Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widaryoto
"Penggunaan jamban yang rendah merupakan salah satu masalah di bidang kesehatan yang perlu mendapat perhatian karena peranannya dalam memutus mata rantai penularan penyakit. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penggunaan jamban yang diwujudkan melalui Proyek Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga (Samijaga), Proyek Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan, Proyek Peningkatan Kesehatan Lingkungan Permukiman, dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik penggunaan jamban. Faktor-faktor yang diteliti antara lain adalah jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, jenis jamban, asal perolehan jamban, letak jamban, jarak jamban, luas jamban, pencahayaan, udara sekitar jamban, ketersediaan air, pembinaan tenaga kesehatan, dan perhatian tokoh masyarakat.
Penelitian ini menggunakan rancangan studi "cross sectional". Survei dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terhadap 192 kepala keluarga yang memiliki jamban sebagai responden. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat dengan regresi logistik multivariat.
Hasil penelitian menginformasikan bahwa pengguna jamban keluarga sebesar 82,8%. Dan analisis diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik penggunaan jamban keluarga adalah faktor pengetahuan tentang jamban, udara sekitar jamban, ketersediaan air, dan pembinaan tenaga kesehatan. Faktor yang paling dominan berhubungan adalah faktor udara sekitar jamban dengan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 159,077 (95%CI: 8,885-2.848,070), yang berarti bahwa jamban dengan kondisi udara sekitar jamban baik mempunyai peluang untuk digunakan sebesar 159,077 kali dibanding jamban dengan kondisi udara sekitar kurang baik, setelah dikontrol variabel lain.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, masih adanya responden yang tidak mendapat pembinaan tenaga kesehatan dan masih adanya pemilik jamban yang tidak menggunakan jamban, maka penulis menyarankan agar pembinaan oleh tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan lingkungan khususnya tentang penggunaan jamban harus ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkala (minimal satu kali dalam sebulan). Disamping itu, memberdayakan kembali kader kesehatan lingkungan yang telah ada dan membentuk serta melatih kader kesehatan lingkungan bila belum ada, akan membantu dan menambah jangkauan pembinaan kesehatan lingkungan khususnya tentang penggunaan jamban sampai tingkat desa. Mengingat pentingnya pengetahuan tentang jamban dalam praktik penggunaan jamban, penyebarluasan informasi tentang jamban kepada masyarakat perlu terus dilakukan, misalnya dengan pemberian leaflet tentang manfaat jamban. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam setiap kegiatan pembangunan jamban adalah menciptakan kondisi udara sekitar jamban yang baik (tidak bau), antara lain dengan cara mengupayakan agar lekukan pada leher angsa menampung air dengan baik dan membuat lubang ventilasi jamban yang memadai. Ketersediaan air di jamban juga perlu diperhatikan, yaitu dengan membuat fasilitas penyediaan air (bak air). Dan untuk menunjang keberhasilan kegiatan penyehatan lingkungan permukiman, khususnya tentang penggunaan jamban, maka kerja sama dengan instansi terkait perlu dilakukan secara baik.

Low utilization of latrine have been one of health problems which needs more attention since it plays major role in cutting the chain of infectious diseases. Government has been conducted efforts to increase the latrine utilization implemented in projects such as drinking water facility and family latrine project (Samijaga), water supply and environmental health project, the residential environment health improvement project, etc.
The aim of this research is to find out factors related to utilization of latrine. Factors under study included gender, education, knowledge, latrine type, source of latrine, placement of latrine, width of latrine, lighting, air surrounding the latrine, water supply, training by health personnel, and community leaders' concern.
The research was using cross-sectional study design. Survey was conducted through interview using questionnaire to 192 heads of family who have their own latrine as respondent. Analysis conducted were univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate analysis using multivariate logistic regression.
The study found that the utilization of family latrine was 82,5%. The analysis showed that factors related to the use of latrine were knowledge, air surrounding the latrine, water supply, and training by health personnel. The most dominant factor was air surrounding the latrine with Odds Ratio (OR) of 159.077 (95% Cl: 8.8825-2848.070), which means that latrines with good surrounding air condition have 159.077 higher chance to be used compared to latrines with bad surrounding air condition, after controlled by other variables.
