Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Hasyim Wibisono
"Praktik residensi keperawatan medikal bedah merupakan salah satu bentuk pendidikan keperawatan berkelanjutan yang ditempuh setelah tercapainya gelar magister keperawatan. Tujuannya adalah mencetak ners spesialis keperawatan medikal bedah yang mampu berperan sebagai clinical leader bagi tim pelayanan keperawatan, dengan fokus pada pasien dewasa yang mengalami gangguan pememenuhan kebutuhan dasar manusia akibat gangguan struktur dan fungsi pada sistem organ tubuh, berikut dengan respon pasien yang ditimbulkan. Praktik klinik dilaksanakan di setting gawat darurat, perawatan intensif, rawat inap, dan rawat jalan di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, dan RSUP Fatmawati Jakarta. Dengan fokus pada pasien dengan gangguan sistem endokrin, asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan pendekatan teori model adaptasi Roy pada pasien dengan masalah utama pada gangguan kelenjar tiroid dan pankreas. Contoh kasus yang telah dikelola antara lain pasien dengan komplikasi akut dan kronis dari diabetes, stroma tiroid, keganasan tiroid, serta gangguan multi sistem yang melibatkan diabetes. Asuhan keperawatan berbasis bukti diterapkan berupa latihan kaki Buerger Allen Exercise bagi pasien dengan PAD untuk meningkatkan perfusi kaki. Inovasi pelayanan keperawatan dilakukan dengan fokus pada pencegahan hipoglikemia berat pada pasien diabetes di rawat inap melalui bundle intervensi Hy-NEWSS.

 

Kata kunci: Perawat spesialis, asuhan keperawatan, teori model adaptasi, Buerger Allen Exercise, pencegahan hipoglikemia


The medical surgical nursing residency program is a continuous nursing education process following the master of nursing degree completion. The graduates are medical surgical nurse specialist, who will take role as clinical nursing leaders in providing care for adult patients with compromised human basic need fulfillment due to structural and functional dysfunctions of body systems along with the responses. The clinical education was conducted in RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta and RSUP Fatmawati Jakarta covering emergency unit, intensive care unit, inpatient, and outpatient care unit.  Using the Roy Adaptation Model as the framework, patient care was aimed to patients with pancreas and thyroid problems. The examples of the cases were, but not limited to, acute and chronic complications of diabetes, thyroid stroma and malignancy, and multisystem cases related to diabetes. The Buerger Allen Exercises was implemented as evidence based nursing, and the nursing innovation project was aimed towards severe hypoglycemia prevention for patients with diabetes in inpatient setting through the Hy-NEWSS intervention bundle.

 

 

Keywords: Nurse specialist, nursing care, adaptation model, Buerger Allen Exercise, hypoglycemia prevention

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atie Umnia Najikh
"Prevalensi Diabetes melitus meningkat pesat dalam tiga dekade terakhir, kelompok dewasa menjadi agregat dengan kasus diabetes cukup tinggi dan berdampak pada penurunan produktifitas. Tujuan penulisan adalah mengetahui hasil penerapan intervensi OPAD “Optimal Pantau dan Atasi Diabetes” pada kelompok dewasa dengan diabetes di Keluarahan Jatijajar. Intervensi dilakukan dengan pendekatan asuhan keperawatan dengan jumlah peserta sebanyak 89 orang. Hasil intervensi menunjukkan peingkatan pada pengetahuan (20.7%; p=0.000), sikap (43.86%; p=0.000), keterampilan (25.4%; p=0.000), pengobatan (15.3%; p=0.000), diet (25.3%; p=0.000), aktifitas fisik (35%; p=0.000) , pemeriksaan rutin (26.5%; p=0.000) dan dukungan sosial (16.4%; p=0.000). Terdapat penurunan tingkat stres (20.95%; p=0.000) dan kadar gula darah (94; p=0.000) . Inovasi OPAD dapat memberikan perubahan kadar gula darah, pengetahuan, sikap, keterampilan, pengobatan, diet, aktifitas fisik, pemeriksaan kesehatan, tingkat stres dan dukungan keluarga pada dewasa dengan diabetes melitus. Integrasi pelaksaan OPAD dengan program PTM, Prolanis dan Perkesmas di Puskesmas.

