Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan korelasi antara neurotrofin Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF), dan mobilitas fungsional pada pasien stroke iskemik kronik dalam uji Timed Up and Go (TUG). Penelitian ini merupakan observasi potong lintang dengan kelompok observasi (n = 35) dan kontrol sehat (n = 40). Kriteria inklusi stroke adalah subjek stroke iskemik fase kronik (onset di atas 6 bulan), berusia 40-65 tahun dan ambulasi mandiri. Pemeriksaan BDNF dilakukan di laboratorium, sedangkan uji TUG dilakukan secara pemeriksaan fisik. Hasil utama adalah rerata konsentrasi BDNF secara signifikan lebih rendah pada stroke kronik dibandingkan dengan kontrol sehat (21,654,00±4,250,67 pg/ml vs 23,424,37±3,209,96 pg/ml; p=0,048). Median performa TUG secara signifikan lebih lambat pada subjek stroke [11,90(7,79-50,36) detik vs 9,94(7,79-25,34) detik; p<0,001]. Akan tetapi perbedaan antara BDNF dan TUG ini belum berkorelasi secara signifikan. Sebagai pembahasan, terdapat banyak faktor selain mobilitas yang berkorelasi dengan neuroplastisitas. Juga diketahui bahwa mobilitas berperan penting dalam merangsang neuroplastisitas. Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan korelasi BDNF dengan mobilitas. Telah dianalisa bahwa uji TUG mungkin terlalu kompleks dalam menilai mobilitas sebagai sebuah parameter tunggal. Sehingga demikian, studi selanjutnya perlu mempertimbangkan penggunaan pemeriksaan yang lebih sederhana seperti kecepatan berjalan. ......This study is aimed to see the correlation between a neurotrophin called Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF), and physical mobility within chronic ischemic stroke through the timed up and go (TUG) test. This cross sectional observation had recruited 35 subjects of observation group and 40 healthy controls. Stroke inclusion criteria were those with chronic ischemic stroke (onset above 6 months), aged 40-65 years old and able to ambulate independently. BDNF was measured in laboratory, while TUG test were done through physical exam. Main study results were mean stroke BDNF concentration significantly lower as compared to healthy controls (21.654,00±4.250,67 pg/ml vs 23.424,37±3.209,96 pg/ml; p=0,048). Similarly, median TUG performance was significantly slower in stroke subjects [11,90(7,79-50,36) s vs 9,94(7,79-25,34) s; p<0,001]. However, these differences in BDNF and TUG had not been significantly correlated. It was then discussed that there are more than mobility that correlates with neuroplasticity, although prior studies mentioned that mobility has the most crucial role in stimulating it. There needs to be further investigation on correlation of BDNF with mobility. It was also thought that TUG itself may be too complex to examine mobility. Therefore future studies may consider the use of a simpler examination such as gait speed.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Kariasa
Abstrak :
Stroke adalah sindrom klinik berupa gangguan neurologis fokal dengan awitan tiba-tiba akibat gangguan aliran darah otak. Gangguan dapat berupa gangguan fisik dan fungsional seperti kehilangan kemampuan bergerak dan berjalan, mengingat, berkomunikasi dan gangguan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan menggali pemahaman secara mendalam tentang persepsi pasien paska serangan stroke terhadap kualitas hidup dan bagaimana pasien maknanya. Disain penelitian yang digunakan adalah deskriptif fenomenologi dengan metode wawancara mendalam. Partisipan adalah individu yang mengalami serangan stroke sebelumnya dan telah mendapatkan perawatan di rumah sakit, diambil dengan cara purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa rekaman hasil wawancara dilengkapi dengan catatan lapangan (field note) yang dianalisis dengan menerapkan teknik Collaizi's. Hasil penelitian ini mengidentifikasi 4 tema utama yaitu (1) menjadi terbatas dalam melakukan aktifitas sehari-hari, (2) merasakan penderitaan dan perubahan makna hidup setelah serangan stroke, (3) berbagai respon psikologis terhadap kehilangan dan perubahan kontak sosial setelah menderita stroke, (4) setiap pasien stroke membutuhkan pelayanan kesehatan yang profesional. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien paska serangan stroke mengalami gangguan fisik dan fungsional tubuh yang bersifat jangka panjang dan menimbulkan gangguan respon psikologis yang mempengaruhi perubahan kualitas hidupnya. Penelitian ini memberikan gambaran pemahaman tentang kualitas hidup pasien paska stroke serta perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat. ......Stroke is a clinical syndrome to be in the form of focal neurologic disorder with sudden accident which caused by disruption of cerebral blood flow. Neurologic deficit as a result of disruption blood flow could be physical and functional disruption, for example; disability to move and walk, memories and comunication disturbances and others. This study employed descriptive phenomenology design and data were collected by in- depth interview. Partisipants were individual with post stroke collected by purposive sampling. Data gathering were in interview recording and field note form, then transcribed and analyzed by Collaizi,s analysis method. This study identified 4 themes included : 1) become limited in performing daily activities ; 2) Feel suffering and change meaning of life because of physical limitation and losses; Varies psychologic responses to losses and social contacs decline after stroke; and 4) Everypost stroke patients needs profesional health care. The results revealed that post stroke patients underwent a prolong physical dan functional disability in their life. This condition brought to pshycological respons that lead to change their quality of life. This results would be expected to provide an understanding about quality of life of post stroke patients, therefor it needed to develop nursing care profesional.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gitalia Putri Medea
Abstrak :
ABSTRAK
Kualitas hidup pasien pasca stroke dapat diketahui berdasarkan laporan dari pasien stroke dengan wawancara terstruktur atau dengan pengisian kuesioner. Namun, beberapa dari pasien stroke tidak dapat melaporkan kualitas hidupnya sebagai akibat dari gangguan bahasa, efek kognitif lainnya dari stroke atau kondisi yang sudah ada sebelumnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perbedaan persepsi kualitas hidup antara perspektif pasien pasca stroke dan caregiver. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (Cross Sectional) yang melibatkan 115 pasien dan 115 caregiver. Analisis statistik yang digunakan Mann Whitney. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara persepsi kualitas hidup dari pasien dan persepsi kualitas hidup dari caregiver (p 0,166 ; α < 0,05). Tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada domain fisik (p 0,278; α<0,05), psikologis (p 0,068; α<0,05), hubungan sosial (p 0,976; α< 0,05), dan lingkungan (p 0,157; α<0,05) dari kualitas hidup yang dipersepsikan oleh pasien dan yang dipersepsikan oleh caregiver. Perawat dapat memperoleh informasi dari caregiver saat pasien tidak dapat memberikan informasi terkait kualitas hidupnya.
ABSTRACT
The quality of life of post-stroke patients might be identified on reports of stroke patients by structured interviews or questionnaires. However, some stroke patients might unable to report their quality of life due to language disorders, other cognitive effects of stroke or pre-existing conditions. The general purpose of identifying differences in perception of quality of life between perceived patients post stroke and perceived caregiver. Research Design: using cross sectional design. Samples: Research sample size is 115 patients and 115 caregivers. Statistical analysis used Mann Whitney test. The results showed no significant difference between perception of quality of life by patient and perception of quality of life by caregiver (p 0,166; α <0,05). there were no significant differences in the physical domain (p 0.278, α <0.05), psychological (p 0.068, α <0.05), social relations (p 0.976, α <0.05), and environment (p 0.157; α <0.05) of the perceived quality of life by the patient and perceived by the caregiver. Nurse may obtain information from the caregiver when the patient is unable to provide information about the quality of his/her life.
2018
T49230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johnstone, Margaret
New York: Churchill Livingstone , 1996
616.81 JOH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati M. Rasyid
Abstrak :
Rasio neutrofil limfosit (RNL) adalah salah satu biomarker prognostik yang sudah banyak dipakai untuk memprediksi luaran klinis berbagai penyakit. Nilai RNL yang tinggi berhubungan dengan luaran klinis yang buruk pada pasien stroke iskemik. Asupan energi dan protein yang cukup selama rawatan di rumah sakit (RS) dapat membantu menurunkan kadar RNL yang tinggi saat admisi. Asupan nutrisi yang cukup selama rawatan membantu mempertahankan sistem imun, meningkatkan proliferasi limfosit dan produksi antibodi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kecukupan energi dan protein selama rawatan di RS terhadap perubahan nilai RNL pada pasien stroke iskemik di RSCM dan RSUI. Penelitian menggunakan desain kohort prospektif pada subjek berusia ≥18 tahun yang dirawat di RSCM dan RSUI. Diperoleh 52 subjek dengan kelompok cukup asupan energi dan protein sebanyak 26 subjek dan kelompok yang tidak cukup sebanyak 26 subjek. Rerata usia subjek 62,34 + 11,8, laki – laki 61,5%, subjek dengan status nutrisi obesitas derajat 1 berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) 23,1%, dan faktor risiko hipertensi sebanyak 82,7%. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kecukupan energi dan protein dengan penurunan nilai RNL selama rawatan. Namun, sebagian besar subjek yang mendapat asupan cukup energi dan protein mengalami penurunan nilai RNL. Penelitian lanjutan diperlukan dengan menggunakan subjek lebih banyak dan menganalisis faktor – faktor lain yang dapat memengaruhi penurunan nilai RNL dan asupan makan pada pasien stroke iskemik yang dirawat. ......Neutrophil-lymphocytes ratio (NLR) is one of the prognostic biomarkers that has been widely used to predict clinical outcomes of various diseases. High NLR values are associated with poor clinical outcomes in ischemic stroke patients. Adequate energy and protein intake during hospitalization can help reduce high NLR levels at admission. Adequate nutritional intake during treatment helps maintain the immune system, increase lymphocyte proliferation and antibody production. This study aims to look at the relationship between energy and protein adequacy during hospitalization and changes in NLR values in ischemic stroke patients at RSCM and RSUI. The study used a prospective cohort design on subjects aged ≥18 years who were hospitalized at RSCM and RSUI. Total 52 subjects and then divided into two groups, an adequate energy and protein groups 26 subjects and an insufficient groups 26 subjects. The mean age of the subjects was 62.34 + 11.8, male 61.5%, subjects with nutritional status of grade 1 obesity based on body mass index (BMI) 23.1%, and risk factors for hypertension were 82.7%. There was no significant relationship between energy and protein adequacy group and the decrease in NLR values during hospitalization. However, most subjects who received energy and protein adequate experienced a decrease in NLR. Further research is needed by using more subjects and analyzing other factors that can affect the decrease in NLR value and food intake in stroke patients during hospitalization.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Nurul Rachman
Abstrak :
Latar Belakang: Vitamin D memiliki efek non-skeletal dalam mempertahankan fungsi endovaskular dan mengatur aktivitas inflamasi dalam dinding pembuluh darah. Lemak viseral, disebutkan sebagai prediktor risiko yang baik untuk penyakit vaskular karena berperan aktif secara metabolik serta bersifat meningkatkan pengeluaran sitokin proinflamasi Kedua hal ini berpengaruh dalam peningkatan risiko kejadian stroke akut. Sampai saat ini penelitian yang membahas korelasi antara kedua faktor tersebut masih inkosisten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar lemak viseral dan kadar vitamin D serum pada pasien stroke akut. Metode: Studi potong lintang dilakukan pada subyek berusia >18 tahun dengan stroke akut yang menjalani perawatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Universitas Indonesia selama bulan November -Desember 2023. Pengukuran kadar lemak viseral menggunakan bioelectrical impedance analysis (BIA) bedridden multifrekuensi. Penilaian kadar serum vitamin D (25 (OH)D) menggunakan metode chemiluminescent immunoassay (CMIA). Analisis bivariat dan multivariat digunakan untuk menilai korelasi dan hubungan antara variable bebas dan terikat, serta mengidentifikasi faktor perancu lain yang berhubungan dengan kadar vitamin D serum. Hasil: Terdapat total 73 subyek penelitian, sebanyak 55 subyek (75,3%) dengan insufisiensi dan 15 subyek (20,5%) mengalami defisiensi vitamin D, dengan nilai rerata di 17,08±7,85 ng/mL. Sejumlah 78,1% subyek memiliki kadar lemak viseral yang tinggi. Terdapat korelasi negatif (r= -0,271) yang signifikan (p <0,021) antara kadar lemak viseral dan kadar vitamin D serum pada stroke akut. Dilakukan analisis multivariat lanjutan dengan regresi linear untuk faktor perancu lain, hanya didapatkan kadar lemak viseral dan jenis pakaian (pakaian tertutup) yang menjadi faktor paling signifikan dalam menilai kadar vitamin D serum. Kesimpulan: Terdapat korelasi yang signifikan antara kadar lemak viseral dengan kadar vitamin D 25 (OH) pada pasien stroke akut. ......Background: Vitamin D has non-skeletal effects in maintaining endovascular function and regulating inflammatory activity in the vascular wall. Visceral fat is said to be a good risk predictor for vascular disease because it plays a metabolically active role and increases the release of pro-inflammatory cytokines, both of which are influential in increasing the risk of acute stroke events. Until now, studies that discuss the correlation between these two factors are still inconsistent. This study aims to determine the correlation between visceral fat levels and serum vitamin D levels in acute stroke patients. Methods: A cross-sectional study was conducted on subjects