Based on the study results, some respondents had not been trained by health personnel yet and some latrine owners who never use their latrine, researcher suggested that training by health personnel emphasizing the use latrine should be increased and conducted periodically (at least once a month): Beside that, there is a need to empower the existing environmental health cadres and to attract and train the new ones, in order to extend the community education and extension about the use of latrine down to village level. Considering the importance of using latrine, the information regarding it should be continuously implemented, for example through leaflet distribution. Important thing to be considered when building a latrine is air condition surrounding the latrine (should be good and not smelly), for example by making sure that the goose neck could hold water well and by providing sufficient air ventilation. Latrine's water supply needs to be concerned as well, by providing water supply facility (water basin). To support the success of residential environmental health activities, particularly the utilization of latrine, good coordination with other related institutions should be implemented.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asnah Rumiawati
"Pengelolaan air limbah pada masyarakat permukiman pedesaan pada umumnya masih menjadi permasalahan, tak terkecuali di kawasan permukiman tepi danau toba di Provinsi Sumatera Utara. masih banyak dijumpai rumah tangga yang tidak dilengkapi kamar mandi / WC di rumahnya, sehingga melakukan pembuangan ke MCK umum, semak-semak dan selokan yang mengalir ke danau."
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2020
690 MBA 55:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal
"Kehidupan masyarakat kumuh Kota Tangerang rentan terhadap berbagai permasalahan, mulai masalah sosial, ekonomi sampai Iingkungan. Masalah tersebut harus diselesaikan dengan berbagai potensi yang dimilikinya sendiri, seperti halnya kebutuhan masyarakat akan sanitasi yang dapat mendorong meningkatnya kualitas hidup masyarakat yang difasilitasi oleh kelompok masyarakat dengan MCK Plus++. MCK Plus++ adalah sarana sanitasi masyarakat untuk keperluan mandi, cuci dan kakus serta sarana untuk mendapatkan air bersih.
Peranan MCK plus++ selain untuk kebutuhan sanitasi juga dapat menghasilkan biogas sebagai sumber energi untuk kebutuhan rumah tangga. Dinamakan MCK plus++ karena tidak seperti MCK biasanya yang hanya menggunakan septictank dan resapan. MCK plus++ dirancang dengan mengkombinasikan sarana MCK, Biodiegester dan sistem pengolahan air limbah dengan sistem DEWATS (Decentalized Waste Water Treatment System) yang ramah lingkungan, yaitu suatu teknologi pengolahan air limbah rumah tangga dengan sistem pengolahan hayati. MCK PIus++ telah di tempatkan pada 26 lokasi di beberapa kelurahan di Kota Tangerang.
Masalah kampung kumuh di Kota Tangerang yang disebabkan oleh dampak perkembangan masyarakat tanpa diimbangi dengan fasilitas yang memadai, seperti; kurangnya sarana WC, WC tidak menggunakan septictank, kotoran manusia berserakan, kurangnya air bersih dan sampah yang menumpuk. Dengan latar belakang masalah tersebut penelitian ini mengajukan perumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana MCK plus++ dalam menghasilkan energi biogas. (2) Apakah MCK plus-H bermanfaat secara sosial dan ekonomi, (3) Bagaimanakah Managemen MCK plus++ yang dikelola oleh Lembaga Swadaya Masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui potensi MCK pluss ++ dalam menghasilkan energi biogas. (2) Menganalisa manfaat sosial ekonomi MCK plus++. (3) Mengetahui managemen pemanfaatan MCK plus++ yang dikelola oleh lembaga swadaya masyarakat.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) MCK plus++ punya potensi cukup besar dalam menghasilkan energi biogas. (2) MCK plus++ bermanfaat secara sosial dan ekonomi.(3) MCK pluss++ dapat didikelola oleh lembaga swadaya masyarakat.
Penelitian ini dilakukan di Kota Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitalif dianalisis secara deskriptif analitik, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menghitung potensi biogas yang dapat didihasilkan yang dihitung dengan menggunakan metode valuasi ekonomi yang menghitung dua aspek yaitu: (1)-kerugian masyarakat dengan menggunakan metode eksternalitas; (2) total nilai dan kelayakan dengan metode benefit cost.
