Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Beverly Hills: Sage, 1976
791.450 2 CHI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Furu, Takeo
Tokyo: Sophia University, 1971
384.55 FUR f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Liebert, Robert M., 1942-
New York: Pergamon Press, 1982
305.23 LIE c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Andriana Devi
"Televisi telah ada sejak abad 18 akan tetapi mulai berkembang pada abad 19 dimulai dari televisi hitam putih hingga berwama. Televisi Amerika memiliki acara televisi yang beragam ada yang bersifat positif dan negatif menurut Milton Chen seorang Direktur KOED Center for Education and Lifelong Learning (CELL). Acara televisi yang negatif mengandung unsur kekerasan dan seks sedangkan positif yang mendidik anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kreatifitasnya dan daya nalar mereka. Untuk memenuhi sasaran penilitian saya menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan data-data dan metode penelitian kualitatif.
Hasil penelitian membuktikan bahwa dampak televisi dan kejahatan anak-anak yang dilakukan pada usia 8 hingga 15 tahun dari tahun 1970 sampai dengan 1997 perubahan yang signifikan di Amerika Serikat terhadap tayangan-tayangan yang bersifat negatif yang menimbulkan mereka untuk meniru dan melakukan hal yang mereka lihat di televisi tanpa bimbingan orang tua untuk mencema apa yang mereka lihat sehingga teman yang menghibur disaat orang tua tidak ada ialah televisi. Kejahatan yang dilakukan mereka membuktikan bahwa televisi secara tidak langsung mempengaruhi mereka dalam kehidupan nyata."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani F. Syahrul
"Adanya beberapa kecenderungan dampak negatif pada anak-anak setelah menonton TV (khususnya pada tayangan film cerita), misalnya tentang agresivitas anak, menyebabkan penulis tertarik untuk melihat lebih jauh proses kognitif apa yang terjadi pada anak ketika mereka menyaksikan suatu film cerita. Salah satu aspek kognitif yang terdapat di antara saat menonton TV dan dampaknya adalah 'pemahaman' (Berry & Asamen, 1993).
Pemahaman yang dimaksud di sini adalah seperti yang dikemukakan oleh Collins, et.al. (1978), yang artinya bahwa pemahaman itu mengacu kepada pengentian dari penonton, dan adanya integrasi dari bermacam bagian dari suatu program, kedalam suatu keseluruhan yang berarti. Pemahaman itu sendiri dilkaukan terhadap tingkah laku, kejadian, akibat, baik yang ditampilkan secara eksplisit maupun implisit, dalam satu atau beberapa satuan adegan dalam film cerita. Berry & Asamm (1993), mengatakan bahwa fungsi dari pemahaman itu adalah sebagai filter (penyaring) dan mediator (perantara).
Ketika anak menemui suatu hal/adegan yang dapat menimbulkan dampak negatif, maka di sini pemahaman berfungsi sebagai filter, sehingga anak tersebut tidak meniru tayangan yang disaksikannya. Ketika anak perlu memikirkan lebih jauh hubungan sebab-akiibat, motivasi, serta konsekuensi, maka di sini pemahaman berfungsi sebagai mediator, sehingga anak mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang disaksikannya. Dari beberapa referensi, antara lain seperti yang dikemukakan olda Piaget (dalam Nobel, 1975) diketahui bahwa pemahaman anak pada usia sekitar 9 atau 10 tahun lebih tinggi daripada anak yang berusia di bawahnya.
Mengetahui pentingnya faktor pemahaman ketika naka menyaksikan tayangan film cerita, dan adanya perbedaan kondisi antara anak-anak di lndonsia dan anak-anak di Barat terhadap cerita yang disaksikannya membuat peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan: "Bagaimana pemahaman anak yang berada pada tahap konkret operasional (khususnya usia sekitar 8 tahun, dan 10-12 tahun) terhadap film cerita anak yang disaksikannya di TV?".
