs and has 27.4 times the odds of suffering from abnormal morphology after controlling stress, alcohol and drugs. And the odds increased in male smokers 21-40 rods per day, which has odds to suffer from abnormal sperm quality 39.4 times more likely than respondents who do not smoke and has a 30.1 odds for suffering from abnormal sperm motility after controlled by stress and alcohol, has 47.9 times the odds of suffering from abnormal sperm concentrations after controlled stress and drugs, has 171.7 times the odds of suffering from abnormal morphology after controlling stress, alcohol and drugs. so that it can be concluded there are effect of smoking on sperm.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Lesmana Putra
"Kecemasan adalah perasaan subjektif seperti rasa waswas, takut, atau antisipasi dan terdapat kewaspadaan dan sikap menghindar dari keadaan yang membuat cemas. Cemas merupakan respon psikologis primer terhadap stress. Kebiasaan merokok sendiri merupakan kegiatan yang menjadi salah satu faktor risiko penyakit mematikan tertinggi di dunia dan mempunyai efek terhadap berbagai sistem di tubuh. Kecemasan dan kebiasaan merokok memiliki hubungan timbal balik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kecemasan dengan tingkat kebiasaan merokok. Penelitian dilakukan pada mahasiswa di Universitas Indonesia, Depok pada bulan Juni 2013 hingga bulan Juli 2013.
Penelitian dilakukan dengan disain crosss-sectional. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada mahasiswa yang telah setuju mengikuti penelitian. Jumlah subyek penelitian adalah 97 mahasiswa. Kuesioner berisi pertanyaan mengenai kebiasaan merokok mahasiswa, dan Zung?s Self Rating Anxiety Scale.
Hasil penelitian menunjukkan 53% mahasiswa memiliki kecemasan dan 53% mahasiswa merupakan perokok berat. Analisis bivariat terhadap kecemasan dan tingkat kebiasaan merokok subyek menunjukkan hasil p=0,983. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara antara tingkat kebiasaan merokok dan cemas. Meskipun demikian, masih perlu dilakukan penelitian lanjutan mengingat lebih dari setengah responden memiliki kecemasan.

Anxiety is a subjective feeling like anxious, afraid or anticipation for situation that make anxious. Smoking is one risk factor for deadly disease and has effect on many different systems in our body. Anxiety and smoking have a connection. This research is conducted to find out whether there is a connection between smoking and anxiety. This research was conducted on university of Indonesia?s students in June to July 2013.
This research design's is cross-sectional. The data is gathered by giving approved students a questionnaire which they would fill in. The number of subjects of this research is 97. The questionnaire is filled with question about students smoking behavior and Zung?s Self Rating Anxiety Scale.
The results shows that 53% students had anxiety and 53% students was a heavy smoker. The bivariat analyst between anxiety and students smoking behavior showed p=0,983. The score showed that there is no relationship between anxiety and the smoking heavyness. Nevertheless, further research need to be conducted because more than half respondent have anxiety.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Suryadinata Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis adanya hubungan faktor predisposisi, penguat dan pemungkin dengan kebiasaan merokok siswa-siswi SMK Bunda Kandung di Jakarta Selatan. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis yang bersifat cross sectional. Uji statistik chisquare yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara faktor predisposisi, penguat dan pemungkin dengan kebiasaan merokok siswa-siswi SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Uji statistik chisquare digunakan untuk melihat variabel independen mana yang berhubungan dengan kebiasaan merokok siswa-siswi SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Sampel penelitian berjumlah 87 orang siswa-siswi dari 660 orang siswa-siswi SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Pengambilan sampel menggunakan metode cluster sampling yaitu jumlah sampel penelitian yang diambil pada masing-masing kelompok kelas berdasarkan rumus cluster sampling. Instrumen dikembangkan dari teori perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pengetahuan tentang merokok, sikap terhadap merokok, keterpaparan iklan rokok oleh media cetak dan elektronik, keterpaparan kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh perusahaan rokok, kemudahan untuk memperoleh rokok, praktek merokok teman sebaya, perilaku merokok dari orang tua dan kontrol guru. Dari hasil penelitian, uji statistik chisquare menghasilkan lima variabel independen yang mempunyai hubungan bermakna dengan kebiasaan merokok, yaitu ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (p = 0,002) < 0,05 (OR = 10,214), pengetahuan tentang merokok (p = 0,042) < 0,05 (OR = 3,122), sikap terhadap merokok (p = 0,000) < 0,05 (OR = 10,074), praktek merokok teman sebaya (p = 0,000) < 0,05 (OR = 7,422) dan perilaku merokok dari orang tua (p = 0,028) < 0,05 (OR = 3,030). Sedangkan variabel umur, keterpaparan iklan rokok oleh media cetak dan elektronik, keterpaparan kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh perusahaan rokok, kemudahan untuk memperoleh rokok dan kontrol guru. tidak mempunyai hubungan yang bermakna.