Hasil Penelitian menunjukkan potensi MCK plus++ dapat menghasilkan energi biogas dengan kapasitas 4,8 m3/hari yang dapat dikonsumsi oleh 1-3 KK yang ekievalen dengan 10-15 jiwa. Dengan potensi energi biogas tersebut masyarakat pengguna dapat meminimalisasi pengeluaran sekitar Rp. 100.000 yang sebelumnya masyarakat harus mengeluarkan sekitar Rp.150.000/bulan untuk kebutuhan bahan bakar rumah tangga (minyak tanah dan atau Gas elpiji).Secara sosial ekonomi MCK plus++ bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena sebelum MCK plus ++ ada masyarakat kumuh pengglma MCI( plus harus mengeluarkan biaya kesehatan sebesar Rp.1.600.000/bulan dengan prevalensi penyakit diare dan typus 6,15% dan 0,92% dari 325 populasi. sedangkan setelah ada MCK plus++ prevalensi penyakit menurun secara berturut-turut menjadi 0,92% dan 0,30% dengan biaya kesehatan menurun 71, 875 %bulan dari biaya tidak langsung sebesar Rp. 1.600.000/bulan. Total nilai ekonomi MCK plus++ sebesar Rp. 412.223. MCK plus ++ dikelola oleh lembaga swadaya masyarakat dilakukan secara efektif dan profesionalisme manajemennya sehingga dapat memiliki manfaat secara sosial dan ekonomi.
Kesimpulan dalam penelitian adalah (1) Energi biogas dapat dihasilkan dari MCK plus++ dengan kapasitas 4,8 m3/hari. Dengan potensi yang terbatas sebagai hasil samping dapat dimanfaatkan oleh 10 -15 jiwa dari 325 pengguna fasilitas MCK plus++.(2) MCK plus++ mempunyai manfaat sosial ekonomi dapat menurunkan Prevalensi penyakit dari penyakit diare dan Typus dengan persentase 6,15% dan 0,92% sebelum MCK plus++ sedangkan setelah MCK plus++ ada Prevalensi penyakit menurun berturut-turut 0,92 % dan 0,30 %.sehingga dapat menurunkan biaya kesehatan masyarakat sckitar 71, 875 persen dari biaya tidak langsung sebesar Rp. 1.600.000/ bulan (3) MCI( plus-0+ berbasis pengelolaan lembaga swadaya masyarakat dimanfaatkan secara efektif dan dikelola secara profesional dalam -meningkatkan pelayanan serta keswadayaan masyarakat
Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Pemerintah Kota Tangerang sebaiknya memanfaakan MCK plu++ sebagai sarana untuk memperbaiki sanitasi dan potensi energi biogas sebagai hasil samping yang walaupun terbatas di pemukiman kumuh dapat diatur lewat peraturan daerah. (2) LSM pengelola MCK plus ++ sebaiknya dapat memaksimalkan pemanfaatan MCK plus++ sebagai sarana memperbaiki pola hidup masyarakat dan pemanfaatan energi biogas secara berkelanjutan serta meningkatkan partisipasi masyarakat. (3) Masyarakat sebaiknya dapat belajar pengelolaan MCK plus-H agar transformasi manajemen dari manajemen berbasis lembaga swadaya masyarakat ke managemen berbasis masyarakat secara penuh.

People living in slum areas of the city of Tangerang are prone to many problems: social, economic and environmental. These have to be dealt with using their own potentials, e.g. public needs for hygiene sanitary facilities to improve their life can be met by providing MCK Plus++ (public bath, wash place, toilet and clean water source) managed by commtmity groups.
MCK Plus++ is not just a sanitary facility; it serves also as a small-scale biogas plant producing energy for local households. Such facility is named MCK Plus++ because iris different from an ordinary MCK that functions only as a septic tank and artificial recharge. This special type of MCK is designed to combine sanitary facilities, biodigester and environment-friendly DEWATS (decentralized waste water treatment system) - a technology for biologically treating household wastes. In Tangerang, these facilities have been constructed in a total of 26 locations in several subdistricts in Tangerang.
The problem of slums faced by the adrninistration of Tanger-ang is a result of the region?s population growth coupled with the absence of adequate public sanitary facilities and clean water supplies Only a small number of toilets are available - most of them without septic tanks. Minimum facilities lead to subsequent problems including littering human feces and piling up garbage. A number of questions need to be responded to: (1) How can MCK Plus++ produce biogas mergy; (2) Will MCK Plus++ give community members social and economic benefits; and (3) How is an MCK Plugs++ managed by a non-government orgnization.
