Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asep Trisnayuana
"Tujuan dari intervensi ini adalah untuk menurunkan prasangka remaja Aceh Singkil pasca konflik antar agama. Masalah konflik sosial merupakan isu yang masih menjadi keprihatinan nasional. Kejadian yang terjadi di Aceh Singkil menimbulkan kesan negatif dari kelompok remaja Muslim dan Non-Muslim. Intervensi dilakukan peneliti melalui program ECEP Extended Class Exchange Programme dan PRPIA Prejudice Reduction and Positive Intergroup Attitudes Promotion yang mengarahkan dan mendorong remaja untuk melakukan kontak yang positif. Partisipan dalam intervensi ini sejumlah 35 partisipan dari dua kelompok remaja muslim dan non muslim yang berdomisili di Desa Suka Makmur Aceh Singkil. Pengukuran dampak intervensi hasil pre-test dan post-test skala linkert stereotip dengan uji paired sample test terdapat perubahan penurunan prasangka t hitung = 4,797 dan tingkat Sig 2-tailed = 0,00 < 0,05 . Program intervensi ini berpengaruh positif, dengan tersusunnya rancangan kegiatan bersama atas prakarsa remaja yang melibatkan seluruh stake holder Aceh Singkil dalam rangka menjaga perdamaian, kebhinekaan, dan membangun Aceh Singkil.

The purpose of this intervention is to reduce the prejudice of adolescent Aceh Singkil post conflict between religions. The problem of social conflict is an issue that is still a national concern. Events that occurred in Aceh Singkil elicited a negative impression of a group of teenage Muslims and non Muslims. Interventions by researchers through the ECEP program Extended Class Exchange Program and PRPIA Prejudice Reduction and Positive Intergroup Attitudes Promotion that lead and encourage teens to make positive contact. Participants in this intervention were 35 participants from two groups of Muslim and non Muslim teenagers who resides in Suka Makmur Aceh Singkil. Measurement of the impact of the pre test intervention and post test of the stereotyped linkert scale by paired sample test, there were changes in prejudice t 4.797 and Sig 2 tailed 0.00."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali, Asghar
"NBA, adalah liga basket yang paling terkenal di dunia, terbentuk di Amerika. Menjadi liga basket pertama di dunia, NBA mempunyai standar yang tinggi dalam merekrut para pemainnya. Akan tetapi, di dalam liga internasional tersebut, diskriminasi dan stereotip masih terjadi terhadap ras tertentu. Para pemain berkulit hitam yang mendominasi di NBA, mendapatkan diskriminasi dari peraturan tertentu yang diberikan oleh komisaris dari NBA. Makalah ini akan membahas dua kasus diskriminasi yang terjadi terhadap para pemain berkulit hitam, pertama adalah kasus perkelahian Pistons, dan yang kedua, peraturan pakaian. Peraturan tersebut melarang beberapa pakaian untuk dipakai, yang terkait dengan budaya hip-hop. Selain perkelahian dan peraturan pakaian, para pemain berkulit hitam juga mendapatkan diskriminasi karena stereotip rasial yang datang dari para penonton. Dengan membahas dua pemain sukses di NBA, makalah ini mempertentangkan stereotip dengan menggunakan sejarah kehidupan mereka dalam menghadapi diskriminasi struktural yang mereka dapatkan dari masyarakat maupun di dunia olahraga. Dari pembahasan tersebut, makalah ini berpendapat bahwa rasisme dan diskriminasi masih melekat di dalam industri olahraga AS.