aged >18 years with acute stroke who underwent treatment at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital and University of Indonesia Hospital during November - December 2023. Measurement of visceral fat levels using bioelectrical impedance analysis (BIA) bedridden multifrequency. Assessment of serum vitamin D (25(OH)D) levels using chemiluminescent immunoassay (CMIA) method. Bivariate and multivariate analyses were used to assess the correlation and relationship between independent and dependent variables, as well as identify other confounding factors associated with serum vitamin D levels. Results: In a total of 73 subjects, 55 (75.3%) subjects had vitamin D insufficiency and 15 (20,5%) subject had deficiency, with mean values at 17.08±7.85 ng/mL. A total of 78.1% of subjects had high visceral fat levels. There was a significant (p<0.021) negative correlation (r= -0.271) between visceral fat and serum vitamin D levels in acute stroke. In a further multivariate analysis with linear regression for other confounding factors, only visceral fat content and type of clothing (concealing clothing) was found to be the most significant factor in assessing serum vitamin D levels. Conclusion: There is a significant correlation between visceral fat levels and 25 (OH) vitamin D levels in acute stroke patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Mariani
Abstrak :
Latar Belakang: Stroke merupakan penyebab kematian kedua dan penyebab disabilitas ketiga di dunia. Stroke menimbulkan ketidakmampuan dan kelemahan yang berakibat pada penurunan kemampuan fungsional. Kemandirian aktivitas hidup sehari-hari pasien stroke sangat penting karena dapat meningkatkan kualitas hidup. Dari tahun 1990 hingga 2019, telah terjadi peningkatan kejadian stroke sebesar 70%. Selanjutnya stroke sendiri akan menyebabkan peningkatkan angka kematian sebesar 43% dan disability adjusted lifeyears (DALY) sebesar 143%. Penelitian ini bertujuan untuk mehilat hubungan antara kadar vitamin D serum terhadap massa otot bebas lemak pada kedua ektremitas pada pasien stroke dan luaran klinis dengan pada pasien stroke. Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang pada subjek berusia diatas 18 tahun yang menjalani perawatan di RSUPN Dr. Cipto mangunkusumo dan RS Universitas Indonesia Depok. karakteristik demografi meliputi usia, jenis kelamin, status gizi, jenis kulit, jenis pakaian , asupan vitamin D, pemakaian tabir surya, Indeks Barthel, asupan energi total, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat, skor pajanan sinar matahari dan kadar vitamin D serum. Dilakukan analisis hubungan kadar vitamin D serum dengan ASMI dan Indeks Barthel Hasil: Sebagian besar subjek rerata berusia 59 tahun, dengan jenis kelamin perempuan terbanyak. Status gizi 33,3% mengalami obesitas derajat 1 dan 13,3% obesitas derajat 2. Karakteristik subjek memiliki jenis kulit tipe 4 (moderate brown), dan hampir seluruh subjek sebanyak 83,3% tidak memakai tabir surya. Untuk kecupukan asupan, bebagian besar subjek 81,7% memiliki asupan energi total yang cukup, 50% subjek mengalami asupan protein yang kurang, 5% subjek memiliki asupan lemak yang kurang, dan hanya 1,7% subjek yang mengalami asupan karbohidrat yang kurang, disamping itu didapatkan 65% yang mengalami kurangnya asupan bahan makanan sumber vitamin D. Skor pajanan sinar matahari pada hampir seluruh subjek sebesar 81,7% termasuk dalam kategori rendah. Hasil penelitian ini juga didapatkan gambaran 30% sebagian subjek tergolong defisiensi vitamin D, dan 58,3% subjek yang mengalami insufisiensi vitamin D. Sebagian besar subjek pada hasil pemeriksaan ASMI menunjukkan gambaran 83,3% mengalami ASMI yang rendah, dengan proporsi pada subjek laki-laki sebanyak 86,2% dan perempuan sebanyak 80,6%. Untuk Indeks Barthel didapatkan 48,3% subjek mengalami ketergantungan sedang dalam menjalani akitivitas sehari-hari. Kesimpulan: Terdapat korelasi yang bermakna antara kadar vitamin D serum dengan ASMI dan Indeks Barthel. ......Background: Stroke is the second leading cause of death and the third leading cause of disability in the world. Stroke causes disability and weakness which results in decreased functional ability. Independence of daily living activities of stroke patients is very important because it can improve the quality of life. From 1990 to 2019, there has been a 70% increase in the incidence of stroke. Furthermore, stroke itself will cause an increase in mortality by 43% and disability adjusted lifeyears (DALY) by 143%. This study aims to investigate the relationship between serum vitamin D levels and fat-free muscle mass in both extremities in stroke patients and clinical outcomes with stroke patients. Methods: The study used a cross-sectional design on subjects aged over 18 years who underwent treatment