This research aims all (1) finding out the potentials of MCK Plus++ in producing biogas energy; (2) analyzing social and economic benefits of MCK PIus++; and (3) studying how the facilities are managed by non-government organizations/community groups.
The research presents the following hypotheses: (1) MCK Plus++ has considerable potential to produce biogas energy; (2) MCK Plus++ is socially and economically beneficial; (3) MCK Plus++ can be managed by non-government organizations.
The research took place in the city of Tangerang using both the qualitative and quantitative methods Qualitative data were descriptive-analytically studied while a quantitative approach was used in calculating the biogas potentials. Economic valuation: (1) losses suffered by community menbers using the ext ality method; (2) total value and feasibility using the cost-beneit method.
Research results reveal that an MCK Plus++ is capable of producing 4.8 cubic meters of biogas daily for consumption by 1-3 households or 10-15 persons. Even with such a small amount of biogs, people can still their expenses by Rp 100.000 (previously they had to spend Rp 150,000 permonth on household fuel (kerosene or LPG). Socio-economically, MCK Plus++ can benefit the people by improving their life. Prior to the MCK Plus++ project., health cane costs them Rp 1 .600.000 a month. The project managed to cut the costs by 71, 875 % down to only Rp 412.223, These tacilities are effectively and professionally managed by non-government organizations to give social and economic benefits.
Conclusions drawn from this research include: (1) While MCK Plus++ is capable of producing biogas; however, the energy cannot be enjoyed by all the facility users. Its by-product, i.e. biogas, has only small potential as a household fuel to substitute kerosene and LPG. In Tangerang, an MCK Plus++ is shared by 325 people; yet the produced biogas (4.8 cu.m. per day) can only supply 10 to 15 people; (2) MCK Plus++ has socio-economic benefits as it reduces the number of people suffering hygiene-related diseases. MCK Plus++ in Tangerang is economically feasible as it cuts health cate costs by 71,875 % down from Rp 1,600,000 per month; (3) MCK Plus++ effectively and professionally managed by non government organizations serve the purposes of improving, public services and promoting community self-help.
The research recommends that (1) The administration of Tangerang issue a bylaw on employing MCK Plus++ as a means to improve people's hygiene and to produce biogas despite its limited volume for use by people in slum areas; (2) NGOs managing MCK Plus++ maximize the use of the facility for improving the local people?s standard of living, producing biogas energy for sustained use by the locals, and promoting community participation; (3) Community members learn how to manage MCK Plus++ so in time they can take over the management of the facilities which are currently operated by NGOs."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17963
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Andhini
"Toilet umum merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat urban. Dari hal tersebut muncul pertanyaan, apa saja yang sebenarnya dapat ditawarkan toilet umum. Untuk menjawab hal tersebut diambil studi kasus toilet bandara dan mal. Melalui studi literatur tentang sejarah toilet, penggunaan teori affordance, ruang personal, privasi, dan ruang sosiofugal; serta observasi lapangan, wawancara, dan focus group discussion; dapat dilihat bahwa fungsi toilet tidak hanya sebagai sarana pembuangan saja namun juga penyedia privasi bagi penggunanya.

Public toilet cannot be separated from urban life. That statement leads to a question, what public toilet can provide for its user. To answer the question, airport and mall toilet is taken as case studies. From literature study about toilet history, affordance theory, personal space, privacy, and sociofugal space, along with site observation, interview, and focus group discussion; we can conclude that the toilet functions not only as a discharge tool, but also as a place that can provide privacy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42663
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Feni Kurniati
"Tulisan ini membahas pemaknaan pemandian komunal di Kampung Lubuk Torob melalui praktek keseharian arsitektur yang berlangsung di pemandian. Di dalam praktek ini terdapat berbagai bentuk strategi komunitas dalam merespon kondisi yang ada dengan cara yang khas. Tulisan ini disajikan dalam bentuk deskriptif dengan melihat dua pemandian wanita yang ada di Kampung Lubuk Torob. Pada bagian akhir, disimpulkan bahwa melalui proses penggunaan ruang yang kompleks di pemandian, tercipta sistem nilai yang menjadi kesepakatan komunitas dalam beraktifitas di pemandian sebagai lanjutan dari nilai guna yang dihasilkan dari kegiatan berarsitektur. Sehingga sistem inilah yang menjadi unsur keindahan di dalam komunitas tersebut.