This study aims to prove the hypothesis of an association of predisposing factors, reinforcing and enabling the smoking habits of vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. The method used was a descriptive analysis cross sectional. Chi-square statistical test used to analyze the relationship between predisposing, reinforcing and enabling the smoking habits of vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. Chi-square statistical test is used to see where the independent variables related to smoking habits of vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. Sample was 87 students from 660 vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. Sampling using a cluster sampling method, namely the amount of sample taken at each class group by cluster sampling formula. The instrument was developed from the theory of health related behaviors. The variables examined in this study were age, gender, smoking knowledge, attitudes toward smoking, exposure to cigarette advertising by print and electronic media, activity events sponsored by tobacco companies, the ease of obtaining cigarettes, the practice of smoking peers, behavior smoking from parents and teachers control. From the research, the chi-square statistical test yielded five independent variables that have a significant relationship with smoking behavior, ie there is a significant association between the sexes (p = 0.002) < 0.05 (OR = 10.214), smoking knowledge (p = 0.042) < 0,05 (OR = 3.122), attitudes towards smoking (p = 0.000) < 0.05 (OR = 10.074), the practice of smoking peers (p = 0.000) < 0.05 (OR = 7.422) and smoking behavior of parents (p = 0.028) < 0.05 (OR = 3.030). While the variables of age, exposure to cigarette advertising by print and electronic media, activity events sponsored by tobacco companies, the ease of obtaining cigarettes and teacher control. not have a meaningful relationship."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Paulina Zully Lang
"Berdasarkan penelitian, didapatkan rokok tembakau dapat mengakibatkan peningkatan laju pernapasan. Merokok tembakau menyebabkan kematian sejumlah 5 juta orang setiap tahunnya di Indonesia. Jika hal ini tidak segera diatasi, maka jumlah kematian akan meningkat dua kali mencapai 10 juta orang per tahun pada 2020. Jika merokok 1-2 tahun, pada perokok usia muda akan terjadi perubahan pada saluran pernapasan kecil yaitu inflamasi atau reaksi peradangan dan sumbatan saluran napas kronis. Merokok adalah penyebab utama dari penyakit paru obstruksi kronik. Merokok selama 20 tahun akan menyebabkan perubahan patofisiologi paru secara signifikan sesuai dengan intensitas dan lama merokok. Penelitian ini meneliti tentang perbedaan frekuensi pernapasan pada pria perokok dan bukan perokok tembakau usia 20-60 tahun di Salemba tahun 2009-2010. Data dari 24 orang pria perokok dan 24 orang pria bukan perokok yang didapatkan secara consecutive sampling dan diperoleh dari pengisian angket dan pengukuran frekuensi pernapasan. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat pergerakan dada dan perut disertai dengan palpasi atau meletakkan telapak tangan di atas perut pasien. Hasilnya, nilai rerata frekuensi pernapasan pada yang bukan perokok adalah 16,4 (IK95% 15,1;17,6) kali/menit, sedangkan rerata frekuensi pernapasan pada perokok adalah 19,7 (IK95% 18,3;21,1) kali/menit. Dengan demikian, dapat dikatakan terdapat perbedaan bermakna frekuensi pernapasan antara perokok dan bukan perokok tembakau yaitu (p=0,001).

