Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elmi Julianto Suwono
"Kecamatan Carita terletak di wilayah pesisir yang berbatasan langsung dengan Selat Sunda. Tsunami Selat Sunda yang terjadi tahun 2018 merupakan tsunami yang disebabkan oleh longsoran di bagian tenggara Gunung Anak Krakatau. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat kerusakan fasilitas sosial ekonomi yang disebabkan oleh Tsunami Selat Sunda 2018 dengan tingkat kapasitas masyarakat Kecamatan Carita. Tingkat kerusakan fasilitas sosial ekonomi, tingkat kapasitas masyarakat, serta hubungan antara keduanya dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang dilengkapi dengan skoring dan pembobotan. Desa yang mengalami tingkat kerusakan fasilitas sosial ekonomi paling tinggi yaitu Desa Pejamben dengan skor 2,5, sedangkan desa yang mengalami tingkat kerusakan paling rendah yaitu Desa Sindanglaut dengan skor 0,7. Tingkat kapasitas masyarakat paling tinggi dimiliki oleh Desa Sindanglaut dan Desa Sukajadi dengan skor 2,5, sementara itu desa yang memiliki tingkat kapasitas masyarakat paling rendah dengan skor 1,6 yaitu Desa Banjarmasin. Hubungan antara tingkat kerusakan fasilitas sosial ekonomi dengan tingkat kapasitas masyarakat akan menghasilkan dampak keseluruhan terhadap kejadian tsunami. Hubungan tersebut dapat dinyatakan bahwa desa dengan tingkat kapasitas tinggi memiliki kecenderungan mengalami tingkat kerusakan fasilitas sosial yang lebih rendah. Dampak Tsunami Selat Sunda tahun 2018 paling tinggi terjadi di Desa Banjarmasin dengan skoring 1,4375. Desa Sindanglaut mengalami dampak paling rendah dengan skoring dampak 0,28. Terdapat 3 desa yang tidak terdampak oleh Tsunami Selat Sunda 2018 yaitu Desa Cinoyong, Kawoyang, dan Tembong.
......Carita District is located in a coastal area which is directly adjacent to the Sunda Strait. The Sunda Strait tsunami that occurred in 2018 was a tsunami caused by a landslide in the southeastern part of Mount Anak Krakatau. This study aims to analyze the relationship between the level of damage to socio-economic facilities caused by the 2018 Sunda Strait Tsunami and the level of community capacity in Carita District. The level of damage to socio-economic facilities, the level of community capacity, and the relationship between the two were analyzed using a quantitative descriptive method equipped with scoring and weighting. The village that experienced the highest level of damage to socio-economic facilities was Pejamben Village with a score of 2.5, while the village that experienced the lowest level of damage was Sindanglaut Village with a score of 0.7. Sindanglaut Village and Sukajadi Village have the highest level of community capacity with a score of 2.5, meanwhile the village that has the lowest level of community capacity with a score of 1.6 is Banjarmasin Village. The relationship between the level of damage to socio-economic facilities and the level of community capacity will produce an overall impact on the tsunami occurrence. This relationship can be stated that villages with a high level of capacity have a tendency to experience lower levels of damage to social facilities. The highest impact of the 2018 Sunda Strait Tsunami is occurred in Banjarmasin Village with a score of 1.4375. Sindanglaut Village experienced the lowest impact with an impact score of 0.28. There are 3 villages that were not affected by the 2018 Sunda Strait Tsunami, namely Cinoyong, Kawoyang, and Tembong Village."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilopo
Ithaca: Cornell University, 1959
330.1 WIL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shella Novasari
"Masyarakat di Sumatera Selatan telah memanfaatkan sungai dan area sekitarnya untuk menunjang kehidupan mereka. Sungai Musi memiliki delapan anak sungai, salah satunya adalah Sungai Ogan. Di sepanjang Sungai Ogan terdapat permukiman penduduk asli dengan pola permukiman linier dan mengelompok.
Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan kehidupan sosial ekonomi masyarakat di sekitar Sungai Ogan yang dibedakan berdasarkan pola permukiman secara antar linier dan antar mengelompok yang kemudian perbedaannya dibandingkan secara umum dengan pola permukiman linier dan mengelompok. Metode analisis dengan menggunakan analisis keruangan untuk menjelaskan fenomena di lapangan secara spasial.
Kesimpulan ada perbedaan kehidupan sosial dan ekonomi penduduk yang bermukim di Sungai Ogan. Interaksi penduduk pada pola permukiman linier cenderung terjadi hanya di dalam pola permukiman linier. Sedangkan pada pola mengelompok, interaksi aktif terjadi juga di luar tempat tinggal.
......People in South Sumatra have taken the advantages of river and it is surrounding to support their life. Musi River has eight tributaries and one of them is Ogan River. Alongside the Ogan there are two residence patterns lived by majority of the indigenous population: linear and clustered patterns. The residence tends to be built based on ethnic community. Furthermore, there is also the residence in particular ethnic that each of them has a set of socio-economic characteristics.
The objective of this study was to determine the comparative of social and economic life of communities around the Ogan River which were divided by inter-linear and inter-cluster pattern. Then the results would be compared with the pattern of linear and clustered generally. Analytical method was using analysis of spatial to explain the phenomenon on the research area spatially.
The conclusion differences in social and economic life of people living in the Ogan River. People interaction in the linear residence pattern tended to occur only in the linear residence pattern. While in clustered pattern, active interaction also occurred outside the residence."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1055
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library