This paper aims at demonstrating the significance of communal toilet in Kampung Lubuk Torob through the practice of everyday life of architecture held in the place. In practice there are various forms of community strategies in responding to conditions in a manner that is unique. This paper is presented in descriptive form by specifically looking at two women's communal toilets in the community. In conclusion, the complexity of using space in the communal toilet creates a value system into a community agreement related to community that have activity in that communal toilet. This value system is a result of use value in practice of architecture. So, that value system becomes the element of elegance in the community."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43759
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Meliana
"ABSTRAK
Berdasarkan laporan Join Monitoring Program JMP WHO/Unicef 2015, sekitar 51 juta penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan. Mereka masih buang air besar di samping sungai dan di pantai. Buang Air Besar Sembarangan BABS sudah merupakan kebiasaan yang tertanamsejak kecil, sehingga sulit dihilangkan saat dewasa. Desa Sukajaya adalahsalah satu desa yang berada di Kecamatan Jonggol, Kabupaten BogorJawa Barat, dengan luas wilayah 1.182 hektar. Secara administratif desaSukajaya terbagi dalam 2 dusun, 5 Rukun Warga dan 15 Rukun Tetangga.Wilayah Desa Sukajaya dikelilingi perbukitan kecil dan berada di dekatsungai Cipamingkis yang menampung aliran air dari sungai-sungai kecildisekitarnya. Kondisi sanitasi di Desa Sukajaya saat ini cukup memperihatinkan karena masih banyak yang belum memiliki jamban dansumber air bersih sumur . Hampir sebagian besar masyarakat desaSukajaya tinggal di rumah semi permanen dan banyak diantaranya tidak memenuhi syarat rumah sehat seperti terdapat kandang ternakmasih terletak bersebelahan dengan dapur. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melihat bagaimana Gambaran masyarakat tentang konsep preventif terkait perilaku penggunaan jamban sehatmasyarakat desa Sukajaya, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor tahun 2017.

ABSTRAK
Based on the report of WHO Unicef 2016 Join Monitoring Program JMP , about 51 million Indonesians still defecate indiscriminately. Theystill defecate beside the river and on the beach. Open Defecation has beena habit that is embedded since childhood, making it difficult to be removedas an adult. Sukajaya Village is one of the villages located in DistrictJonggol, Bogor regency of West Java, with an area of 1,182 hectares.Administratively Sukajaya village is divided into 2 hamlets, 5 RW and 15RT. Sukajaya Village area surrounded by small hills and located near theriver Cipamingkis that accommodate the flow of water from thesurrounding small rivers. The condition of sanitation in Sukajaya Villageis quite worrying because there are still many who do not have latrinesand clean water sources wells . Almost the majority of Sukajaya villagerslive in semi permanent homes and many of them do not meet therequirements of healthy homes as there are livestock pens still locatedadjacent to the kitchen. Based on the above background the authors areinterested to see how the public description of the concept of preventivebehavior related to the use of healthy latrine community Sukajaya, DistrictJonggol, Bogor regency in 2017."
2017
S68790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Ester Purnama Natasha
"Sanitasi merupakan salah satu target SDGs dan menjadi tolak ukur kualitas hidup masyarakat. Namun, kondisi sanitasi di Indonesia, mengalami ancaman perubahan iklim, salah satunya kekeringan. Adanya potensi kekeringan ini pun belum dilengkapi dengan opsi sanitasi berketahanan iklim, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi sanitasi Lombok Timur dalam kekeringan dan merencanakan pengembangan opsi teknologi toilet minim air baik dari segi desain hingga rancangan anggaran biaya. Metode penelitian ini memanfaatkan data primer dari proses wawancara perwakilan daerah Kabupaten Lombok Timur dan beberapa tenaga ahli serta data sekunder untuk memperkuat analisis yang terdiri atas diagram aliran tinja, pengambilan analytical hierarchy process, detail teknologi dan desain toilet minim air, serta rancangan anggaran biaya. Berdasarkan analisis yang ada, Kabupaten Lombok Timur masih memiliki 5% praktik BABS tertutup khususnya bagi daerah dengan kondisi infrastruktur sanitasi yang belum layak. Untuk  memberikan opsi infrastruktur layak pakai pada kondisi perubahan iklim kekeringan, terpilih teknologi composting chamber kapasitas 0,85L dengan pengembangan fitur proritas tertinggi kuesioner AHP yakni berdampak minim apabila terjadi kegagalan total. Melalui proses desain dan perhitungan RAB, diketahui pembangunan toilet minim air di Lombok Timur memerlukan luas lahan senilai 9,09 m2 untuk dua bilik dengan total biaya ±Rp. 64.731.897 untuk 1 bilik toilet.