Several studies have shown cigarette tobacco can cause an increase in respiratory frequency. Smoking has caused the death of as many as 5 million people per year in Indonesia. If this can not be prevented, then the number of deaths will increase two times approaching 10 million people per year in 2020. Within 1-2 years of smoking, at a young smokers will be changes of inflammation or inflammatory reaction in the respiratory tract of small, until there chronic airway obstruction. Smoking is the major cause of chronic obstructive pulmonary disease. After 20 years of smoking on lung pathophysiology changes proportionally along with the intensity and duration of smoking. This study examines the respiratory frequency differences in men tobacco smokers and nonsmokers aged 20-60 years in Salemba 2009-2010. Data from 24 male smokers and 24 male non-smokers who were taken by consecutive sampling from filling the questionnaire and assessment of respiratory frequency by means of inspection or see the movement of the chest and abdomen accompanied by palpation or put his hands on the patient's stomach. average value of respiratory frequency in the group of non-smokers was 16.4 (95% CI 15.1, 17.6) times / min, whereas the mean frequency of respiration in the group of smokers was 19.7 (95% CI 18.3, 21.1) times / min. Thus, there are significant differences in respiratory frequency group of tobacco smokers and nonsmokers (p = 0.001).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Cinthya Theresia
"The Smoking behavior is one of the biggest public health threats in the world. Wherever, whenever, and anyone can smoke, not exception the police in National Traffic Management Center Police of Republik Indonesia. (NTMC Polri). This research was conducted to find out the relationship of the factors that increase the success of quit smoking of in NTMC Polri. This descriptive study using a cross-sectional study design and are semi-quantitative from 51 police who become the respondents. The results showed that there is a significant relationship between a predisposing, enabling, and reinforcing factors and the success of quit smoking from the police in NTMC Polri. Control and explicit sanctions needs to be enhanced so that the smoke free workplace program in NTMC Polri runs well and can create a favorable environment to quit smoking.

Perilaku merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia. Dimanapun, kapanpun, dan siapapun dapat merokok, tak terkecuali polisi di National Traffic Management Center Polisi Republik Indonesia (NTMC Polri). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan seseorang untuk berhenti merokok dengan keberhasilan berhenti merokok pada polisi di NTMC Polri. Penelitian deskriptif ini menggunakan desain studi cross-sectional dan bersifat semi kuantitatif, pada 51 polisi yang menjadi responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor predisposisi, pemungkin, penguat dan keberhasilan berhenti merokok pada polisi di NTMC Polri. Pengawasan dan sanksi yang tegas perlu ditingkatkan supaya program Kawasan Tanpa Rokok di NTMC Polri berjalan dengan baik serta dapat menciptakan lingkungan yang baik untuk berhenti merokok.
"
Universitas Indonesia, 2015
S60878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Fitria
"ABSTRAK
Latar belakang : Banyak penyakit yang dihubungkan dengan merokok seperti penyakit keganasan, kardiovaskuler, diabetes mellitus DM , penyakit paru obstruktif kronik PPOK , arthritis, impotensi, infertilitas, alzheimer, TB dan lain- lain. Paru merupakan organ yang banyak mengalami kerusakan berat akibat merokok. Merokok terbukti mengganggu bersihan mukosilier dan berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya TB paru. Konversi sputum merupakan indikator penting untuk melihat keberhasilan pengobatan TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan riwayat merokok dan keberhasilan pengobatan fase intensif tuberkulosis TB paru di RSUD.Metode : Desain penelitian menggunakan metode kohort prospektif yang dilakukan pada pasien TB paru basil tahan asam BTA positif perokok dan bukan perokok yang berkunjung ke Pelayanan Tuberkulosis Terpadu PTT yaitu poli rawat jalan dan ruang rawat inap infeksi paru RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari 1 November 2015 hingga Februari 2016. Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan statistical package for social sciences SPSS 20.Hasil : Total 38 subjek dibagi kedalam 2 kelompok 19 subjek perokok dan 19 subjek bukan perokok , semua subjek perokok adalah laki-laki sedangkan subjek bukan perokok terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dari hasil penelitian bulan pertama p=0,009 didapatkan subjek yang bukan perokok konversi sputum BTA berjumlah 14 orang 73,7 dan 5 orang tidak konversi, sedangkan pada subjek perokok 6 orang 31,6 yang konversi dan 13 orang 68,4 tidak konversi. Pada bulan kedua p=0,202 , lebih dari setengah jumlah subjek yang bukan perokok konversi sputum BTA berjumlah 17 orang 89,5 dan 2 orang 10,5 yang tidak konversi sedangkan pada subjek perokok yang konversi berjumlah 14 orang 73,7 dan 5 orang 26,3 yang tidak konversi.Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan merokok terhadap konversi sputum BTA bulan I.Kata kunci : TB paru, merokok, konversi sputum

ABSTRACT
