Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahry Hamka
"Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang dapat menimbulkan kematian oleh karena itu untuk mencegah kematian masyarakat harus mewaspadai gejalanya. Untuk mengenali gejala DBD, masyarakat perlu diberikan pengetahuan melalui penyuluhan sesuai dengan tingkat pengetahuan yang telah dimiliki masyarakat dan karakteristik demografi mereka. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai gejala DBD. Penelitian dilakukan pada murid sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Bayah dengan desain crosssectional. Data diambil pada tanggal 12-14 Agustus 2009 dengan memberikan kuesioner kepada 107 murid yang dipilih secara acak.
Hasil penelitian menunjukkan 52,3% murid tingkat pengetahuannya tergolong cukup, 15% baik, dan 32,7% tergolong kurang. Uji chi-square menunjukkan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai gejala klinis DBD dengan jenis kelamin (p = 0,044), tingkat pendidikan (p = 0,007) namun, tidak berbeda bermakna dengan jumlah sumber informasi (p = 0,124) dan sumber informasi paling berkesan (p = 0,318).
Disimpulkan tingkat pengetahuan murid MTs mengenai gejala DBD umumnya tergolong cukup (52,3%). Tingkat pengetahuan berhubungan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan tetapi tidak berhubungan dengan sumber informasi. Oleh karena itu pengetahuan perlu ditingkatkan dengan memberikan penyuluhan kepada semua murid MTs dengan memperhatikan jenis kelamin dan tingkat pendidikan tetapi tidak memperhatikan sumber informasi.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease which may lead to death. To prevent death, community should be given information about the DHF symptoms, through health promotion based on knowledge level and their demographic characteristic. Thus, the survey was carried out to know the community knowledge about DHF symptoms. This cross sectional study was conducted at Madrasah Tsanawiyah Negeri Bayah (MTs) students. The data was collected on August 12th-14th 2009 by giving questionnaire to 107 students randomly.
The results showed that the knowledge level of 52,3% students were classified as fair, 15% good, and 32,7% bad. Chi-square test showed significant difference between knowledge level of MTs student about DHF symptoms with sex (p=0,044), education level (p=0,007), but no significant difference with number of information sources (p = 0,124), the most impressive source of information (p = 0,318).
It was concluded that knowledge level of MTs students mostly fair (52,3%) and associated with sex, education level, but not associated with source information. Therefore knowledge has to be increased by giving education to all students considering sex and education level, but not with source of information.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Gingga Garaeka Djohan
"ABSTRAK
Pekerjaan uji kuat tekan beton silinder adalah pekerjaan yang berisiko terkena Musculoskeletal symptoms. Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan disain penelitian cross-sectional yang menggambarkan tingkat risiko ergonomi yang dapat menyebabkan Musculoskeletal symptoms pada pekerja di Laboratorium Struktur dan Material UI tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode REBA untuk mengetahui tingkat risiko pada postur kerja yang dialami oleh para pekerja uji kuat tekan beton silinder dan kuesioner Nordic Questionnaires untuk mengetahui keluhan Musculoskeletal symptoms pada seluruh pekerja yang berjumlah 5 pekerja. Faktor-faktor yang dikaitkan dalam penelitian ini adalah faktor lingkungan (pencahayaan dan Layout kerja) serta faktor individu seperti usia, masa kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko musculoskeletal symptoms sangat tinggi terjadi pada aktivitas pekerjaan mengangkat beton silinder ke troli, mendorong troli dan memindahkan beton silinder ke meja. yang dilakukan oleh pekerja uji kuat tekan beton di Laboratorium Struktur dan Material, dengan skor akhir penilaian REBA mencapai nilai 12. Keluhan musculoskeletal symptoms terbanyak terjadi pada bagian punggung dan pinggang (100%).

ABSTRACT
Concrette Cylinder Compressive strength test is high-risk job of developing musculoskeletal symptoms. This is a descriptive observational study with cross-sectional study design, that describe the risk level of ergonomic that can lead to musculoskeletal symptoms in the Laboratory Structure and Material UI 2015 . This study uses REBA method to determine the risk level of ergonomic experienced by the workers and uses Nordic questionnaires to know the complaints of musculoskeletal symptoms on the whole workers which amount to 5 workers. Factor-factor which are linked to this research is Environment Factor (Lighting and Work Layout) and individual factors such as age, work period. These results showing that a very high risk of musculoskeletal symptoms occurs in lifting concrete, pushing trolley, moving concrete to table that conducted by workers of concrete cylinder compressive strength test at Laboratory Structure and Material, with the final score of REBA is 12. Mostly complaints of musculoskeletal disorders occurs in part of body which is back and waist (100%)."