The prevalence of Diabetes Mellitus (DM) has risen sharply in the last three decades, disproportionately affecting adults and leading to decreased productivity. This study aimed to evaluate the effectiveness of the "Optimal Monitoring and Diabetes Management" (OPAD) intervention on knowledge, attitudes, skills, and DM management among 89 adults with DM in Jatijajar Village. The nursing care-based intervention significantly improved knowledge (20.7%; p=0.000), attitudes (43.86%; p=0.000), skills (25.4%; p=0.000), medication adherence (15.3%; p=0.000), dietary adherence (25.3%; p=0.000), physical activity (35%; p=0.000), regular check-ups (26.5%; p=0.000), and social support (16.4%; p=0.000). Additionally, there was a decrease in stress levels (20.95%; p=0.000) and blood glucose levels (94; p=0.000). The OPAD innovation proved effective in improving various aspects of DM management in adults. Integration of OPAD with Non-Communicable Disease (NCD) programs, Prolanis, and Perkesmas at Community Health Centers is recommended."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Cisilia Rante
"Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Indonesia menempati peringkat ketiga kasus DMT2 di Asia Tenggara. Pengobatan yang tidak optimal dapat meningkatkan prevalensi kematian akibat komplikasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis secara deskriptif perbandingan karakteristik pasien DMT2 yang menerima terapi dipeptidyl peptidase 4 inhibitor (DPP4i) dan/atau sodium glucose cotransporter-2 inhibitors (SGLT2i) dan mengidentifikasi kesesuaian dosis pada pasien dengan gangguan hati, gangguan ginjal, dan geriatri. Penelitian ini adalah studi observasional cross-sectional dengan 132 subjek menggunakan metode total sampling. Data diperoleh retrospektif dari rekam medis. Hasilnya menunjukkan mayoritas penerima terapi DPP4i dan/atau SGLT2i berusia dewasa di bawah 60 tahun, dengan pria lebih banyak daripada wanita. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit penyerta terbanyak, dan obat penurun gula darah dan agen pengubah lipid adalah obat lain yang paling sering dikonsumsi. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara karakteristik pasien dengan jenis obat (p > 0,05). Ditemukan perbedaan signifikan antara penyakit penyerta dengan jenis obat (p = 0,003), dan terdapat perbedaan signifikan antara jenis obat lain yang dikonsumsi dengan jenis obat DPP4i dan/atau SGLT2i (p < 0,001) yang dianalisis menggunakan uji Chi Square. Selain itu, kesesuaian dosis pada pasien dengan gangguan hati dan ginjal belum sepenuhnya sesuai. Dalam penelitian ini, diberikan gambaran mengenai karakteristik pasien dan kesesuaian dosis DPP4i dan/atau SGLT2i, obat antidiabetes yang masih tergolong baru, terutama di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Evaluasi lebih lanjut diperlukan agar pengobatan dapat optimal dalam mengurangi komplikasi dan mortalitas pasien DMT2.

Type 2 diabetes mellitus (T2DM) can lead to complications resulting in mortality. Indonesia ranks third in the prevalence of T2DM cases in the Southeast Asian region. Ineffective treatment of T2DM patients can increase the prevalence of complications-related deaths. Therefore, this research aims to descriptively analyze the characteristics of T2DM patients receiving dipeptidyl peptidase 4 inhibitors (DPP4i) and/or sodium glucose cotransporter-2 inhibitors (SGLT2i) therapy, as well as identify dosage appropriateness in patients with liver and kidney disorders, and geriatric patients. The study also involves identifying dosage regimens for DPP4i and SGLT2i. This study is an analytical descriptive observational research with a cross-sectional study design. A total of 132 research subjects receiving DPP4i and/or SGLT2i therapy during the period from January 2021 to December 2022 were included in this study using total sampling method. Data were retrospectively obtained from medical records of T2DM patients. The results of the study showed that the majority of patients receiving DPP4i and/or SGLT2i therapy were adults under 60 years of age, with a higher proportion of male patients than female patients. The average duration of treatment was ≤ 3 months, the number of comorbidities was ≥ 8 diseases, and the average number of other medications consumed was ≤ 5 types of medications. There was no significant difference between patient characteristics and types of medications (p > 0.05) analyzed using the Chi-Square test. Additionally, the most common comorbidity among patients receiving DPP4i and/or SGLT2i therapy was cardiovascular disease. A significant difference was found between the types of medications used and comorbidities (p = 0.003) analyzed using the Chi-Square test. Antidiabetic agents and lipid-modifying agents were the most commonly consumed medications, and there was a significant difference between the types of medications used and comorbidities (p < 0.001) analyzed using the Chi-Square test. During health examinations, several parameters were not adequately controlled prior to initiating therapy in patients. Furthermore, dosing adequacy for patients with liver and kidney disorders was not fully met, while in geriatric patients, dosing was appropriate. In the dosage regimens, there were still patients receiving DPP4i and SGLT2i therapy that were not appropriately dosed from the total patient population. This study provides an overview of patient characteristics and dosing adequacy of DPP4i and SGLT2i, relatively new antidiabetic medications, particularly in the University of Indonesia Hospital. Further evaluation is needed to optimize treatment in reducing complications and mortality, especially in patients with T2DM."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indana Ayu Soraya
"Sejumlah penelitian telah mengaitkan penurunan fungsi kognitif dengan kepatuhan minum obat. Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan salah satu faktor resiko dari penurunan fungsi kognitif yang jarang disadari pasien. Oleh karena itu, penulis mencoba menilai pengaruh penurunan fungsi kognitif terhadap kepatuhan minum obat pada pasien DMT2. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang dilakukan di Puskesmas Pasar Minggu Jakarta. Fungsi kognitif dinilai dengan kuesioner Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCA-Ina) yang telah divalidasi. Penilaian kepatuhan dilakukan menggunakan kuesioner Adherence to Refills and Medications Scale (ARMS) versi bahasa Indonesia yang tervalidasi dan Pharmacy refill adherence yaitu dengan menghitung Proportion of Days Covered (PDC). Pasien dikatakan patuh jika skor ARMS <12 dan hasil perhitungan PDC ≥80%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan fungsi kognitif berhubungan dengan kepatuhan minum obat yang buruk (p=0,005). Berdasarkan analisis multivariat, pasien dengan fungsi kognitif menurun 3,7 kali menyebabkan ketidakpatuhan minum obat dibanding pasien dengan fungsi kognitif normal setelah dikontrol variabel usia, tingkat pendidikan, kadar HbA1c, dan komorbid dislipidemia.