at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital and University of Indonesia Hospital Depok. Demographic characteristics include age, gender, nutritional status, skin type, clothing type, vitamin D intake, sunscreen use, Barthel Index, total energy intake, protein intake, fat intake, carbohydrate intake, sun exposure score and serum vitamin D levels. The association of serum vitamin D level with ASMI and Barthel Index was analyzed. Results: Most of the subjects had an average age of 59 years, with the most female gender. The subjects had a skin type of type 4 (moderate brown), and almost all subjects as much as 83.3% did not wear sunscreen. For intake adequacy, most subjects 81.7% had sufficient total energy intake, 50% of subjects experienced insufficient protein intake, 5% of subjects had insufficient fat intake, and only 1.7% of subjects experienced insufficient carbohydrate intake, besides that 65% experienced insufficient intake of food sources of vitamin D. The sun exposure score in almost all subjects of 81.7% was in the low category. The results of this study also obtained a picture of 30% of subjects classified as vitamin D deficiency, and 58.3% of subjects who experienced vitamin D insufficiency. Most subjects in the ASMI examination results showed a picture of 83.3% experiencing low ASMI, with a proportion in male subjects as much as 86.2% and women as much as 80.6%. For the Barthel Index, 48.3% of subjects experienced moderate dependence in carrying out daily activities. Conclusion: There is a significant correlation between serum vitamin D levels with ASMI and Barthel Index.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Mediati Firdausya
Abstrak :
Stroke non hemoragik (SNH) atau stroke iskemik disebabkan oleh adanya sumbatan pada aliran darah menuju otak dan merupakan jenis patologi yang paling umum. Penanganan stroke dengan faktor risikonya dapat menyebabkan DRP dikarenakan kompleksitas regimen dan termasuk jenis obat dengan risiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis DRP dan terapi obat berdasarkan SOAP, serta melakukan rencana tindak lanjut berdasarkan analisis risiko yang terjadi dan/atau potensial terjadi. Metode yang digunakan dalam pemantauan terapi obat pasien SNH yaitu studi kasus menggunakan rekam medis pasien. Kriteria inklusi yang digunakan adalah pasien stroke, tidak memperoleh monoterapi, dan waktu MRS lebih dari 24 jam. Kriteria eksklusi yaitu pasien stroke dengan status akan pulang atau discharge kurang dari 24 jam. Analisis data menggunakan metode SOAP dan PCNE untuk DRP. Data dianalisis dan ditinjau kesesuaian penggunaan obat berdasarkan AHA Guidelines dan JNC 8. Hasil pemantauan menunjukkan terdapat enam masalah terkait obat yang potensial terjadi, yaitu: satu masalah terkait gejala atau indikasi yang tidak diobati, dua masalah terkait kejadian efek samping obat yang mungkin terjadi, dan 3 masalah terkait efek terapi obat tidak optimal. Tindak lanjut mengenai masalah terkait gejala atau indikasi yang tidak diobati dengan meresepkan obat, masalah terkait kejadian efek samping obat dengan perubahan waktu penggunaan obat atau penundaan penggunaan obat, masalah terkait efek terapi obat tidak optimal dengan meningkatkan dosis; mengubah waktu penggunaan obat; menurunkan dosis obat. ......Stroke non hemorrhagic (SNH) or ischemic stroke is caused by a blockage in the blood flow to the brain and is the most common type of pathology. Treatment of stroke with its risk factors can cause DRP due to the regimen complexity and it is a high risk type of drugs. This study aims to analyze DRP and drug therapy based on SOAP, as well as carry out a follow up plan based on an analysis of the risks that have occurred and/or have the potential to occur. The method used in monitoring drug therapy for SNH patients is a case studi using patient’s medical record. The inclusion criteria were stroke patients, not receiving monotherapy, and hospitalized time of more than 24 hours. Exclusion criteria were stroke patients with discharge status less than 24 hours. Data were analyzed using SOAP and PCNE methods for DRP. Data were reviewed for suitability for drug use based on the AHA Guidelines and JNC 8. The monitoring showed that there were six potential drug related problems, which one problem related to untreated symptoms or indication, two problems related to possible drug side effect, and three problems related to suboptimal drug therapy effects. Follow up regarding problems related to untreated symptoms or indications by prescribing drugs, problems related to occurrence of drug side effects with changes in the time of drug use, problems related to suboptimal drug therapy effects by increasing the dose; change the time of drug use; lowering the drug dose.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library