Sanitasi merupakan salah satu target SDGs dan menjadi tolak ukur kualitas hidup masyarakat. Namun, kondisi sanitasi di Indonesia, mengalami ancaman perubahan iklim, salah satunya kekeringan. Adanya potensi kekeringan ini pun belum dilengkapi dengan opsi sanitasi berketahanan iklim, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi sanitasi Lombok Timur dalam kekeringan dan merencanakan pengembangan opsi teknologi toilet minim air baik dari segi desain hingga rancangan anggaran biaya. Metode penelitian ini memanfaatkan data primer dari proses wawancara perwakilan daerah Kabupaten Lombok Timur dan beberapa tenaga ahli serta data sekunder untuk memperkuat analisis yang terdiri atas diagram aliran tinja, pengambilan keputusan multi-kriteria dengan metode analytical hierarchy process, detail teknologi dan desain toilet minim air, serta rancangan anggaran biaya. Berdasarkan analisis yang ada, Kabupaten Lombok Timur masih memiliki 5% praktik BABS tertutup khususnya bagi daerah dengan kondisi infrastruktur sanitasi yang belum layak. Untuk  memberikan opsi infrastruktur layak pakai pada kondisi perubahan iklim kekeringan, terpilih teknologi composting chamber kapasitas 0,85L dengan pengembangan fitur proritas tertinggi kuesioner AHP yakni berdampak minim apabila terjadi kegagalan total. Melalui proses desain dan perhitungan RAB, diketahui pembangunan toilet minim air di Lombok Timur memerlukan luas lahan senilai 9,09 m2 untuk dua bilik dengan total biaya ±Rp. 64.731.897 untuk 1 bilik toilet."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Hapsoro
"Air limbah domestik merupakan salah satu sumber pencemar yang berpotensial memberikan dampak yang tidak diinginkan pada lingkungan. Perilaku masyarakat dewasa ini cenderung mengabaikan kegunaan dari kinerja sistem pembuangan yang dapat bekerja dengan baik. Salah satu jenis air limbah domestik yang pengolahannya kurang mendapat pematian serius adalah air limbah yang berasal dari toilet. Umumnya, air limbah yang berasal dari toilet masih menggunakan tangki septik sebagai unit pengolahannya. Kualitas efluen hasil pengolahan biologis pada tangki septik tersebut belum memenuhi standar untuk langsung dibuang ke badan air atau ke dalam tanah oleh karena itu hams disaring kembali dengan penggunaan sumur atau bidang resapan. Pola kehidupan di kota-kota besar dengan tingkat pertumbuhan struktural yang semakin meningkat dapat menyebabkan berkurangnya lahan yang seharusnya dijadikan bidang resapan. Keadaan ini membuat masyarakat tidak menghiraukan fungsi dari keberadaan sumur resapan dan cenderung mengganggap bahwa pengolahan dengan menggunakan tangki septik sudah cukup baik. Untuk mengatasi hal tersebut, periu dikembangkan suatu teknologi alternatif tangki septik yang dianggap sederhana, murah dan efisien dalam mengolah air limbah toilet dan tidak menggunakan bidang resapan.