NBA, is the most famous basketball league in the world organized in America. The first one in the world, this league has a high standard in recruiting players. However, in this international league, discrimination and stereotypes still happened towards a particular race. The black players who are dominant in the NBA, get discrimination from certain regulation given by the commissioner of NBA. The paper will discuss two cases of discrimination against the black players, one the case of the Pistons brawl, and second, the outfit regulation. This regulation banned several outfits, which related to the hip hop culture. Other than the brawl and dress code regulation, black players also got discrimination because of racial stereotypes coming from the audience. By discussing two successful players in NBA, the paper contrast the stereotype with their life history in facing the structural discrimination in society as well as in sports. From the discussion, the paper argues that racism and discrimination are still inherent in the US sports industry.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Novia
"Film merupakan sebuah produk budaya yang mewarisi nilai-nilai dan makna dari realitas hidup. Di antara banyak film yang diproduksi oleh industri film Hollywood, ada beberapa film yang dibuat untuk menggambarkan budaya dan nilai orang-orang Asia. Crazy Rich Asians (2018), disutradai dan ditulis oleh orang Amerika keturunan Asia, adalah salah satu dari film yang memiliki tujuan tersebut. Film tersebut, yang membuat kesuksesan box office, melibatkan sebagian besar pemeran orang Asia, dan banyak penelitian telah dilakukan tentang penggmbaran karakter wanita dalam film tersebut dan masalah dikotomi pada nilai Timur-Barat. Studi kualitatif ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang bagaimana tokoh laki-laki direpresentasikan dalam film, hubungannya dengan kenyataan, dan ideologi dibalik representasi tersebut berdasarkan teori Semiotik dari John Fiske yang berjudul `The Codes of Television`. Tulisan ini juga mengkaji bagaimana orientalisme menjadi salah satu ideologi utama yang tersirat dalam film tersebut. Studi tersebut mengungkapkan bahwa representasi tokoh laki-laki Asia dalam film ini telah bergeser dari stereotipe orang Asia pada zaman dahulu, namun masih tergambar secara parsial melalui sudut pandang Barat.

A film is a cultural product that inherits values and meanings from the reality of life. Among many films produced by the Hollywood film industry, there are a number of films that are made to portray Asian`s culture and values. Crazy Rich Asians (2018), directed and written by Asian Americans, is one of the films that serves the purpose. The film, which made a box office success, involved largely Asian casts, and many studies have been conducted on the portrayal of the female characters in the film and the issue of East-West values dichotomy. This qualitative study aims to further discuss the male characters in the film, which is still lacking. It aims to provide insights on how the male characters are represented in the film, its relation to the reality, and the ideology behind the representation based on a semiotic theory called `The Codes of Television` by John Fiske. It also examines how the orientalism becomes one of the major ideologies implied in the film. The study reveals that the representation of Asian male characters in this film have shifted from the old Asians` stereotypes, yet it is still partially portrayed through the Western`s point of view."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Montanaro, Muhammad Abdul Karim
"Naskah ini menunjukkan bagaimana maskulinitas hegemonik digambarkan dalam kartun AmericanDad!. Tujuan dari naskah ini adalah untuk menunjukkan secara rinci tingkah-tingkah laku yang diasosiasikan dengan maskulinitas hegemonik, dan bagaimana kartun tersebut mengkritiknya. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai maskulinitas hegemonik dalam media dan genre-genre yang berbeda-beda terlalu luas dan tidak dapat menjelaskan secara mendalam tingkah-tingkah laku apa saja yang diasosiasikan dengan maskulinitas hegemonik dan mengapa hal tersebut berbahaya. Dengan berfokus kepada tingkah-tingkah laku dari karakter-karakter tertenti dalam American Dad! tingkah-tingkah laku tersebut dapat diamati secara lebih rinci an mengapa tingkah-tingkah laku tersebut berbahaya dapat dijelaskan dengan lebih jelas. Adegan-adegan tertentu dari episode-episode tertentu yang menggambarkan tingkah-tingkah laku ini dipilih untuk pengamatan ini, dan setiap tingkah laku tersebut diamati dengan rinci untuk memahaminya sebagai satir dan apa yang dapat disimpulkan darinya. Dengan mengamati tingkah-tingkah laku ini dengan lebih rinci, kita akan memahami lebih jelas mengapa mereka berbahaya, dan kita akan dapat mendeskripsikan secara lebih jelas apakah yang dimaksud dengan maskulinitas hegemonik.