Lengkap +
2015
S62193
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Satria Bakti
"ABSTRAK
Latar belakang: Tuberkulosis TB adalah penyakit yang masih merupakan masalah global dan dapat melibatkan seluruh organ, termasuk organ-organ gastrointestinal. Insidensi dan angka kesakitan dari TB abdomen terus meningkat pada dekade terakhir, namun penegakkan diagnosa TB abdominal seringkali menemui kendala.Metode: Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif potong lintang dengan menggunakkan rekam medis penderita dengan diagnosa TB abdomen yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional RSUPN Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Umum Pusat RSUP Fatmawati periode Januari 2011 hingga Desember 2013.Hasil: Ada 48 pasien, dengan kisaran umur 1-85 tahun, dengan pasien perempuan lebih banyak rasio laki-laki banding perempuan= 1:1,4 . Mayoritas pasien berkisar antar usia 25-44 tahun 47,9 , dengan keluhan utama tersering adalah nyeri abdomen. Hanya 15 penderita 31,25 yang memiliki gambaran rontgen TB paru. Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil yang cukup beragam. Kesimpulan: Mendiagnosis TB abdominal masih sering terkendala karena tidak adanya keluhan dan gejala yang khas serta tidak ada pemeriksaan penunjang yang memiliki nilai diagnostik yang tinggi. Sehingga, kombinasi dari anamnesis, pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan penunjang diperlukan untuk dapat menegakkan diagnosa TB abdomen.Kata kunci: TB abdomen, gambaran klinis

ABSTRACT
Introduction Abdominal Tuberculosis TB is a global burden and can infect many organs, including gastrointestinal organs. There has been an increase in the incidence and morbidity rate of abdominal TB. However, there are still some hurdles in diagnosis abdominal TB.Methods This study is a descriptive cross sectional study using medical records of patients diagnosed with abdominal TB that are hospitalized in RSUPN Cipto Mangunkusumo and RSUP Fatmawati from January 2011 to December 2013.Results There was a total of 48 patients included in this study whose age ranges from 1 85 years old, and predominantly were female male to female ratio 1 1,4 . Majority of the patients were in 25 44 years old 47,9 with the most common chief complaint was abdominal pain. Only 15 patients 31,25 had radiographical findings suggestive of pulmonary TB. Laboratory tests results were varied.Conclusion Diagnosing abdominal TB is often difficult due to the wide array of signs and symptoms, and also the unavailability of auxillary examinations with high diagnostic value. Therefore, a combination of anamnesis, physical examination, and supporting examinations are needed to diagnose abdominal TB.Keywords Abdominal TB, clinical presentation"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buck, A.A.
Geneva: World Health Organization, 1974
616.965 2 BUC o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Penuaan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada seluruh manusia dan dipengaruhi oleh beberapa mekanisme yang saling mempengaruhi, baik secara biologis dan psikologis. Salah satu fungsi yang dipengaruhi proses penuaan adalah fungsi kognitif. Fungsi kognitif merupakan suatu proses mendapatkan, menyusun , dan menggunakan pengetahuan intelektual (Kaplan & Sadock, 1997). Komponen-komponen fungsi kognitif menurut Kuntjoro S. Zainudin (2005) pada lansia meliputi; kemampuan belajar, kemampuan pemahaman, kinerja, pemecahan masalah, daya ingat, motivasi dan pengambilan keputusan. Beberapa penelitan pernah dilakukan untuk mengetahui fungsi kognitif pada lansia antara Iain beberapa penelitian di Amerika menemukan kejadian mudah lupa pada lansia sebesar 35% dengan gangguan kognitif ringan sebanyak 2,7 Juta. Selain itu di Surabaya penelitian serupa pernah dilakukan pada lansia pensiunan PNS/ABRI yang masih mendapatkan penghasilan Iebih baik fungsi kognitifnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu bahwa penelitian kami menekankan pada aktifitas nonformal yaitu aktifitas kemasyarakatan antara lain ; pengajian, arisan dan menjadi pengerus RT/RW. Hipotesa penelitian ini adalah fungsi kognitif pada lansia yang aktif lebih baik dibandingkan dengan lansia yang tidak aktif. Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Mini Mental StateExamination dan Clock Drowing Test yang setelah dilakukan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan 5% didapatkan bahwa p<0,05 dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil penelitian ini sebaiknya lansia tetap melakukan aktifitas kemasyarakatan dan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat perlu dibentuk kelompok khusus bagi lansia agar mereka tetap berinteraksi secara berkesinambungan."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5466
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fajriyah
"PM2,5 atau partikulat halus adalah partikulat dengan diameter kurang dari 2,5 μm dan salah satu sumber utamanya adalah emisi gas buang dari kendaraan. Sifat dari partikulat ini dapat masuk ke alveolus dan terdifusi ke pembuluh darah kemudian dapat menyebabkan inflamasi pada sel dan mengganggu kadar normal dari beberapa biokimia tubuh yang terkandung dalam darah, seperti glukosa, insulin, hs-CRP dan biomarker pendukung berupa MDA serta TNF-α.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan antara kelompok terpajan dan tidak terpajan PM2,5 dengan keluhan gangguan pernapasan serta kadar glukosa, insulin, hs-CRP, MDA serta TNF-α. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain studi cross sectional. Sampel yang digunakan adalah petugas kebersihan Jalana Raya Jenderal Sudirman sebagai kelompok terpajan PM2,5 dan petugas kebersihan FKM UI sebagai kelompok tidak terpajan PM2,5. Dilakukan pengukuran konsentrasi PM2,5 secara personal sampling, kuesioner dan tes darah sampel oleh laboratorium.
