Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Radiocarbon dating method is applied to date samples which are not exceeding 50.000 years in age (Quatemary).....
JSTA 10:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Trade policy does not only affecting the sugar cane at macro level through the price mechanism of output change. The prices increases in 3 scenarios, that are the sugar price at producer price from IDR 3,410 to IDR 1, 461,3 for the A scenario, to IDR 2, 270 for C scenario....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Oligopolistic market structures sugar causes the potential risk of high uncertainty and instability of the price of sugar. The goal of this research is to analyze the casual relationship and the direction of the effect of changes in the price ...
PANGAN 24:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Embang Supiati
Abstrak :
Intervensi pemerintah pada komoditas gula dimulai sejak diterbitkannya Inpres No. 9 Tahun 1975 yang meliputi tiga hal yaitu, pertama kebijakan produksi gula yang meliputi kebijakan Tebu Rakyat Intensifikasi, kebijakan mendorong perkembangan industri gula ke luar Jawa dan menetapkan harga provenue gula. Kedua, kebijakan pemasaran (tataniaga) gula pasir dan ketiga, kebijakan harga gula. Tingginya intervensi pemerintah pada waktu itu telah menyebabkan berbagai masalah inefisiensi dalam struktur pasar gula Indonesia, yang pada akhirnya mendorong rendahnya poduktivitas dan tingginya harga gula di tingkat konsumen serta meningkatnya impor gula. Kemudian adanya kesepakatan Pemerintah RI-IMF, yang tidak lagi memperbolehkan adanya subsidi pada industri gula, dan tuntutan dari WTO sebagai perwujudan dari perjanjian pelaksanaan liberalisasi perdagangan dunia, intervensi pemerintah pada industri pergulaan dicabut dengan dikeluarkannya Inpres No. 19 Tahun 1998 tanggal 21 januari 1998. Sejak itu industri pergulaan Indonesia yang seharusnya berjalan sesuai dengan mekanisme pasar, namun karena tidak adanya persiapan bagi industri antuk menghadapi liberalisasi perdagangan dunia, menimbulkan berbagai masalah baru di dalam struktur pasar gula Indonesia. Tidak adanya hambatan tarif pada saat itu menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh tarif bea masuk impor gula dan menganalisa faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pasar gula Indonesia.Melalui model persamaan simultan, dibangun model dasar pasar gula Indonesia dengan menggunakan data sekunder rangkai masa tahunan dari tahun 1984-2000 yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Model terdiri dari 9 persamaan yang terdiri dari 6 persamaan struktural/perilaku dan 3 persamaan identitas. Data diolah dengan menggunakan analisa regresi linear berganda dengan metode two steps least square (2 SLS) dan dengan bantuan program TSP versi 4.3A. Hasil pendugaan model dengan tingkat signifikansi α = 5% , dimana nilai koefisien determinasi ( R2 ) masing-masing perilaku yang berkisar antara 0,6487 - 0,9970, menunjukkan bahwa secara umum variabel penentu yang dimasukkan dalam persamaan perilaku dalam penelitian ini menjelaskan dengan baik keragaman setiap variabel endogennya. Sementara itu nilai F yang berkisar antara 10,2347 - 998,23, dapat di interpretasikan bahwa secara bersama-sama variabel-variabel penentu berpengaruh nyata terhadap variabel endogen di setiap persamaan perilakunya. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa dari beberapa variabel yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan keragaan pasar gula Indonesia, hanya variabel impor dan harga eceran yang dipengaruhi oleh bea masuk. Rendahnya tarif bea masuk yang dikenakan terhadap impor gula menyebabkan gula impor masuk ke Indonesia secara tak terkendali hingga menyebabkan menumpuknya stok gula di pasar dalam negeri. Menumpuknya stok gula akan merusak pasar gula dalam negeri karena harga gula menjadi rendah dan gula produksi dalam negeri terdesak oleh gula impor yang harganya lebih murah. Kondisi industri pergulaan yang demikian jika tidak segera teratasi akan menurunkan produksi gula nasional dan pada akhirnya ketergantungan Indonesia terhadap produsen gula luar negeri semakin tinggi. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa kenaikan harga provenue gula yang ditetapkan oleh pemerintah yang selama ini dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan petani tebu dan pabrik gula, ternyata telah meningkatkan marjin bagi pedagang perantara. Hal ini disebabkan kenaikan harga provenue lebih kecil dari kenaikan harga eceran akibatnya persentase harga provenue terhadap harga eceran juga semakin kecil, sedangkan selisih harga eceran terhadap harga provenue yang merupakan marjin pedagang semakin besar.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T8057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kandou, Theresia L.