This paper presents how hegemonic masculinity is depicted in American Dad! cartoon. The aim is to show how the show in details behaviors that are associated with hegemonic masculinity, and how the show criticizes them. Previous researches about hegemonic masculinity in different media and genres are too spread and could not define deeply what are the behaviours associated with hegemonic masculinity and why they are harmful. By focusing on these behaviours of certain characters in American Dad! they could be observed in more detailed way and why they are harmful could be explained more clearly. Certain scenes from certain episodes that depicts these behaviours are choosen for this observation, and each scene are observed in details to be able to understand it as a satire as well as what it implies. By observing these behaviours in more details, we would understand more clearly why they are harmful, and we would be able to describe more clearly what hegemonic masculinity is.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Elvia Wilfitri
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya ketidakseimbangan representasi gender dalam buku teks bahasa Inggris untuk pemelajar di Sekolah Menengah Atas (SMA). Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi representasi gender dalam buku teks bahasa Inggris, serta persepsi pembelajar dan pemelajar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang memungkinkan peneliti mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam. Penelitian ini menggunakan model tiga dimensi CDA (Fairclough, 2015) sebagai kerangka analisis buku teks. Model ini terdiri dari tahap deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi. Analisis pada tahap deskripsi dilakukan dengan melihat empat aspek, yaitu jenis aktivitas, jenis peran sosial dan domestik, penggunaan kata ganti maskulin dan feminin, serta representasi visual laki-laki dan perempuan. Kemudian, hasil deskripsi diinterpretasikan dan dijabarkan kaitannya dengan konteks sosial yang lebih luas. Selain itu, wawancara semi terstruktur dengan pembelajar dilakukan untuk melihat pandangan mereka terkait representasi gender dalam buku teks. Selanjutnya, penyebaran kuesioner kepada pemelajar dilakukan untuk melihat kepekaan dan kesadaraan mereka terkait isu kesetaraan gender. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Pertama, masih terdapat kesenjangan terkait representasi laki-laki dan perempuan dalam buku teks. Laki-laki cenderung lebih dominan ditampilkan dibandingkan perempuan. Perempuan masih ditempatkan pada stereotip tradisonal yang berlaku. Kedua, pembelajar menyadari adanya bias serta stereotip gender dalam buku teks yang mereka digunakan. Mereka merekomendasikan adanya perbaikan berkelanjutan terkait konten gender dalam buku teks. Ketiga, hasil kuesioner menunjukkan masih kurangnya tingkat kesadaran pemelajar terhadap isu kesetaraan gender. Beberapa rekomendasi berdasarkan temuan ditujukan kepada pemangku kebijakan bahasa dan penulis buku untuk membuat dan memublikasikan buku teks yang merepresentasikan kesetaraan gender. Selain itu, peran aktif pembelajar sebagai pengguna dan mediator buku teks juga harus ditingkatkan agar dapat membantu pemelajar menumbuhkan pemahaman serta kepekaan terhadap pentingnya kesetaraan gender.