Uji statistic yang digunakan, yaitu uji kai kuadrat dan uji t. Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan antara glukosa (p=0,025), insulin (p=0,001), MDA (p=0,006) dan TNF-α (p=0,039) pada petugas kebersihan jalan raya dan petugas kebersihan FKM UI. Tidak terdapat perbedaan antara keluhan pernapasan (p=0,156) dan hs-CRP (p=0,169) petugas kebersihan jalan raya dan petugas kebersihan FKM UI.

PM2,5 or fine particles are particles with diameter less than 2,5 μm and one of the source is gas emission from vehicles. The character of these particles can enter until in alveoli and diffuse into artery and causing cell inflammation and distract the normal biochemistry blood like amount of glucose, insulin and hs-CRP also using support biomarker MDA and TNF-α. The aim of this research is to know the differentiation between exposure group and un-exposure group of PM2,5 with respiration symptoms, glucose, insulin, hs-CRP, MDA and TNF-α in cleaning service at highway.
This research is analytic descriptive with cross sectional design study. The samples are cleaning service at highway as exposure group and cleaning service at FKM UI as unexposure group. Personal sampling is used to measuring the particles, questionnair and sample blood tested by laboratorium.
This research used statistical chi square test and t test. Based on research, I found a differentiation in glucose (p=0,025), insulin (p=0,001), MDA (p=0,006) and TNF-α (p=0,039) in exposure group and un-exposure group. I did not found a differentiation in respiration symptoms (p=0,156) and hs-CRP (p=0,169) in exposure group and un-exposure group.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitantyo Eka Pramudhita
"ABSTRAK
Penanganan medis atau farmakoterapi pada penderita skizofrenia mampu membantu mengendalikan simptom positif seperti delusi dan halusinasi. Walaupun begitu, penanganan medis belum bisa menangani simptom negatif pada penderita skizofrenia. Pada penderita skizofrenia, mengungkapkan atau mengekspresikan pikiran dan emosi secara verbal merupakan hal yang sangat sulit. Jika mereka tidak dapat mengekspresikan emosi dan pikirannya, mereka tidak memiliki jalan untuk menyalurkan tekanan-tekanan yang mereka alami. Aspek-aspek seperti pikiran dan emosi tidak dapat dibantu melalui farmakoterapi. Di sini lah fungsi terapi seni, yaitu untuk membantu pasien dalam mengekspresikan pikiran dan emosinya, serta membantu menstimulasi pasien dalam menyalurkan tekanan yang mereka miliki. Penelitian ini menggunakan desain penelitian one group only before and after study design. Enam orang partisipan dipilih sesuai dengan karakteristik subjek dan diberikan intervensi berupa terapi seni. Pengukuran dilakukan di dua minggu sebelum dan sesudah intervensi berlangsung. Program terapi seni dilakukan secara berkelompok sebanyak 5 sesi yang berlangsung selama 60-120 menit setiap sesi. Positive and Negative Symptom Scale PANSS digunakan untuk mengukur symptom negatif partisipan sebelum dan sesudah intervensi. Enam partisipan yang menerima terapi seni menunjukkan penurunan simptom negatif skizofrenia. Uji Wilcoxon Signed Rank Test yang dilakukan menunjukkan perbedaan yang signifikan pada simptom negatif sebelum dan sesudah intervensi. dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terapi seni dapat menurunkan simptom negatif pada penderita skizofrenia kronis.