Abstrak :
Ruang Lingkup Cara Penelitian : Diet tinggi karbohidrat tinggi serat dianjurkan sebagai suatu pedoman terapi diet diabetes melitus dalam upaya menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan serat dalam diet standar yang dianut sekarang, ternyata belum cukup memenuhi kebutuhan serat yang dianjurkan. Untuk memenuhi kebutuhan serat dalam diet standar diabetes melitus', bekatul (rice bran), suatu bahan makanan tinggi serat yang diperoleh dari beras, diteliti pengaruhnya terhadap kadar glukosa darah penderita NIDDM rawat jalan di RSCM Jakarta. Sebanyak 90 gram biskuit bekatul diberikan dalam diet standar 20 orang penderita NIDDM baru dan dibandingkan dengan 20 orang penderita NIDDM baru lainnya sebagai kontrol. Kandungan serat dalam biskuit adalah 22,99 gram/100 gram, sedangkan untuk kontrol diberikan biskuit plasebo yang isokalori dengan kandungan serat 0,30 gram/100 gram.

Pemberian biskuit adalah selama 2 minggu, yang didahului dengan 2 minggu periode stabilisasi dengan maksud agar penderita sudah dapat menjalankan diet dengan benar. Pengaruh diet dinilai dari perubahan kadar glukosa darah selama periode stabilisasi dan pengaruh bekatul dinilai dari perubahan kadar glukosa darah selama periode perlakuan, baik dalam keadaan puasa maupun 2 jam sesudah makan.

Hasil dan Kesimpulan : Pada periode stabilisasi kadar glukosa darah puasa penderita kelompok perlakuan turun 12,6% dan kelompok kontrol turun 7,58%. Perbedaan ini tidak bermakna (p>0,05). Kadar glukosa darah 2 jam SM penderita kelompok perlakuan turun 18,06%, ini berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol yang turun sebanyak 6,14%. Dapat disimpulkan bahwa diet standar mempunyai pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah; pengaruh ini lebih besar pada penurunan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan, dan hanya sedikit berperan terhadap kadar glukosa darah puasa. Pada periode perlakuan kadar glukosa darah puasa .mapun 2 jam SM pada kelompok perlakuan turun masing-masing 26,64% dan 21,96%. Dibandingkan dengan kelompok kontrol dimana penurunan kadar glukosa darah puasa adalah 6,08%, dan 2 jam SM sebesar 4,62%, perbedaan ini sangat bermakna (p<0,01). Evaluasi masukan zat-zat gizi pada kedua kelompok selama penelitian adalah sama, dibuktikan dari tidak berbedanya bahwa penurunan kadar glukosa darah lebih bermakna dengan diet standar yang diberi bekatul dibandingkan dengan tanpa bekatul.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sungkono
Abstrak :
Sistem produksi gula kelapa, terdiri atas unsur-unsur nira, kayu bakar, teknologi dan tenaga kerja dengan kondisi sosial budayanya. Unsur-unsur tersebut dengan kondisinya masing-masing, saling berinteraksi satu sama lain sehingga perubahan kondisi unsur yang satu akan mempengaruhi kondisi unsur lainnya, dan akhirnya akan mempengaruhi pula sistem serta hasil produksinya, yaitu gula kelapa. Lebih dari itu, sistem produksi gula kelapa dan hasilnya juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, yaitu kondisi pohon kelapa, tanah, cuaca dan musim, serta ada atau tidak adanya serangan Kama. Sistem produksi gula kelapa berhubungan pula dengan cistern konsumsi dan pemasarannya, serta kondisi pasar sebagai mekanisme kontrolnya. Berdasarkan fakta tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa kegiatan dalam sistem produksi gula kelapa juga merupakan salah satu bentuk interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Interaksi tersebut akhirnya menimbulkan konsekuensi-konsekuensi terhadap kondisi lingkungan dan kehidupan pengrajin. Konsekuensinya terhadap lingkungan alam, terutama