This research was motivated by a tendency of imbalanced gender representation in English language textbooks for students at Senior High Schools (SMA) in Indonesia. This study aims to investigate gender representation in English language textbooks, as well as teachers' and learners' perceptions. This research employed qualitative methods to gain a broader and deeper understanding about gender representation in textbooks. This research employed three-dimensional model of CDA (Fairclough, 2015) as the analytical framework to approach textbooks. This model consists of description, interpretation and explanation stages. Analysis at the description stage was carried out by looking at four aspects, namely types of activities, types of social and domestic roles, the use of masculine and feminine pronouns, and visual representations of male and female. Afterwards, the description results were interpreted and explained in relation to the broader social context. In addition, semi-structured interviews with teachers were conducted to examine their views regarding gender representation in textbooks. Subsequently, questionnaire distributions to students were carried out to assess their sensitivity and awareness regarding gender equality issues. The results in this study presented several important findings. Firstly, there is still a gap regarding the representation of men and women in textbooks. Male representation tends to be more dominant than female. Women are still placed in the prevailing traditional stereotypes. Secondly, the teachers are aware of bias and gender stereotypes in the textbooks they use. They recommended continued improvements regarding gender content in textbooks. Finally, the results of the questionnaire showed that there is still a lack of student awareness of gender equality issues. Several recommendations based on the findings are aimed at language policy makers and book authors to create and publish textbooks that represent gender equality. Apart from that, the active role of teachers as users and mediators of textbooks must also be increased in order to help students grow their understanding and sensitivity to the importance of gender equality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sukron Maksudi
"Pemerintah Indonesia pasca reformasi telah menghapuskan berbagai peraturan yang bersifat diskriminasi terhadap orang-orang Tionghoa, tetapi dalam pelaksanaan masih terdapat tindakan diskriminatif yang dilakukan terhadap orang-orang Tionghoa. Pencabutan undang-undang diskriminatif masih dianggap setengah hati oleh aparatur penyelenggara kebijakan negara. Berbagai upaya pemerintah untuk menghapuskan diskriminasi ternyata masih terdapat kendala dalam proses pelaksanaanya. Jika kembali pada sejarah masa lalu, Tionghoa sebagai etnis minoritas mengalami perlakuan diskriminatif pada zaman Belanda dengan dikeluarkan berbagai aturan yang menempatkan peran Tionghoa sebagai ras kelas dua sejajar dengan keturunan asing di bawah Belanda dan di atas etnis asli. Namun setelah merdeka, peran Tionghoa di masyarakat berubah seiring dengan perpolitikan global dan nasional.
Pemahaman terhadap stereotip yang berkembang seyogyanya dimulai dengan sebuah upaya penelusuran kembali hal-hal yang menjadi dasar dari berbagai faktor yang membentuknya. Melihat Tionghoa sebagai etnis minoritas dan telah mengalami perlakuan diskriminasi, maka patutlah ?dicurigai? bahwa tindak diskriminasi inilah yang menjadi alasan tumbuhnya stereotip yang terjadi di lapisan masyarakat selama ini. Kecurigaan ini semakin menguat ketika penelusuran sejarah melalui berbagai literatur yang ada memperlihatkan bahwa orang-orang Tionghoa pun menjadi korban sistem diskriminatif yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda dan yang dikembangkan secara lebih sistematik oleh pemerintahan orde baru. Pada masa tersebut itulah hak sosial, politik, dan budaya orang Tionghoa dibatasi melalui berbagai peraturan yang dilegalkan oleh undang-undang. Diskriminasi yang terjadi selama kurun waktu yang sangat panjang inilah yang juga tidak terlepas dari latar belakang stcreotip yang melekat terhadap orang-orang Tionghoa.
Akan tetapi pada masa reformasi berlangsung, yang ditandai oleh peristiwa Mei 1998 dimana terdapat korban yang kebanyakan dari golongan Tionghoa, pemerintah dengan gencar menggunakan sistem demokratis dan menjunjung hak asasi manusia (HAM) dalam segala tata aturan perundang-undangan. Peraturan yang diskriminatif dihapuskan, dalam hal ini khususnya peraturan diskriminiatif yang ditujukan terhadap golongan minoritas Tionghoa.
Namun dalam pelaksanaannya masih saja terdapat tindakan diskriminatif yang masih memberlakukan persyaratan SBKRI dalam mengurus surat kependudukan (KTP, akta lahir, surat nikah, akta waris, paspor, dam lain-lain). Hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Kewarganegaeraan no 12 tahun 2006 yang didalamnya menyabutkan SBKRI sudah dihapuskan.
Walaupun reformasi telah digulirkan sejak 1998 sampai sekarang, tetapi pemerintah dalam melaksanakan sosialisasi berbagai kebijakan yang dikeluarkan masih sangat kurang. Media massa kebanyakan memberitakan masalah politik dan bencana yang kerap terjadi di Indonesia. Sehingga permasalahan sosial seakan tenggelam. Multikulturalisme yang ditanamkan melalui upaya penghapusan diskriminatif dan stereotip yang melekat pada etnis tertentu memiliki tantangan tersendiri.
