Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairiyadi
Abstrak :
Latar belakang: Pesantren dianggap sebagai tempat yang berisiko untuk penularan TB. Sampai saat ini belum ada penelitian proporsi TB aktif dan Infeksi TB laten ITBL di pesantren dan Hubungan faktor-faktor risiko TB dengan kejadian ITBL dan TB aktif di pesantren. Tujuan: untuk mengetahui proporsi ITBL dan TB aktif dan untuk mengetahui hubungan ITBL dan TB aktif dengan faktor risiko umur, status gizi, riwayat imunisasi BCG, riwayat kontak dengan pasien TB dewasa, durasi mondok di pesantren, dan kepadatan kamar. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada 300 siswa pondok pesantren putra Darul Hijrah pada siswa SLTP periode September ndash;Oktober 2017. Pemeriksaan anamnesis, fisis, pemeriksaan sputum sewaktu dan uji tuberkulin dilakukan untuk mencari hubungan faktor risiko TB dengan ITBL dan TB aktif. Hubungan faktor risiko dengan kejadian ITBL atau TB aktif dianalisa dengan uji chi-square atau fisher dilanjutkan dengan regresi logistik. Hasil: Proporsi siswa dengan ITBL 11,4 dan tidak ditemukan TB aktif. Hubungan faktor risiko umur >14 tahun berhubungan dengan ILTB P = 0,015 ?OR 4,1 1,4-11,6 ; IK95 . Faktor risiko status gizi, riwayat imunisasi BCG, riwayat kontak dengan pasien TB dewasa, lama tinggal pesantren, kepadatan kamar dengan tidak berhubungan ITBL. Kesimpulan: Proporsi siswa pesantren dengan ILTB sebesar 11,4 dan tidak didapatkan TB aktif. Faktor risiko yang berhubungan dengan ITBL adalah umur lebih dari 14 tahun. Kata kunci: faktor risiko, hubungan, pesantren, proporsi, tuberkulosis
Background Islamic boarding school IBS is considered as a place that is at risk for TB transmission. There has been no research on the proportion of TB in IBS and association of risk factors to LTBI and active TB in IBS. Objectives To identify the proportion LTBI and active TB. To identify association of age, nutritional status, history of BCG immunization, contact history with TB patients, duration of stay in IBS, room density to LTBI and active TB. Methods Cross sectional study was conducted on 300 male students of Darul Hijrah IBS in junior high school on September ndash October 2017. Anamnesis, a physical examination, sputum examination dan tuberculin test was done to find the risk factor of TB. The association of risk factors with the incidence of TB or active TB was analyzed by chi square test or fisher test followed by logistic regression. Results The proportion of students with LTBI was 11.4 and there was no active TB. There was an association of age 14 years to LTBI with P 0.015 OR 4.1 1.4 11.6 IK95 . Another risk factors was not related with ILTB. Conclusion The proportion IBS of students with ITBL was 11.4 and the proportion of students active TB 0 . The risk factors associated with ITBL were age 14 years. Keywords Islamic boarding school proportion risk factors tuberculosis
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Tarida Ulibasa
Abstrak :
Tuberkulosis sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Indonesia negara tertinggi kedua untuk kasus TB terbanyak, Kabaupaten Tangerang penyumbang paling tinggi di Provinsi Banten, penemuan kasus TB di Kabupaten masih belum mencapai target. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan faktor determinan petugas TB yang berpengaruh dalam pelaksanaan kasus tuberkulosis paru di Puskesmas Kabupaten Tangerang. predisposisi yaitu pengetahuan, motivasi, imbalan, dan pemahaman tugas; faktor pemungkin yaitu sumber daya, tugas rangkap dan pelatihan; maupun faktor penguat yaitu supervisi. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan metode campuran. Populasi penelitian adalah seluruh petugas TB di Puskesmas se-Kabupaten Tangerang dengan total sebanyak 44 orang, maka seluruh populasi diambil sebagai sampel dengan kriteria inkulsi sebanyak 35 orang petugas. Tahapan analisis data yaitu univariat, bivariat dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh sumber daya (p=0,003), supervisi (p=0,001), pelatihan (p=0,027), imbalan (p=0,001), tugas rangkap (p=0,001), tugas rangkap (p=0,001), pemahaman tugas(p=0,001), motivasi(p=0,001) dan pengetahuan (p=0,001) terhadap pelaksanaan penemuan kasus TB. Diharapkan puskesmas perlu berkomitmen dalam mendukung pelaksanaan penemuan kasus TB dengan cara menginstruksikan, melakukan supervisi, memberikan reward. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang agar dapat melengkapi sarana maupun prasarana. ......Tuberculosis is still a public health problem in the world, especially in developing countries including Indonesia. Indonesia is the second highest country for the most TB cases, Tangerang Regency is the highest contributor in Banten Province, the discovery of TB cases in the Regency has not yet reached the target. The purpose of the study was to determine the relationship between the determinants of TB officers who had an effect on the implementation of pulmonary tuberculosis cases at the Tangerang District Health Center. predisposition, namely knowledge, motivation, reward, and understanding of the task; enabling factors, namely resources, dual tasks and training; as well as the reinforcing factor, namely supervision. This study used a cross sectional approach with mixed methods. The study population was all TB officers at Puskesmas throughout Tangerang Regency with a total of 44 people, so the entire population was taken as a sample with inclusion criteria as many as 35 people. The stages of data analysis are univariate, bivariate and qualitative. The results showed that there was an influence on resources (p=0.003), supervision (p=0.001), training (p=0.027), rewards (p=0.001), multiple assignments (p=0.001), multiple assignments (p=0.001), understanding of tasks (p = 0.001), motivation (p = 0.001) and knowledge (p = 0.001) on the implementation of TB case finding. It is hoped that puskesmas need to be committed to supporting the implementation of TB case finding by instructing, supervising, and providing rewards. Tangerang District Health Office in order to complete the facilities and infrastructure.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muammar Emir Ananta
Abstrak :
ABSTRACT
Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi insiden TB terbanyak di dunia, dengan prevalensi TB sekitar 0,24%. Tingginya kasus TB di Indonesia disebabkan oleh iklim Indonesia yang tropis, serta lingkungan yang padat, kotor, basah, kumuh, dan miskin sehingga memudahkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis untuk tumbuh. Jenis TB yang banyak ditemukan di Indonesia adalah TB paru. Anemia penyakit kronis adalah salah satu komplikasi tersering dari TB paru. Berdasarkan beberapa penelitian, anemia ini dapat meningkatkan kejadian komplikasi dan mortalitas pada pasien TB paru sehingga perlu diteliti lebih mendalam. Jadi, dilakukan penelitian tentang hubungan anemia dengan durasi gejala TB. Penelitian ini menggunakan desain studi studi potong lintang. Sampel penelitian dikumpulkan dari rekam medis pasien RSUP Persahabatan melalui teknik. Pasien TB paru dikelompokan menjadi tiga kelompok berdasarkan durasi gejala tuberkulosis yang dialam, dengan jumlah subjek pada setiap kelompok adalah 49, 57, dan 44 subjek. Data dianalisis dengan uji ki kuadrat, kemudian dikur Odds Ratio Prevalensi anemia pada 150 subjek penelitian. Tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian anemia pada pasien TB paru dengan durasi gejala. Namun, terdapat perbedaan bermakna kejadian anemia antara pasien TB paru kelompok durasi gejala lebih dari 3 bulan terhadap < 1 bulan. Tingginya prevalensi anemia pada pasien TB paru disebabkan oleh beberapa mekanisme. Pertama, TNF-alfa dan IL-6 pada infeksi TB paru menyebabkan disregulasi homeostasis ion Fe2+ melalui peningkatan hepcidin dan DMT 1, serta penurunan ferroportin 1. Hal ini menyebabkan malabsorpsi ion Fe2+ dan peningkatan oleh makrofag. Kedua, penurunan produksi eritropoetin akibat inhibisi oleh IFN-gamma. Ketiga, penurunan respon CFU terhadap eritropoetin. Akibatnya, terjadi penurunan produksi Hb yang semakin memburuk pada pasien dengan durasi gejala lebih panjang. Selain itu, terjadi penurunan IMT yang memperburuk anemia. Prevalensi anemia pada pasien TB paru termasuk tinggi. Pada kelompok durasi gejala yang lebih panjang, proporsi kejadian anemia meningkat. Oleh karena itu, edukasi pada masyarakat perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang gejala TB paru dan pentingnya datang ke rumah sakit sesegera mungkin apabila mengalami gejala TB paru.
