Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Abstrak :
ABSTRAK
Rendahnya traffic demand dan tingginya nilai investasi menyebabkan rendahnya tingkat kelayakan financial FIRR dalam investasi jalan tol Medan Kualanamu Tebing Tinggi MKTT dengan IRR rencana 14,50 dan revenue total 15.094 milyar. Studi menunjukan adanya deviasi 26 antara actual traffic dengan traffic forecast pada masa ramp up periode sehingga didapatkan IRR 10,92 dan total revenue 11.170 milyar kondisi do nothing . Diperlukan upaya kreatif dan inovatif yaitu 8 penciptaan manfaat nilai tambah yang dapat diintegrasikan dengan tol MKTT dimana penambahan biaya 420 milyar 10,31 dari initial cost tol meningkatkan total revenue 2.769 milyar selama masa konsesi 40 tahun dimana IRR menjadi 13,21 dan total revenue 13.938 milyar. Inovasi pertama dilakukan kombinasi dengan instrumen Subordinated Public Participation Loans SPPLs untuk menutupi negative cashflow sebesar 1.913 milyar sehingga IRR menjadi 11,56 dan total revenue 13.938 milyar, namun pihak investor tidak memberikan modal tambahan karena ditanggung Bank. Inovasi kedua dengan diterapkan mekanisme tender dengan konsep Least Present Value Of The Revenues LPVR sehingga masa konsesi jalan tol menjadi 43 tahun 5 bulan untuk mencapai total revenue rencana 15.094 milyar dan IRR menjadi 14,40.

---

ABSTRACT
Demand traffic lower and investment value higher cause the financial feasibility FIRR lower in highway investment of Medan Kualanamu Tebing Tinggi MKTT with IRR plan 14.50 and total revenue 15,094 billion. The study shows a deviation of 26 between actual traffic with traffic forecast during the period ramp up so that IRR become 10.92 and total revenue 11,170 billion condition do nothing . It needs creative and innovative effort that are 8 value added benefits that can be integrated with the MKTT freeway where an additional cost of 420 billion 10.31 from initial cost toll increases total revenue 2,769 billion during the 40 year concession period where IRR becomes 13,21 and total revenue 13,938 billion. The first innovation was combined with the instrument of Subordinated Public Participation Loans SPPLs to cover negative cashflow 1.913 billion so that IRR became 11.56 and total revenue 13.938 billion, but the investors did not provide additional capital because provided by bank. The second innovation is by applying the tender mechanism with the concept of Least Present Value Of The Revenues LPVR so that the concession period of the toll road becomes 43 years 5 months to achieve total revenue plan 15,094 billion and IRR become 14,40 .

Abstrak :
Tesis ini melakukan analisa terkait kebutuhan masyarakat terhadap konsep rest area pada Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Tebing Tinggi – Parapat. Penelitian ini dilatarbelakangi karena perencanaan rest area yang ada saat ini masih belum efektif secara konsep dan kurang memerhatikan aspek komersial. Padahal dengan sisi komersial rest area yang optimal, biaya pemeliharaan rest area dapat dibiayai dari pendapatan yang diperoleh. Dengan demikian, Perseroan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk pemeliharaan, mengingat terdapat beban keuangan Perseroan yang diakibatkan oleh pembangunan JTTS yang tidak layak secara finansial. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Analytic Network Process (ANP) yang nantinya akan dibagi menjadi 3 cluster yaitu cluster tujuan, cluster kriteria, dan cluster alternatif. Klaster tujuan merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Kriteria cluster merupakan kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan analisis benchmark rest area eksisting, studi literatur, dan validasi ahli. Klaster alternatif merupakan pilihan pengembangan yang diperoleh dari hasil analisis penggunaan tertinggi dan terbaik. ......The paper establishes and analyzes research regarding community needs for the concept of rest areas on the Trans Sumatra Toll Road Section of Tebing Tinggi - Parapat. The background of the research is due to the fact that the current planning of rest areas is still not effective yet in concept and does not pay much attention to the commercial aspect. Even though with the optimal commercial side of the rest area, the cost of maintaining the rest area can be funded from the income earned. Thus, the Company does not need to incur additional costs for maintenance, considering the Company's financial burden due to the construction of JTTS which is not financially feasible. The analysis used in this study is the Analytic Network Process (ANP) Model which will later be divided into 3 clusters namely the destination cluster, the criteria cluster, and the alternative cluster. The objective cluster is the final goal to be achieved in this study. Cluster criteria is the assessment criteria used in this study based on analysis of existing benchmark rest areas, literature studies, and expert validation. Alternative cluster is development options obtained from the results of the highest and best use analysis.