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah globalisasi dimana batas-batas nilai menjadi kabur. Dengan demikian, adanya beberapa kasus pemberlakuan SBKRJ sebagai syarat dalam mengurus surat kependudukan yang dikenakan kepada orang Tionghoa memperkuat pemahaman bahwa masih terdapat praktik diskriminatif terhadap orang-orang Tionghoa yang dilakukan oleh "oknum" aparatur negara. Hal ini akan menjadi potensi yang mengancam keamanan individu warga negara Indonesia khususnya keturunan Tionghoa, memperlambat program pemerintah, dan mengurangi nilai multikulturalisme di Indonesia.

The Indonesian government had abolished the post-reform discriminatory regulations against Chinese people, but in execution there are still discriminatory acts committed against Chinese people. Repeal discriminatory laws are still considered to be half-heartedly by the apparatus operator of state policy. Various government efforts to eliminate discrimination are still being a major obstacles in the process of its implementation. In the past history, as the ethnic Chinese minority suffered discriminatory treatment in the Dutch era with some various rules that put the role of Chinese as second-class races in line with the Dutch foreign descent below and above the original ethnicity. But after independence, the Chinese role in society change along with global and national politics.
Understanding of developing stereotypes should begin with an effort to search back the things that form the basis of various factors that shape it. Seeing as the ethnic Chinese minority and have experienced discrimination, then the proper "suspected" that the act of discrimination is the primary reason for the major growth of stereotypes that occur in society so far. This suspicion got strength after conducted a research of some past literature and shows that The Chinese people had become victims of discriminatory system that was built by the Dutch colonial government and more systematically developed by the new order government. During this period, social rights, politics, and culture of the Chinese is limited by various regulations that legalized by law. Discrimination that occurred during a very long period, makes The stereotypes of Chinese people still attach.
But during the reformation period, which was marked by the events of May 1998 where there are victims, mostly from the Chinese, the government with a vigorous democratic system, uphold the respect for human rights (human rights) in all statutory regulations. Discriminatory regulations eliminated, in this case especially directed against the discriminative regulation on Chinese minorities.
But in practice there are still discriminatory actions that still impose requirements SBKRI in arranging letters of residence (ID, Birth Certificate, Marriage Certificate, Deed Waris, Passport, dams etc.). This is contrary to the Act No.12 of 2006 Regarding Nationality, that SBKRI were no longer mentioned.
Although reforms have been rolled out since 1998 until now, but the government is still lacking in socialized some policies implementation. The media mostly reported political problems and disasters that often occur in Indonesia. So that social problems as if drowning. Multiculturalism that use through efforts in order to eliminate discrimination and stereotyping in certain ethnic has its own challenges.
Other factors that also influence the globalization where boundaries become blurred. Thus, the existence of several cases that SBKRI still require as a requirement in the care of a letter of residence on the Chinese, strengthen the understanding that there are discriminatory practices against Chinese people committed by "rogue" state apparatus. This will be the potential that threaten the security of individual Indonesian citizens of Chinese descent in particular, slowing down government programs ; and reduec the value of multiculturalism in Indonesia.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2011
T33327
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wulandari
"Sejumlah studi menunjukkan bahwa aktivasi gender-stereotype threat berpengaruh terhadap penurunan performa perempuan pada sejumlah tes kemampuan kognitif yang memiliki stereotip mengenai keunggulan laki-laki. Namun masih sedikit studi yang mempelajari mengenai pengaruh pemberian gender-stereotype threat terhadap performa perempuan dan laki-laki pada tes kelancaran fonemik, yang pada umumnya menunjukkan keunggulan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari tipe aktivasi gender-stereotype threat dan tingkat kesulitan tugas terhadap performa tes kelancaran fonemik pada laki-laki dan perempuan. Seratus enam puluh delapan mahasiswa S1 Universitas Indonesia dengan rentang usia 18-24 tahun terlibat dalam tes kelancaran fonemik yang memiliki 3 tingkat kesulitan tugas. Untuk mengaktivasi gender-stereotype threat, partisipan pada 3 kelompok eksperimen mendapat salah satu informasi, bahwa tes menunjukkan keunggulan perempuan, tes menunjukkan adanya perbedaan gender, atau tes bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan bahasa. Sementara partisipan pada kelompok kontrol mendapat informasi bahwa tugas yang akan diberikan bertujuan untuk melihat proses-proses umum dalam pemecahan masalah. Hasil menunjukkan bahwa tingkat kesulitan tugas menjadi satu-satunya variabel yang berpengaruh, sementara kedua variabel lainnya ditemukan tidak memiliki pengaruh terhadap performa tes kelancaran fonemik. Oleh karena itu, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian gender-stereotype threat tidak menyebabkan penurunan performa laki-laki sebagai kelompok yang mendapat stereotip negatif pada tes kelancaran fonemik.