ABSTRACT
Indonesia is the country with the second highest incidence of tuberculosis (TB) in the world, with an approximate prevalence of 0,24%. The high number of TB cases in Indonesia is due to its tropical climate and its dense, dirty and humid environment, which makes it easier for Mycobacterium tuberculosis (MTB) bacteria to grow. Lung tuberculosis is the most common form of TB in Indonesia. One of the most frequent complications of lung TB is anemia, which can increase the occurrence of complications and mortality among TB patients according to several studies. Therefore, a study about the relationship between anemia occurrence and duration of TB symptoms in lung TB patients in conducted. This is a cross-sectional study that uses consecutive sampling. The data was taken from medical records of patients diagnosed with lung TB in Persahabatan Central General Hospital during the year 2014-2018. Lung TB patiens were grouped according to their duration of symptoms. The number of subjects enrolled in each group were 49, 57 and 44 respectively. The data was analysed with chi-square test and the Odds Ratio (OR) was calculated for each group. The prevalence of anemia in lung TB patiens in the study is 58,67%. The proportion of lung TB patients who had anemia in each group were 83,67%, 54,39% and 36,36% respectively. There is no significant relation between the duration of symptoms and anemia occurrence between the 1-3 month group and the <1 month group. However, there is a significant relation between the duration of symptoms and anemia occurrence. The high prevalence of anemia in Lung TB patiens can be caused by several mechanism. The first mechanism is iron homeostasis dysregulation due to the high levels of TNF-alpha and IL-6. These cytokines increase hepcidin levels and DMT 1 transporter expression and decrease ferroportin 1 expression, which cause iron malabsorption and macrophage iron retention. The second mechanism is decreased erythropoetin production due to inhibiton by IFN-gamma. The third mechanism is decreased CFU response to erythropoetin. As a result, Hb production is decresed in lung TB patients.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linggom Kurniaty
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Pasien Tuberkulosis TB paru basil tahan asam BTA positif merupakan sumber penularan dan perlu penanganan secara baik untuk memutus rantai penularan TB. Indonesia melakukan program Direct Observed Treatment Short-Course DOTS untuk menanggulangi TB sejak tahun 1995, namun angka kesakitan TB dan angka kematian TB masih tinggi. Salah satu komponen DOTS ialah Pengawas Menelan Obat PMO yang berperan agar semua pasien menelan obat dengan benar dan teratur sampai sembuh. Saat ini dari 1.645 rumah sakit RS di Indonesia yang sudah mengikuti program DOTS baru 30 . Pasien TB yang berobat ke RS berdasarkan data Kementrian Keseharan RI sebanyak 42 . Angka keberhasilan TB di RS saat ini sekitar 50 . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kejadian efek samping obat dan peran PMO pasien TB paru terhadap keberhasilan pengobatan di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan RSUP Persahabatan yang merupakan salah satu rumah sakit yang melaksanakan program DOTS. Metode: Dilakukan 2 pendekatan untuk dua tujuan yang berbeda yaitu: 1. Studi kohort retrospektif, mendata pasien TB paru BTA positif yang mendapatkan pengobatan kategori I dan melihat kejadian efek samping yang timbul serta hubungan kejadian Efek samping dengan hasil pengobatan. 