berhubungan dengan pemanfaatan kayu bakar. bila pemanfaatan kayu berlebihan maka akan dapat merusak lingkungan alamnya, terutama kondisi tanah karena erosinya menjadi makin tinggi dan kesuburannya makin menurun. Bila hal itu terjadi terus-menerus maka kegiatan memproduksi gula kelapa akan makin berat kendalanya. Oleh karena itu, pengrajin berusaha melakukan antisipasi-antispipasi sesuai dengan kemampuan atau sumber daya yang tersedia meskipun tidak seluruhnya dapat berhasil baik. Misalnya, memupuk dan mengolah tanah dengan cara-cara tertentu, memanfaatkan teknologi tepat guna, dan menanam kayu yang lebih produktif serta mengatur penggunaannya. Usaha tersebut merupakan manifestasi dari kewajibannya untuk tetap menjaga kelangsungan sumber daya atau "keindahan" alam sekitarnya (margayu-ayurrinig bawana). Konsekuensi dari kegiatan memproduksi gula kelapa terhadap kehidupan pengrajin, menyangkut kondisi perekonomian dan sosial budayanya. Konsekuensi terhadap perekonomian pengrajin, bahwa kegiatan tersebut dapat membantu pengrajin dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, terutama kebutuhan rumah tangga sehari-hari, baik kebutuhan konsumsi gulanya maupun kebutuhan-kebutuhan lain yang melibatkan masalah keuangan. Mengenai kebutuhan gula tersebut, bila pengrajin tidak memproduksi gula kelapa maka kebutuhan gulanya harus tercukupi dengan cara membeli, yang harganya lebih mahal. Dengan demikian, kegiatan memproduksi gula kelapa terutama telah memberi manfaat dalam perekonomian praktis pengrajinnya. Konsekuensi sosial budayanya, menyangkut konsekuensi secara internal maupun secara eksternal. Secara internal, terutama terhadap anak-anak. Keterlibatan anak-anak dalam kegiatan memproduksi gula kelapa merupakan bagian dari proses inkulturasi maupun sosialisasi bagi dirinya. Artinya, anakanak dilatih dan melatih dirinya untuk menjalani kehidupannya (sinau urip). Dalam hubungan antar anggota keluarga secara keseluruhan, mereka bersama-sama mencari nafkah/rejeki (bebarengan ngupoyo repo) untuk mencukupi kebutuhan hidup bersama. Konsekuensi secara eksternal, terutama menyangkut relasi antara pengrajin dengan pengrajin lainnya dan bakul langganannya. Dengan adanya kegiatan yang berhubungan dengan sistem produksi gula kelapa, maka hubungan persaudaraan (pasedulurar), tampak lebih meningkat. Untuk kelangsungannya, sistem produksi gala kelapa nampaknya akan menghadapi tantangan yang makin berat, baik dari segi sumber daya alam maupun manusianya. Fenomenanya, dewasa ini pohon kelapa makin kurang produktif dan makin tinggi, tanah makin tandus dan kurang subur. Sementara itu, tenaga kerja atau pengrajin yang sekarang masih aktif akan makin tua dan kurang produktif, sedangkan generasi muda memiliki orientasi nilai untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik dibandingkan kehidupannya yang sekarang. Salah satu caranya, berusaha mencari alternatif pekerjaan lainnya yang dianggap lebih cocok.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T 8919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Busono
Abstrak :