A number of studies showed that activation of gender-stereotype threat leads to digression of women’s performance in several cognitive ability tests which have stereotype about men superiority. Hovewer, only few studies had been conducted to learn how gender-stereotype threat influence men and women performance on phonemic fluency test, in which women are believed to be superior. The present research aimed to investigate the influence of gender-stereotype threat activation type and level of task difficulty upon phonemic fluency test performance on men and women. One hundred and sixty eight undergraduate students from University of Indonesia with age ranged between 18-24 years were asked to perform phonemic fluency test which consisted of 3 difficulty levels. To activate genderstereotype threat, participants in 3 experimental groups were informed that this test either show women advantage, this test show gender differences, or this test was intended to evaluate their verbal ability. The control group was told that their problem solving process on a task given will be studied. The results revealed that level of difficulty was the only variable which has a significant effect, while two others variables have no significant effects upon phonemic fluency test performance. Therefore, this study suggests that gender-stereotype threat doesn't lead to digression of men’s performance as a negative stereotyped group on phonemic fluency test."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Sofia Mochtar
"Maksud utama dari penulisan makalah ini adalaMaksud utama dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis stereotip rasial yang tersembunyi antara orang kulit hitam dan orang kulit putih dalam film The Blind Side dengan mengidentifikasi karakter-karakter di film tersebut. Stereotip, yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap kelompok lain, terdapat tidak hanya di dalam kehidupan nyata namun juga di dalam karya-karya fiksi seperti film. Pada film The Blind Side, stereotip rasial berada dalam lapisan tersembunyi. Kemiskinan dan bentuk lain dari stereotip terhadap orang kulit hitam seperti penggambaran orang kulit hitam sebagai pihak yang inferior, dan gagasan mengenai orang kulit hitam sebagai ancaman dalam film tampaknya dapat diterima oleh kedua ras. Hal ini tidak diragukan lagi memperkuat gagasan mengenai stereotip terhadap orang kulit hitam. Makalah ini memberikan pemahaman bahwa stereotip rasial dalam film dapat disampaikan secara halus dan tidak kentara, dan oleh karena itu selalu ada kemungkinan bahwa ketidakkenrataan tersebut juga ada dan terjadi dalam masyarakat.

The main intention of this paper is to analyze the hidden racial stereotyping between blacks and whites in The Blind Side by identifying the characters. Stereotyping, which is done by a group of people about other groups, exists in both the real life and fictional works like films. In The Blind Side, the existence of racial stereotyping is in a hidden layer. Poverty and other forms of stereotype toward blacks such as black's portrayal as the inferior one, and the notion of blacks as a threat in the film seem acceptable to both races. This undoubtedly strengthens the idea of the stereotype toward blacks. The paper sheds light on understanding how racial stereotyping in the movie can be very subtly conveyed, and therefore there is always a possibility that such subtlety also exists in society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andina Larasati
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui relasi kuasa yang terdapat dalam novel grafis 'Embroideries' oleh Marjane Satrapi. Dibingkai dengan teori-teori dalam studi gender yang secara khusus berfokus pada gagasan The Second Sex oleh Simon de Bevouir dan Relasi Kuasa oleh Foucault, penelitian ini menganalisa relasi kekuasaan yang terkandung dalam narasi. Hubungan kekuasaan yang tercermin dari kisah kehidupan tiga wanita generasi Iran yang, dalam hidup mereka, menjalani frustrasi terhadap diskriminasi gender, penindasan, dan KEKERASAN hak asasi manusia.