2. Studi kohort prospektif intervensi, peneliti memberikan pendidikan singkat terhadap satu kelompok PMO. Peneliti akan melihat hubungan peran PMO berdasarkan tingkat pengetahuan PMO kuisioner pre-tes / sebelum intervensi dan post-tes / setelah intervensi dengan kepatuhan pasien berobat juga dengan keberhasilan pengobatan TB dan hubungan intervensi PMO dengan kepatuhan pasien berobat dan keberhasilan terapi. Data dianalisis dengan uji Chi-Squre /Fisher. Hasil: Pada pendekatan pertama didapatkan 174 subjek. Angka kejadian efek samping dialami oleh 60/174 34.5 subjek. Derajat efek samping minor lebih banyak dibanding mayor 46/60; 14/60 . Angka keberhasilan terapi TB kelompok yang mengalami kejadian efek samping ialah 39/55 70.9 dan kelompok tanpa kejadian efek samping ialah 49/79 62 . Hasil uji statistik Chi-Squre p=0.29, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian efek samping dengan keberhasilan terapi TB. Namun derajat efek samping berhubungan dengan angka keberhasilan pengobatan TB, RR 0.5 IK 95 0.2-1 p= 0.03 . Angka kepatuhan berobat kelompok dengan kejadian efek samping 73 40/55 dan kelompok tanpa efek samping ialah 65 50/77 . Pada pendekatan kedua, subjek penelitian ialah 94 PMO 47 diintervensi dan 47 kontrol . Tingkat pengetahuan pre-tes dan post-tes kedua kelompok seimbang. Pada post-tes tingkat pengetahuan yang baik ialah 88.9 di kelompok perlakuan dan 83.8 di kelompok kontrol. Pendidikan singkat yang diberikan pada kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang bermakna, RR 1.5 IK 95 1.026-2 p=0.028 terhadap peningkatan pengetahuannya PMO. Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan dan keberhasilan pengobatan TB p>0.5 . Hasil intervensi PMO menunjukkan ada hubungan dengan keberhasilan pengobatan TB yaitu; kelompok perlakuan 34/38 89 dan kelompok kontrol 25/44 57 , hasil uji statistik p < 0.05. Ada hubungan intervensi PMO dengan kepatuhan pasien berobat yaitu kelompok perlakuan 35/39 90 sedangkan kelompok kontrol 28/44 64 , p < 0.05. Kesimpulan: Angka kejadian efek samping 34.5 pengobatan TB di RSUP Persahabatan, dengan efek samping minor lebih banyak dari mayor. Keberhasilan pengobatan berhubungan dengan derajat efek samping yang dialami pasien. Tidak ada hubungan kejadian efek samping dengan kepatuhan berobat dan keberhasilan pengobatan TB pada penelitian ini. Tingkat pengetahuan pada kelompok yang diintervensi meningkat secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ada hubungan intervensi PMO dengan keberhasilan pengobatan TB dan kepatuhan berobat.
ABSTRACT<>br> Introduction Patients lung Tuberculosis TB with sputum smear positive are a source of transmission and need good treatment in order to break the chain of TB transmission. Indonesia conducted Directly Observed Treatment Short Course DOTS program to eradicate TB since 1995, but TB morbidity and mortality rates are still high. One component of DOTS is Directly Observed Treatment DOT which can play a role for all patients to swallow medication properly and regularly until healed. Currently registered hospital in Indonesia who have followed program DOTS are 30 . The TB patient treated at the hospital based on The Ministry of Health rsquo s data are 42 . TB Success rate in hospital is about 50 . This study was conducted to determine the association of adverse drug reaction and the role of DOT of pulmonary with the success of treatment in Persahabatan hospital which is one of the hospitals that implement DOTS program. Method Two different approaches were conducted for two different purposes 1. Retrospective cohort study, recording positive pulmonary TB patients receiving category I treatment to see adverse drug reaction and the incidence of adverse drug reaction with treatment outcomes. 2. A prospective cohort study, the researchers gave a short term intervention education to one group of DOT rsquo s. The researcher will look at PMO role relationship based on knowledge level of DOT pre test questionnaire pre intervention and post test after intervention and association intervention DOT with patien adherence and treatment success. Data were analyzed by Chi Squre and Fisher test. Result In the first approach 174 subjects were obtained. The incidens of adverse events was experienced by 60 174 34.5 subjects. The degree of minor adverse effects is greater than the major 46 60 14 60 . The success rate of TB therapy in the group with adverse drug reaction was 39 55 70.9 and in the group without adverse drug reaction was 49 79 62 . Chi Squre statistical test result p 0.29, indicating that there is no relationship between the incidens