ABSTRACT
AbstractRationale Medication or pharmacotherapy is a common intervention to help schizophrenic patient control positive symptoms such as delusions and hallucinations. However, medication still incapable to decrease negative symptoms on individual with schizoprenia. Individual with schizoprenia often have difficulties in expressing their thoughts and feelings verbally. The process of art provides schizophrenic patient with a less problematic and more spontaneous means of communication to express their emotion. Furthermore, it also helps releasing their stress and tension. Objective This study aimed to examine the effectiveness of art therapy in decreasing negative symptoms on chronic schizophrenic outpatients in Indonesia. Methods A lsquo one group only before and after rsquo study design is being used. Six chronic schizophrenic outpatients received art therapy interventions as a group. This treatment consists of 5 sessions with each sessions lasting 60 120 minutes. Positive and Negative Symptom Scale PANSS is being used to specifically measure the patients rsquo negative symptoms. The measurement is being conducted twice, two weeks before and after intervention. Wilcoxon rsquo s signed rank test is being used to compare the differences between before and after intervention. Main Findings The result was revealed that the patients rsquo negative symptoms is significantly decreased after intervention. Conclusion Art therapy can decrease negative symptoms on chronic schizophrenic outpatient."
Lengkap +
2016
T47372
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shitta Mutyahara
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah terdapat hubungan antara penerimaan teman sebaya dengan simtom depresi pada siswa SMA di DKI Jakarta. Perceived Acceptance Scale Brock et al., 1998 dan Hopkins Symptoms Check-List 25 Derogatis et al., 1974 digunakan untuk mengukur penerimaan teman sebaya dan simtom depresi. Partisipan dari penelitian ini adalah 767 siswa kelas X di wilayah DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dengan simtom depresi pada siswa SMA di wilayah DKI Jakarta. Dengan demikian, anak yang diterima oleh teman sebayanya dengan baik dapat mengurangi kemungkinan munculnya simtom depresi, sementara anak yang kurang diterima oleh teman sebayanya memiliki kemungkinan yang lebih tinggi dalam memunculkan simtom depresi.

ABSTRACT
The aim of this study is to investigate whether there is any correlation between peer acceptance and depressive symptoms among high school student in DKI Jakarta. Perceived Acceptance Scale Brock et al., 1998 and Hopkins Symptoms Check List 25 Derogatis et al., 1974 were used to measure peer acceptance and depressive symptoms. Participants of this study were 767 high school students in grade 10 from DKI Jakarta. The result of this study showed a significant negative correlation between peer acceptance and depressive symptoms. In conclusion, the adolescents who are well accepted in their peers could lower the chance of them showing depressive symptoms, whereas the adolescents who are less accepted in their peers could show higher depressive symptoms."
Lengkap +
2017
S69618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Andriani
"Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga dengan pekerja yang juga berisiko lebih tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. UMKM berbahan dasar logam merupakan salah satu UMKM yang sering melibatkan aktivtias kerja fisik yang berat dan postur janggal dimana hal tersebut merupakan faktor risiko gangguan otot rangka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko gangguan otot rangka terkait postur kerja dan stasiun kerja yang digunakan selama proses produksi. Postur dinilai menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). Selain itu dilakukan pengukuran antropometri dan stasiun kerja menggunakan meteran, termasuk gejala muskuloskeletal menggunakan Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ). Hasil menunjukkan skor risiko REBA antara rendah hingga sangat tinggi dari berbagai postur, risiko rendah (2,7%), risiko sedang (34,8%), risiko tinggi (53,6%), dan sangat tinggi (8,9%). Dan hasil NMQ menunjukkan sebagian besar gejala dirasakan pada bagian punggung bawah (62,8%), bahu (48,8%), dan pergelangan kaki (44,2%). Perbedaan risiko tersebut disebabkan interaksi antara tubuh pekerja, alat atau mesin yang digunakan, dan aktivitas yang dilakukan. Stasiun kerja, peralatan, dan mesin yang digunakan menunjukkan sebagian besar dimensi ukuran tidak cocok dengan ukuran antropometri pekerja. Pekerja memiliki kapasitas dan keterbatasan yang harus dipertimbangkan untuk membuat desain yang baik. Namun, hal tersebut tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa posisi pekerja terhadap alat atau mesin dapat mempengaruhi risiko.