Gula sebagai Salah Satu komoditi pokok strategis saat ini menjadi pembicaraan berbagai pihak menyangkut berbagai isu-isu politik atau pun tentang penimbunan gula, baik gula produk dalam negeri maupun gula impor. lmpor saat ini jumlahnya cukup besar dengan harga yang lebih rendah dibandingkan gula dalam negeri. Permasalahan tersebut menimbulkan pertanyaan dibenak penulis sehingga tertarik untuk meneliti masalah gula dalam negeri. Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk membuktikan apakah gula dalam negeri dapat bersaing dengnan gula impor. Hasil penelitian terhadap industri gula dalam negeri akan menjadi masukan yang berguna bagi pihak yang berkaitan dengan industri gula. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif dengan melakukan analisa kualitatif. Peranan teori yang dikembangkan oleh Porter akan merupakan alat analisis hasil penelitian. Sampel dalam perolehan data penelitian diperoleh melalui hasil tanya jawab, data statistik dan pengisian kuesioner. Hasil penelitian menunjukan keunggulan daya saing dengan perhitungan RCA, hasilnya sangat rendah sehingga disimpulkan industri gula tak memiliki keunggulan daya saing. PHA digunakan untuk menentukan alternatif strategi peningkatan daya saing dari pandangan responden guna mempertahankan keberadaan industri gula di Indonesia, dan jika mungkin sekaligus mengembangkannya. Teori Porter tentang competitive advantage suatu negara/bangsa, dalam hal ini Indonesia yang memiliki Iuas Iahan untuk tanaman tebu dan sumber daya manusia tak dapat dipungkiri. Namun, kenyataannya sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Penelitian yang dilakukan dalam rangka menjawab pertanyaan tersebut di atas, terhadap beberapa masalah menyangkut peningkatan daya saing industri gula di Indonesia dilakukan dengan menggunakan analisis Diamond Porter dan beberapa teori lainnya. Oleh karena hasil analisis Porter menunjukan rendahnya daya saing industri gula, maka digunakan alat analisis RCA dan PHA untuk mencari jalan keluar keberadaan industri gula. Hasil penelitian menunjukkan suatu jalan keluar yang dapat ditempuh untuk mempertahankan industri gula Indonesia dan sisi kebijakan. Namun, kondisi gula pada umumnya tidak memiliki daya saing. Namun, akhirnya dapat dianalisis juga masalah-masalah yang ada serta saran yang mungkin dapat menjadi jalan keluar terbaik guna mengatasi masalah industri gula Indonesia agar tetap menjamin keberadaannya. Adapun jalan tengah yang diperoleh dari perhitungan hasil penelitian merupakan suatu kebijakan pemerintah. Kebijakan B merupakan pilihan responden, sehingga pemerintah diharapkan akan memperhatikan pemberlakuan tarif rendah, pengembangan industri gula, sistem tanam, pembebasan impor gula, dan tata niaga industri gula jika akan mengeluarkan kebijakan tata niaga gula. Akhirnya Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pembuat kebljakan dimasa datang pada komoditi gula sebagai sembilan bahan pokok strategis.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lely Pelitasari Soebekty
Abstrak :
Beberapa tahun terakhir industri gula yang pernah menjadi primadona di Indonesia menunjukkan adanya ketimpangan antara produksi dan konsumsi. Implikasinya adalah terjadi peningkatan jumlah impor gula dalam jumlah yang cukup signifikan. Pada sisi lain, seiring dengan perkembangan ekonomi negara-negara di dunia, konsumsi gula untuk industri mengalami peningkatan relatif yang lebih tinggi daripada konsumsi rumah tangga. Dalam konteks kebijakan perdagangan Indonesia, kecenderungan ini direspon antara lain dengan diaturnya tarif impor bagi gula kristal mentah (raw sugar) dan gula rafinasi (refined sugar) sebagai bahan pemanis bagi industri. Pada perkembangannya beberapa kebijakan terhadap gula rafinasi dinilai telah melahirkan realitas yang berbeda dari yang diharapkan dan diduga akan mengakibatkan distorsi pada industri ini. Dengan dasar pemikiran tersebut tesis ini disusun untuk menganalisis pasar dan strategi persaingan antar industri terkait, serta merumuskan alternatif kebijakan yang harus diprioritaskan pemerintah untuk mengembangkan industri gula rafinasi sehingga bisa melindungi kepentingan petani, konsumen tingkat rumah tangga dan sekaligus mendorong persaingan usaha yang sehat antar industri. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa industri gula rafinasi pasar termasuk dalam struktur pasar oligopoli dengan perilaku (conduct) yang mengarah pada praktek kolutif. Kinerja (performance) dan profitabilitas menunjukkan adanya margin yang cukup besar namun dari persepsi konsumen mengharuskan industri ini melakukan perbaikan, terutama pada aspek kualitas, harga dan kontinuitas suplai. Untuk itu kebijakan yang dianggap perlu menjadi prioritas pemerintah dalam mewujudkan industri gula rafinasi yang efisien dan menguntungkan semua stakeholders berturut-turut adalah : 1) Optimalisasi pabrik gula rafinasi, 2) Penerapan kuota impor, 3) Memperketat perijinan & pengawasan Industri gula rafinasi, 4) Menurunkan bea masuk refined sugar, dan 5) Menurunkan bea masuk raw sugar. Adapun prioritas strategi yang akan ditempuh oleh industri gula raflnasi menghadapi industri pesaing, dalam hal ini industri gula petani (berbasis tebu rakyat) adalah meningkatkan kapasitas & produksi, sedangkan prioritas strategi petani dalam menghadapi strategi industri gula rafinasi adalah menuntut penyesuaian harga pembelian gula. Melihat potensi konflik yang terjadi antar stakeholders gula rafinasi, Pemerintah harus melakukan pendekatan yang lebih fair kepada semua pihak sehingga tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Pemerintah perlu secara konsisten untuk mulai mengurangi proteksi terhadap industri gula rafinasi sehingga mendorong bekerjanya pasar yang akan meningkatkan efisiensi. Berdasarkan analisis strategi yang dipilih oleh masing-masing industri gula menghadapi strategi pesaingnya maka ada tiga kebijakan yang direkomendasikan, yaitu : penghapusan segmentasi pasar, jaminan pembelian gula petani dengan pola dan mekanisme baru, serta pengembangan industri gula berbasis tebu rakyat.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James Budiono
Abstrak :
Industri gula Indonesia sering kali menimbulkan berbagai polemik. Dari segi konsumen, harga eceran gula pasir Indonesia sangat tinggi, sebaliknya dari segi produsen, pabrik gula sering kali masuk koran karena hidupnya bagaikan kerakap?mati talc hendak, hidup pun tak mau?meskipun sudah mendapat proteksi yang besar. Karya Akhir ini mencoba membahas salah satu sisi dari permasalahan industri gula tersebut, yaitu dari sisi produsen. Ditinjau berbagai aspek dan permasalahan yang kerap kali menyelimuti industri gula ini. Apalagi dengan mengingat bahwa pada masa kejayaannya tahun 1930-an, Indonesia bukan hanya pernah menikmati swasembada gula, tetapi juga menjadi eksportir gula yang disegani di dunia. Dari analisa ini, tampak bahwa permasalahan tersebut urnumnya bukan hanya berasal dan industrii gula itu sendiri, tetapi pada hulu dan hilirnya. Di hulu, industri gula membutuhicari perkebunan tebu sebagai sumber bahan baku utamanya, dan perkebunan tebu Indonesia juga sering dilanda berbagai masalah yang akhirnya mengimbas ke industri gula. Di hilir, monopoli distribusi bukan saja membuat industri gula menjadi tak efisien, tetapi juga membuat masyarakat harus membayar lebih mahal dari seperlunya. Bila industri gula dapat dijalankan dengan lebih efisien, sebagaimana disarankan dalam Karya Akhir ini, maka dibandingkan dengan industni agribisnis lain yang mengandalkan pada keunggulan komparatif yang dimiliki fndonesia?tanah yang subur, luas dan iklim yang cocok?industni gula sebenarnya memiliki prospek yang cukup baik dan layak dìperhitungkan sebagal pilihan investasi.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>