Several studies have linked cognitive decline with lack of adherence to medication. Type 2 Diabetes mellitus (T2DM) is one of the risk factors for cognitive decline that patients are rarely aware of. Therefore, the aim of this study is to assess the effect of decreased cognitive function on medication adherence in T2DM patients. The study uses a cross-sectional design and was conducted at the Pasar Minggu Primary Health Center, Jakarta, Indonesia. Cognitive function was assessed using a validated Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) questionnaire. Adherence assessment was made using a validated Indonesian version of the Adherence to Refills and Medications Scale (ARMS) questionnaire and the proportion of days covered (PDC). A patient was considered to be adhere if the ARMS score was <12 and the PDC calculation result was ≥80%. The results of this study showed that cognitive decline was associated with poor medication adherence (p=0.005). Based on multivariate analysis, patients with cognitive decline had 3.7 times greater nonadherence to medication than patients with normal cognitive function after controlling for variables of age, education level, HbA1c levels, and comorbid dyslipidemia."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rahmat Masdin
"Prevalensi penderitas diabetes melitus (DM) di Indonesia mengalami peningkatan terutama di Jakarta mencapai 3,4% di tahun 2018, dan menjadi provinsi dengan prevalensi DM tertinggi di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah pasien tidak rutin meminum obat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan diperlukan program intervensi oleh farmasis yaitu melalui program Phardiacare berupa konseling, buklet, logbook self-monitoring dan SMS reminder. Tujuan penelitian ini adalah menilai pemberian konseling dan buklet dari program Phardiacare terhadap kepatuhan pengobatan dan luaran klinis pasien DM tipe 2. Penelitian ini merupakan quasi eksperimental selama periode Agustus hingga Desember 2019 yang melibatkan 65 pasien DM tipe 2 di puskesmas Jakarta Timur yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi (KI, n=33) yang menerima konseling dan buklet, dan kelompok kontrol (KK, n=32) yang menerima buklet saja. Pada awal dan akhir penelitian pasien menerima kuesioner sosiodemografi dan MAQ serta dilakukan pengukuran luaran klinis. Hasil penelitian menunjukkan KI dan KK memiliki karakteristik yang tidak berbeda signifikan kecuali pada lama penggunaan obat dan konsumsi makanan berisiko DM (p<0,05). Konseling pada program Phardiacare mempengaruhi kepatuhan pengobatan dimana HbA1c pada KI mengalami penurunan hingga kadar terkontrol (p<0,05) dibandingkan KK yang tidak mengalami perubahan. Kepatuhan berdasarkan skor MAQ menunjukkan peningkatan kepatuhan (p<0,05) setelah intervensi. Konseling dari program Phardiacare memberikan pengaruh 7,5 kali lebih besar dalam menurunkan HbA1c (p=0,008). Terhadap luaran klinis sekunder, konseling memperbaiki gula darah puasa, kolesterol total dan LDL (p<0,05). Dengan demikian, konseling pada program Phardiacare dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan dan menurunkan kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2.