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pemahaman anak-anak tersebut terhadap film cerita yang disaksikannya di TV, khususnya bagi sampel yang ada di beberapa sekolah di Jakarta-Indonesia. Lebih jauh Iagi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para orangtua, guru, maupun pihak penyelenggara TV tentang pemahaman anak tersebut, sehingga mereka dapat rneiakukan pendekatan yang lebih tepat guna meningkatkan pemahaman anak ketika menonton suatu film cerita anak.
Disain penelitian ini adalah ?studi lapangan? (field study), dengan metode pengambilan data non probability sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 64 orang (terdiri dari 33 orang sampel berusia 7;6 - 8;6 tahun, dan 31 orang sampel berusia l0;6 - 12;6 tahun), berasal dari 4 Sekolah Dasar Negeri di Salemba - Jakarta Pusat. Selain usia, kriteria sampel penelitian ini adalah: memiliki tingkat kecerdasan rata-rata, berasal dari tingkat sosial- ekonomi menengah, sehat mata dan telinga, sudah bersekolah, pernah menonton film Mighty Morphin Power Rangers. Adapun prosedur pengambilan data dalam penelitian ini adalah: (1) subyek diberikan tayangan Film Power Rangers selama 31 menit; (2) setelah menonton subyek diminta mengisi kuesioner yang telah disusun untuk mengukur pemahaman mereka (melalui aspek recall dan inference).
Gambaran yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa pemahaman anak yang berada pada tahap konkret operasional secara umum masih kurang (di bawah separuh pemahaman orag dewasa). Pemahaman anak pada tahap ini secara umum masih berkisar pada hal-hal yang eksplisit, misalnya mengenai konsekuensi dari suatu tindakan tokoh. Anak yang berusia 10 - 12 tahun mendekati separuh dari pemahaman orang dewasa, dan secara signifikan memiliki pemahaman yang lebih tinggi daripada anak yang berusia di bawahnya (dilihat dari signifikansi pada nilai recall: p=0,001; dan nilai inference: p=0,000; dengan 1os=0,005). Pemahaman mereka itu ditunjukkan dengan kemampuannya yang cukup dalam mengurutkan adegan yang pentlng dalam film cerita, dan menyimpulkan adegan yang eksplisit dan implisit dalam adegan tersebut. Namun demikian, hanya sepertiga (10 orang) dan jumlah sampel berusia l0;6 - l2;6 tahun yang memiliki pemahaman tinggi (diatas nilai rata-rata). Selain itu, dari latar belakang anak yang memiliki pemahaman tinggi dan rendah, terlihat bahwa peran orangtua ketika menemani anaknya nonton TV masih belum efektif terlebih lagi untuk anak yan gberusia dibawah10-12 tahun.
Saran untuk penelitian selanjutnya antara lain adalah agar jumlah sampel diperbanyak, mengingat bahwa gambaran subyek yang memiliki pemahaman tinggi dalam penelitian ini hanya sedikit, hingga kesimpulannya belum dapat digeneralisasikan. Adapun saran yang dapat diterapkan dalam masyarakat adalah: hendaknya peran orangtua, guru, dan pihak penyelenggara TV ditingkatkan dengan caranya masing-masing, agar pemahaman anak semakin meningkat, baik untuk anak yang berusia 10 - 12 tahun, apalagi untuk anak yang berusia di bawahnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Mardhani
"Perilaku menonton televisi dapat mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah. Penelitian deskriptif korelatif ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan perilaku menonton televisi dengan perkembangan anak usia sekolah menurut persepsi ibu dengan 81 responden. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku menonton televisi dengan perkembangan anak usia sekolah menurut persepsi ibu (p value = 0,176; α = 0,05). Saran untuk pelayanan keperawatan komunitas, pemberian edukasi kesehatan kepada orang tua dalam merawat dan memantau perilaku perkembangan anak dalam hal menonton acara televisi dan bagi orang tua terutama ibu dalam upaya pencegahan terjadinya perilaku menyimpang atau kekerasan oleh anak.