Penelitian ini membahas tentang penelitian eksploratif dari pengembangan tangki septik tanpa bidang resapan dengan menggunakan media biofilter sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menguraikan air limbah secara biologis. Jenis proses yang terjadi pada tangki septik ini adalah attached growth biological treatment dimana bakteri dikembangbiakkan pada media yang berfungsi sebagai biofilter untuk mendekomposisi air limbah rumah tangga domestik atau air limbah manusia secara biologis. Bakteri yang menempel dan tumbuh pada media tersebut menggunakan air limbah manusia sebagai makanan atau nutriennya sehingga dapat menguraikan bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Aliran harian dapat menyebabkan terjadinya sirkulasi cairan pada kompartemen tangki septik sehingga menguras atau mendesak bakteri lama untuk keluar dari media dan memberi kesempatan pada bakteri baru untuk tumbuh dan berusaha menempel pada permukaan media. Selama bakteri mendapatkan waktu dan temperatur yang dibutuhkan dalam mengolah air limbah ia dapat 'memakan' kandungan padatan atau organik sehingga sebagian besar hasil penguraian yang tersisa hanya berupa cairan. Tujuan dari dibuatnya tangki septik Bio adalah untuk memberikan waktu dan tempat bagi bakteri untuk melakukan 'pekerjaannya' sehingga hasil yang keluar dari tangki septik sebagian besar berupa cairan dan mempunyai karakteristik kualitas efluen yang tinggi.
Penelitian ini merupakan kerjasama antara Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan PT. DUSASPUN, sebuah perusahaan yang sebagian besar produknya berupa pipa beton bertulang dengan tulangan spiral. Model tangki ' septik yang digunakan pada penelitian ini berbentuk silinder dan dibuat dalam skala lapangan (1:1) oleh PT. DUSASPUN. Dalam penelitian ini akan dicoba berbagai cara untuk mendapatkan jenis kondisi terbaik dimana bakteri dapat menunjukkan kinerja terbaiknya. Sebagai perbandingan, jenis tangki septik yang digunakan dalam penelitian ini adafah tangki septik Bio (menggunakan biofilter) dan tangki septik Non Bio (tanpa biofilter).
Hasil dalam penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan perilaku antara tangki septik Bio dan Non Bio yang diperiihatkan pada kompartemen II, dimana terjadi proses attached growth. Dilihat dari hasil pemeriksaan COD, terbukti bahwa beban hidrolis yang diberikan sangat mempengaruhi kinerja pertumbuhan bakteri dan kinerja media yang berfungsi sebagai biofilter dalam mengolah air limbah secara biologis.

Domestic wastewater is one of the pollutant source which can potentially cause an undesirable impact to the environment. People nowadays have a disposition to ignore the usefulness of a good disposal systems performance. One of domestic wastewater which gets a very less intention in its treatment is the toilet ' wastewater. Commonly, the toilet wastewater uses septic tank as a treatment unit. The effluent quality from the biological process in septic tank is absolutely not qualified to be disposed into the ground or stream, therefore it should be refilterized by an absorption system. The big cities life style with the increase of the structural growth may cause the reduction of area where the absorption fields should be placed on. This situation makes people to ignore the usefulness of absorption field and makes them incline to assume that the wastewater treatment of septic tank is good enough. In order to manage such problem, it is necessary to develop an alternative technology of septic tank which considerable simple, cheap and efficient to process the toilet wastewater and doesn't need an absorption field.
This research explains an explorative research of septic tank development, which has no absorption system and use a biofilter media as a place where the microorganisms growth to decompose the wastewater biologically. Type of process that occur in this kind of septic tank is attached growth biological treatment where the growth of bacteria is seeded on media surface so the media can be a biofilter to biologically decompose the house hold or human wastewater. The bacteria which attaches and grows in the surface of media uses the human wastewater as its food and nutrient so it can decompose the organic matter in wastewater. The daily flow may cause a hydraulic circulation in the compartment of the septic tank that can remove the old bacteria from the media surface and gives a chance to the new bacteria to attach and grow. As long as these bacteria have the time and temperatures that they need, they can eat up these solid and organic matters so there is nothing but liquids left to ""dispose"" of. The purpose of the biofilter septic tank is to give them the time and place to ""do their business"" so that what comes out of the tank is mainly liquid and has a high quality of effluent characteristic.
This research is the joint-cooperation between Civil Engineering University of Indonesia and PT. DUSASPUN, a company which has a common product such reinforce concrete pipes with the vertical casting method. The reactor model which is used in this research is a cylindrical reactor and made in on-site scale (1:1) by PT. DUSASPUN. There are several kinds of treatment in this research according to get the best condition where the bacteria can live in their best performance. As a comparison, the types of septic tank which are used in this research are Bio Septic Tank (with biofilter) and Non Bio Septic Tank (without biofilter).