Small and Medium Enterprises (SMEs) play a major role in economic growth and employment, with workers at greater risk of occupational safety and health. Metal-based SMEs recognized as one of SMEs with most frequent heavy physical work activities and awkward postures which are considered as MSDs risk factors. This study aimed to analyze risk factors of MSDs associated with different work posture and workstation during production. Posture was examined using Rapid Entire Body Assessment (REBA). Also workers anthropometry and workstation measured by meter, including musculoskeletal symptoms were collected by Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ). The result indicated risk between low to very high risk REBA score in various postures, low risk (2,7%), medium risk (34,8%), high risk (53,6%), and very high risk (8,9%). And NMQ result indicated most symptoms and discomfort on lower back (62,8%), shoulder (48,8%), and ankle (44,2%). These different among posture due to the interaction between workers body, tools or machine used, and task. Workstation, tools, and machine that used were investigated and implies most of them are not suitable for workers anthropometry. Workers have capacity and limitation which have to be considered for establish a good design. But it does not rule out the possibility that workers position towards tools or machine can affect the risk."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Spadini Putri
"Pendahuluan Industri hulu minyak dan gas bumi adalah industri yang esensial dimana proses aktivitas di industri ini tidak dapat berhenti. Langkah-langkah pengaturan tanpa mengurangi target produksi dan pencegahan penyebaran infeksi Covid-19 di tempat kerja sudah dilakukan, namun kasus Covid-19 pada pekerja terus bertambah.
Objektif Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Covid-19 bergejala pada pekerja industri hulu minyak dan gas bumi di Indonesia.
Metode Studi cross sectional dengan pengumpulan data sekunder dari hasil pencatatan di tempat kerja. Data dari responden yang berhasil menyelesaikan prosedur penelitian dengan mengisi kuesioner secara lengkap sejumlah 616 termasuk didalamnya adalah data demografi pekerja, area kerja, paparan Covid-19, jenis pemeriksaan dan upaya pencegahan. Uji statistik yang digunakan dalam analisis univariat dan multivariat adalah uji regresi logistik. Uji statistik yang digunakan dalam korelasi antar variabel adalah dengan menggunakan chi-square. Hasil total data responden yang didapat sebanyak 616 pekerja. 65.3 % pekerja tidak mengalami gejala dan 34.7% pekerja mengalami gejala ringan sampai berat. Didapatkan bahwa sumber penularan di tempat kerja berhubungan signifikan dengan kejadian infeksi COVID-19 yang bergejala pada pekerja KKKS (p<0,001) dengan risiko bergejala 3,4 kali lebih tinggi, sedangkan antara usia dan karakteristik infeksi bergejala (p=0,019), dimana pekerja dengan usia diatas 39 tahun memiliki 1.5 kali risiko lebih besar untuk mengalami infeksi yang bergejala dibandingkan dengan pekerja usia ≤39 tahun dan pada pekerja laki-laki didapatkan 2 kali lebih tidak beresiko untuk bergejala jika terinfeksi COVID-19 (p=0,027) dibanding perempuan.
Kesimpulan faktor- faktor yang dapat meningkatkan risiko Covid-19 bergejala pada pekerja KKKS adalah sumber penularan di tempat kerja, usia pekerja yang lebih tua dan pekerja dengan jenis kelamin perempuan. Didapatkan risiko penularan tertinggi di tempat kerja adalah pada saat melakukan pekerjaan bersama, menggunakan fasilitas umum bersama dan makan bersama.

BACKGROUND. The upstream oil and gas industry was essential to operating continuously during the covid-19 pandemic. Preventive and management guidelines had been implemented, but cases were increasing.
OBJECTIVES. To find the factors affecting symptomatic Covid-19 in Special Task Force for Upstream Oil and Gas Industry - KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) workers in Indonesia.
METHODS A cross-sectional study was done using secondary data about covid-19 infection in SKK MIGAS and KKKS environment. Six hundred sixteen respondents were included in this study. Data about demographic characteristics, working area, covid-19 status and exposure, and examination and management before were also recorded. Univariate analysis and Multivariate analysis were done using a logistic regression test. Correlation between variables was found using chi-square.RESULTS From 616 eligible respondents 65.3% were asymptomatic, and 34.7% were symptomatic infections ranging from mild to severe symptoms. Working sites possessed a higher transmission risk as workers did the activity together. We found a correlation between a working site as a source of infection with symptomatic covid-19 (p<0.001) with a risk 3.4 times higher, age and symptomatic covid-19 (p=0.019) and female workers with symptomatic covid-19 disease (p=0.027).
CONCLUSION Some factors that increased the risk of covid-19 in KKKS workers were working site transmission, older age, and female workers. Other factors found influenced symptomatic covid-19 infection were doing the activity together, public facility usage, and eating together.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>