of adverse drug reaction with the success of TB therapy. However, the degree of adverse drug reaction is related to the success rate of TB treatment. However, the degree of side effects is related to the success rate of TB treatment, RR 0.5 IK 95 0.2 1 p 0.03 . Treatment compliance rates of adverse events group with 73 40 55 and the group without side effects was 65 50 77 . The second approach, the subject of the study was 94 DOT 47 interventions and 47 controls . At post test a good level of knowledge was 88.9 in the treatment group and 83.8 in the control group. The short education given to the treatment group showed significant results, RR 1.5 IK 95 1.026 2 p 0.028 to the increase of knowledge. There was no correlation between knowledge level with TB treatment adherence and success p 0.5 . PMO intervention Results showed an association with successful treatment of TB that is treatment group 34 38 89 and control group 25 44 57 , statistic test p
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Wijaya
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Hemoglobin A1c HbA1c menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap tuberkulosis, mulai dari gejala klinis ,derajat keparahan dan respon terhadap terapi . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar HbA1c terhadap lama konversi dan perbaikan gejala klinis pada fase intensif pengobatan pasien TB paru kasus baru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BBKPM Bandung pada tahun 2015 Metode: Penelitian ini menggunakan metode kohort prospektif yang dilakukan pada bulan April 2015 hingga September 2015 di BBKPM Bandung . Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah pasien TB paru kasus baru berusia ge; 15 tahun dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menandatangani surat persetujuan . Kriteria eksklusi penelitian ini adalah pasien TB paru dengan diabetes mellitus dan kehamilan Hasil Penelitian:Jumlah subjek yang didiagnosis sebagai kasus baru TB paru bakteriologis dan klinis, kasus baruadalah 123 pasien, terdiri dari 63 51,2 perempuan dan 60 48,8 laki-laki . Pasien dengan nilai HbA1c < 6.5 sebanyak 111 subjek 90,2 dan HbA1c ge; 6,5 sebanyak 12 subjek 9,8 . Subjek dengan BTA positif di 69 56,1 dan BTA negatif sebanyak 54 subyek 43,9 . Pada subjek TB paru bakteriologis dengan nilai HbA1c ge; 6,5 dan waktu konversi sputum BTA lebih dari 2 bulan adalah 54,5 sedangkan subjek dengan HbA1c < 6.5 adalah 45,5 . Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalens DM pada pasien TB kasus baru adalah 9,8 dan kejadian waktu konversi lebih dari 2 bulan pada subjek TB paru kasus baru dengan HbA1c ge; 6,5 adalah 10 kali lebih tinggi dibandingkan pada pasien TB paru kasus baru dengan HbA1c < 6,5 . Nilai HbA1c tidak menunjukan hubungan yang bermaknaterhadap perubahan klinis pada pasien TB paru kasus baru setelah pengobatan fase intensif . Kata kunci: HbA1c, konversi sputum, perubahan gejala klinis, tuberkulosis
ABSTRACT
Background Haemoglobin A1c HbA1c causes increased susceptibility to tuberculosis, as well as clinical symptoms, severity, and response to therapy. This study aims to determine the influences of HbA1c levels toward sputum conversion time and clinical symptoms in a new case pulmonary tuberculosis new cases with intensive phase of TB treatment at the Community Center for Lung Health BBKPM Bandung in 2015.Methods A prospective cohort study was conducted in April 2015 until September 2015 at BBKPM Bandung. Inclusion criteria for this study is a new case of pulmonary TB patients aged ge 15 years and willing to participate in the study by signing a letter of approval. The exclusion criteria of this study are pulmonary TB patients with diabetes mellitus and pulmonary TB with pregnancy. This study used Chi square test to find relative risk of all variable which evaluated.Results The number of subjects who diagnosed as new cases of pulmonary TB were 123 patients, consists of 63 female and 60 male. Patients with HbA1c levels
2016
T55705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library