Temuan menunjukkan bahwa ada beberapa jenis relasi kekuasaan yang sangat rumit karena mereka tidak hanya mewakili kekuatan yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga di kalangan laki-laki, perempuan, gadis, timur, barat dan wanita. Temuan ini juga mengungkapkan bahwa ada respon khas ditunjukkan dengan wanita yang tertekan terhadap diskriminasi. Sebaliknya jelas melawan penindasan tersebut, para wanita ini melakukan strategi manipulatif untuk menjalani hidup yang menarik tanpa harus menunjukkan ketahanan terhadap suami, keluarga, dan masyarakat. Hal ini dapat juga diartikan sebagai kinerja kebebasan dalam masyarakat terbatas dan dibatasi.

The purpose of this research is to figure out the power relation in the graphic novel Embroideries by Marjane Satrapi. Framed with the theories in gender studies that specifically focus on the idea of The Second Sex by Simon de Bevouir and The Power Relation by Foucault, this research analayzes the power relation contained in the narration. The power relations are reflected from the life stories of three generation Iranian women who were, in their life, undergoing frustration towards gender discrimination, oppression, and human right violance.
The findings reveal that there are several types of power relation that are very complicated because they don't only represent unequal power between men and women but also among men, women, girl, east, and west women. The finding also reveals that there is a distinctive response showed by the opressed women towards the discrimination. Instead clearly fighting against the opression, these women were doing manipulative strategies in order to lead an exciting life without having to show their resistance to their husbands, family, and society. This can be also interpreted as the performance of freedom in constrained and restricted society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Saridewa Rinjani
"Humor selain sebagai wacana hiburan fungsinya juga dapat dijadikan sebagai sarana sindiran, olokan bahkan rasisme. Humor dapat ditemukan di segala jenis media seperti televisi, majalah, koran, dan internet. Pada internet humor ditemukan dalam website-website dalam wujud video dan teks. Situs-situs humor anak mudah sekali ditemukan di dalam Google karena banyak sekali. Kebanyakan isi situs tersebut adalah humor-humor dalam wujud bacaan yang dapat dinikmati oleh anak-anak. Walaupun demikian, secara tak langsung humor anak tersebut mengandung unsur olokan terhadap salah satu negara tetangganya, Belgia. Paper penelitian ini bertujuan untuk memaparkan stereotip orang Belgia yang digambarkan oleh situs-situs humor anak di Belanda. Penulis melakukan studi pustaka dengan mencari pengertian dari humor dan stereotip, mengumpulkan sepuluh humor anak dari lima situs yang berbeda yang mengisahkan orang Belgia (dua humor setiap situsnya) untuk dianalisis yaitu www.moppenvoorkinderen.nl, www.verveel.nl, www.moppen.spelletjes-voor-kinderen.nl, www.kindermoppen.be dan www.moppentap.nl.

Besides jokes as amusement media, jokes are also media for satire, ridicule or even racism subject. Jokes can be found in every kind of public media such as televisions, magazines, newspapers and internets. Internets provide many jokes in the form of videos and texts, some of which are children joke websites in the Netherlands. These jokes contain many ridicules on Belgians. The purpose of this paper is to flatten the stereotypes of Belgians, given by Dutch children joke websites. The method used in this paper is by collecting ten jokes from five different children joke websites -two jokes of each website- (www.moppenvoorkinderen.nl, www.verveel.nl, www.moppen.spelletjes-voor-kinderen.nl, www.kindermoppen.be and www.moppentap.nl), translating and analyzing them. As conclusion, Belgians stereotypes given in the children joke websites are generally negative."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>