Background Many diseases are associated with smoking such as malignant disease, cardiovascular, diabetes mellitus DM , chronic obstructive pulmonary disease COPD , arthritis, impotence, infertility, Alzheimer 39 s Disease, tuberculosis and others. Lung is an organ that suffered heavy damage from smoke. Smoking is proven to disrupt the ciliary mucosal clearance and it is associated with an increased risk of pulmonary tuberculosis. Sputum conversion is an important indicator to assess the success of TB treatment. This study aims to determine the relation between smoking history and the success intensive phase treatment of pulmonary tuberculosis TB at Dr Zainoel Abidin Hospital.Method This is a prospective cohort study in patients with pulmonary tuberculosis acid fast bacilli AFB positive smokers and non smokers who visited the Integrated Tuberculosis Care PTT , at outpatient and inpatient pulmonary infection RSU Dr. Zainoel Abidin hospital Banda Aceh from 28 November 2015 until 1 February 2016. The data were tested using statistical package for social sciences SPSS 20.Results A total of 38 subjects were divided into 2 groups 19 subjects with 19 subjects smokers and non smokers . All subjects smokers are male while non smoker subjects consisted of male and female. The results of the first month study p 0.009 , there are 14 non smoker subjects with AFB conversion 73,7 and 5 subjetcs without AFB conversion. Among smoking subjects there are 6 subjets 31.6 with AFB conversion and 13 subjects 68.4 without AFB conversion. In the second month p 0,202 , more than half subjects who are non smokers had AFB conversion, 17 subjects 89.5 and 2 subjects 10.5 had no AFB conversion. In smokers group there are 14 subjects 73.7 had AFB conversion and 5 subject 26.3 had no conversion.Conclusion There was a significant relation between smoking habit and the occurrence of first month AFB sputum"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Novita Puji Hartanti
"konsumsi merokok tergolong dalam perilaku yang dapat membahayakan kesehatan, baik bagi perokok maupun bagi orang lain di sekitarnya. Merokok terbukti berhubungan dengan 25 jenis penyakit berbahaya yang bersifat mematikan, antara lain kanker paru-paru dan jantung koroner. Setiap tahun, angka kematian yang disebabkan rokok semakin bertambah, namun jumlah perokok juga bertambah, bahkan usia seseorang merokokjuga semakin muda. Masyarakat mencapai angka yang tinggi sebagai seseorang yang mengonsumsi merokok. Alasan remaja merokok cenderung bersifat psikososial. Peneliti ingin mengetahui faktor apa saja yang berperan dalam konsumsi rokok pada masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai faktor yang berperan dalam konsumsi rokok pada masyarakat. Sampel penelitian memiliki karakteristik: berusia 25-50 tahun, masih merokok pada saat dilakukan pengambilan data. Teknik Snowball sampling yang digunakan berdasarkan konsep konsumsi rokok masyarakat dari Neuman.
Didapatkan hasil yaitu konsumsi rokok masyarakat 48% informan, dengan 24% karena melihat teman teman merokok, 10,7% melihat konsumsi rokok orang tua (ayah), dan 6,6% melihat konsumsi rokok saudara kandung. Kedua adalah kebiasaan mengonsumsi rokok (24%). Kemudian, 13,3% informan menyatakan faktor reaksi emosi yang positif saat mengonsumsi rokok berperan dalam perilaku merokok mereka. Selanjutnya adalah faktor reaksi penuruanan emosi (10,7%), dengan 8% alasan sosialinforman yang merasa memiliki image dan menunjukkan kematangan dengan merokok. Yang terakhir ketagihan mengonsumsi rokok sebesar 58%. Pada masyarakat (25-50 tahun) yang paling berperan adalah faktor kebiasaan dan ketagihan dalam mengonsumsi rokok, yang didukungan dengan lingkungan sosial.

moking has been shown to be associated with 25 types of dangerous diseases that are deadly, including lung cancer and coronary heart disease. Every year, the number of deaths caused by cigarettes increases, but the number of smokers also increases, even the age of a person smokes also younger. People achieve high rates as someone who consumes smoking. The reasons teenagers smoke tend to be psychosocial. Researchers want to know what factors play a role in cigarette consumption in the community.
The research method used is descriptive research method that aims to obtain a description of the factors that play a role in cigarette consumption in the community. The study sample has characteristics: aged 25-50 years, still smoking at the time of taking data. The Snowball sampling technique used is based on the concept of public cigarette consumption from Neuman.
The result is the cigarette consumption of 48% of informants, with 24% seeing friends smoking, 10.7% seeing parental cigarette consumption (father), and 6.6% seeing sibling consumption. The second is the habit of consuming cigarettes (24%). Later, 13.3% of informants stated positive emotional reactions when taking cigarettes play a role in their smoking behavior. Next is the emotional reactions factor (10.7%), with 8% of informants' social reasons who feel the image and show maturity by smoking. The last addicted to cigarette consumption by 58%. In the community (25-50 years) the most important role is the habit factor and addiction in cigarette consumption, which is supported by the social environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>