The final result in this research proves that there is a behavioral difference between Bio Septic Tank and Non Bio Septic Tank which is shown in compartment II where the attached growth process occurs. According to the observation of the COD result, it is proved that the hydraulic loading given in this research has a serious impact on the performance of bacteria growth and the media which is used as a biofilter to process the wastewater biologically.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Akhmad Ainan Salsabila
"Pada penelitian ini dibuat formulasi pembersih toilet berbahan dasar asam klorida (HCl) pada rentang variasi konsentrasi 37% (12 M) hingga 1 M dan asam sitrat (HOC(CH2CO2H)2) pada rentang variasi konsentrasi 5 M hingga 1 M yang ditambahkan surfaktan kokamida dietanolamina (CDEA) dengan metode pengadukan pada suhu ruang. Formulasi pembersih toilet yang dibuat dilakukan karakterisasi dengan Fourier Transform Infrared (FT-IR), uji antibakteri, diuji stabilitas fisiknya secara visual dan uji penilaian kualitas kinerjanya secara visual dalam membersihkan noda pada keramik kamar mandi. Hasil uji antibakteri menunjukkan sampel yang dapat menghasilkan zona hambatan pada bakteri gram negatif E. coli dan bakteri gram positif S. aureus adalah surfaktan CDEA serta cairan pembersih toilet berbahan dasar HCl pada konsentrasi 7 M, 10 M, dan pekat 37%. Diameter zona hambatan pembersih toilet HCl terhadap E. coli berada pada rentang 52-96 mm, sedangkan untuk pembersih toilet asam sitrat pada rentang 64-91 mm. Diameter zona hambatan pembersih toilet HCl terhadap S. aureus berada pada rentang 56-80 mm, sedangkan pembersih toilet asam sitrat tidak menghasilkan zona hambatan. Hasil uji stabilitas fisik formula pembersih toilet selama 2 (dua) minggu menunjukkan bahwa volume fase terpisah formula pembersih toilet berbahan dasar HCl kecuali pada konsentrasi 1 M, semua mengalami peningkatan volume dari hari ke-2 hingga hari terakhir pengamatan. Sedangkan volume fase terpisah formula pembersih toilet berbahan dasar asam sitrat kecuali pada konsentrasi 1 M, semua mengalami penurunan volume dari hari ke-2 hingga hari terakhir pengamatan. Berdasarkan uji aplikasi penilaian kualitas kinerja pembersih toilet berbahan dasar HCl maupun asam sitrat menunjukkan efektivitas kemampuan menghilangkan noda dan kerak pada keramik yang semakin baik seiring meningkatnya konsentrasi senyawa asam yang digunakan.

In this study, a formulation of toilet cleaner was made using hydrochloric acid (HCl) with concentration ranging from 37% to 1 M, and citric acid with concentrations ranging from 5 M to 1 M, both added with cocamide DEA (CDEA) surfactant using stirring method at room temperature. The formulated toilet cleaner was characterized using FT-IR, tested for antibacterial activity, visually assessed for physical stability, and visually evaluated for its performance in removing stains on bathroom ceramic tiles. The antibacterial test results showed that the samples capable of producing inhibition zones against gram-negative bacteria E. coli and gram-positive bacteria S. aureus were the CDEA surfactant and the toilet cleaner with hydrochloric acid at concentrations of 7 M, 10 M, and concentrated 37%. The diameter of the inhibition zone of the HCl toilet cleaner against E. coli ranged from 52 to 96 mm, while for the citric acid toilet cleaner, it ranged from 64 to 91 mm. The diameter of the inhibition zone of the HCl toilet cleaner against S. aureus ranged from 56 to 80 mm, while the citric acid toilet cleaner did not produce any inhibition zones. The results of the physical stability test of the toilet cleaner formula showed that the separated phase volume of the hydrochloric acid-based toilet cleaner, except at a concentration of 1 M, increased from day 2 until the last day of observation. On the other hand, the separated phase volume of the citric acid-based toilet cleaner, except at a concentration of 1 M, decreased from day 2 until the last day of observation. Based on the evaluation of the performance quality of the hydrochloric acid and citric acid-based toilet cleaners, the results showed that the effectiveness in removing stains and scale on toilet ceramics improved with increasing concentration of the acid compounds used."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>