Television viewing behavior can affect the development of school-age children. Correlative descriptive study was conducted aiming to identify the relationship of behavior to watch television with the development of school-age children as perceived by mothers with 81 respondents. There was no significant association between television viewing behavior with the development of school-age children according to mother?s perception (p value = 0.176; α = 0.05). Suggestions for community nursing services, the provision of health education to parents in caring for and monitoring the development of children's behavior in terms of watching television and for parents, especially mothers in efforts to prevent the occurrence of deviant or violent behavior by children."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S57617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schramm, Wilbur
Stanford, California: Standford University Press, 1961
305.23 SCH t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Silva Audya Perdana
"ABSTRAK
Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Sekitar 5-8 anak usia prasekolah di Indonesia mengalami keterlambatan bicara. Anak pada usia yang sangat muda butuh stimulasi yang cukup agar dapat berkembang dengan optimal. Oleh sebab itu, jika anak dibiarkan lama menonton TV, kesempatan untuk mendapatkan stimulasi yang baik menjadi terhambat. Kurangnya stimulasi yang disebabkan oleh anak yang terlalu lama menonton TV, dapat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan lama menonton TV dan perkembangan bahasa anak pada anak usia 18 bulan sampai 3 tahun.Metode: Studi potong lintang digunakan pada studi ini dengan menggunakan data primer yang didapat melalui kuesoner. Adanya gangguan perkembangan bahasa anak ditentukan dengan menggunakan KPSP dan ELM Scale 2 Test. Hasil: Durasi lama menonton TV pada anak dengan perkembangan bahasa normal dan keterlambatan perkembangan bahasa dibandingkan dan didapat p value senilai 0,002 dan OR = 4,4 95 CI . Bahasa yang digunakan pada tayangan TV Indonesia atau Indonesia dan Inggris berpengaruh secara signifikan p = 0,004 . Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada umur pertama anak menonton TV, pemakaian gadget, dan kepemilikan TV di dalam kamar. Kesimpulan: Studi ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara lama menonton TV dan perkembangan bahasa. Anak yang menonton TV lebih dari 4 jam sehari memiliki risiko 4 kali lebih tinggi mengalami keterlambatan bicara. Kata kunci: Menonton TV pada anak, lama menonton TV, keterlambatan perkembangan bahasa.

ABSTRACT
Background There are many factors that contribute to child language development. About 5 8 children in Indonesia experience delayed language. Children at young age are still learning to develop and need stimulation so that they can process it and learn from it. When children watch TV for a long time they get less stimulation. Less stimulation in this case may contribute to child language development. Aim To know if there is an association of intensity of watching TV and child language development.Methods This was a cross sectional study using primary data collected from questionnaires. The child language development was tested using KPSP and ELM Scale 2 Test. Results Duration of watching TV from both children with normal and delayed language development was measured. Result showed in p value of 0.002 and OR 4.4 95 CI . The language used in TV program Indonesian or both Indonesian and English also showed a significant data p 0.004 . Other variables such as gender, first age exposed to TV, the use of gadget and TV in bedroom had no significant association with child language development. Conclusion This study demonstrates that there is an association between intensity of watching TV and child language development. Children who watch TV exceeding 4 hours a day had four times higher risk to develop language delay. Keywords child TV viewing, duration of watching TV, delayed language development. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research was held in 2006 for six months. It has been done because the audience was considering become the power to determine the Television program strength. As we know the audience has an important position in mediated communication, they are aqual with communicator or text. The research of television audience is to complete the studies about television; however text will be meaningful if they deliver by the new communicator. Children are the research object in order to know how much television become a part of daily life, especially television programmed that broadcast the cartoon. This research involves three children with different social culture as an informant that lives in Banyuwangi. The research focus is analyze the practical of watching television activity of those three children and what kind of matter that negative and integrated in their daily life."
NIJUDKV
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kaye, Evelyn
Boston : Beacon Press , 1979
791.45 KAY a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>