According to the results of the 2018 Basic Health Research (Riskesdas), 50.4% of diabetes mellitus (DM) patients do not regularly take medication. This can worsen the patient’s condition, so interventions related to DM treatment by pharmacists are needed through counseling and booklets which are expected to increase medication adherence and improve clinical outcomes of the patient. The study was conducted in August-December 2019 involving 65 patients who met the inclusion and exclusion criteria. Patients were divided into 2 groups, namely the Pulogadung Health Center as the intervention group (KI, n=33) which received counseling and booklets, and the Duren Sawit Health Center as the control group (KK, n=32) which received only booklets. The results showed that counseling affected medication adherence with a significant decrease in HbA1c levels (p<0.05) to controlled levels in KI compared to KK. The MAQ score showed an increase in adherence with significant outcomes after counseling. Counseling has a 7.5 times greater effect in reducing HbA1c with a significant value (p=0.008). In addition, counseling gave significant results (p<0.05) in the improvement of fasting blood glucose, total cholesterol, and low-density lipoprotein cholesterol. Thus, counseling can improve medication adherence and reduce HbA1c levels in type 2 diabetes mellitus patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiskus Samuel Renaldi
"Ketidakpatuhan berobat dalam penyakit diabetes melitus tipe 2 menjadi masalah yang belum dapat dituntaskan sehingga dapat berkontribusi dalam penurunan kualitas hidup seorang pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu rancangan model sebagai solusi terhadap masalah ketidakpatuhan pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain studi kualitatif dengan metode fenomenologi. Penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Tengah selama bulan Maret-September 2020 dengan megikutsertakan tiga wilayah Puskesmas, yaitu Puskesmas Merdeka, Belong, dan Sempur. Penelitian ini melibatkan 46 pasien diabetes melitus tipe 2 sebagai informan yang tergabung dalam studi Kohort PTM Balitbangkes RI, 17 tenaga kesehatan, dan 30 kader kesehatan sebagai informan kunci dari Puskesmas setempat. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam dan observasi dengan informan dan diskusi kelompok terarah dengan informan kunci. Hasil penelitian diinterpretasikan dalam bentuk pernyataan masalah teknis yang dianalisis dengan metode tematik dan jaringan sosial. Mayoritas informan yang terlibat dalam penelitian ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan rata-rata telah menderita diabetes selama 1-5 tahun. Sementara itu untuk informan kunci telah bekerja rata-rata selama 10 tahun. Dari hasi wawancara didapatkan hasil bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien yaitu intrapersonal, interpersonal, obat, dan lingkungan. Motivasi menjadi masalah utama pada faktor intrapersonal, dan memiliki korelasi dengan faktor-faktor lainnya. Dari sisi interpersonal, kualitas pelayanan kesehatan memberikan pengaruh pada kepatuhan. Efek samping dan penggunaan obat herbal di dalam faktor obat juga diketahui memiliki kontribusi untuk menentukan sikap kepatuhan pada pasien. Dari segi faktor lingkungan, sistem kesehatan akan memberikan pengaruh kepada kepatuhan pasien, terutama dalam penerapan sistem jaminan kesehatan nasional, sistem ekonomi, dan kebijakan kesehatan. Dari beragam hasil yang telah didapatkan, diperoleh suatu model penatalaksanaan ketidakpatuhan pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe-2 yang dapat menggali secara personal berbagai permasalahan pada pasien.

Patient’s poor adherence to treatment in type 2 diabetes mellitus is a problem that has yet to be resolved. This phenomenon will contribute to a decrease in the quality of life of a patient. This study aims to obtain a model design to solve non-adherence in type 2 diabetes mellitus patients by using a qualitative study design with phenomenological methods. The research was conducted in Central Bogor District during March-September 2020 in three Puskesmas areas: Merdeka, Belong, and Sempur. This study involved 46 type 2 diabetes mellitus patients as informants who were members of the non-communicable disease cohort study, 17 health workers, and 30 health cadres as key informants from the local Puskesmas. Data were collected from in-depth interviews and observations with informants and focus group discussions with key informants. The study results were interpreted as a technical problem statement that was analyzed using thematic methods and social networks. The majority of informants involved in this study work as housewives and, on average, have had diabetes for 1-5 years. Meanwhile, key informants have worked for an average of 10 years. The interview results found four factors that influence patient compliance: intrapersonal, interpersonal, drug, and environment. Motivation is a significant problem in intrapersonal factors and correlates with other factors. From an interpersonal perspective, the quality of health services influences compliance. Side effects and the use of herbal medicines in the drug factors are also known to determine the patient's adherence attitude. In terms of environmental factors, the health system will influence patient compliance, especially in applying the national health insurance system, the economic system, and health policies. From the various results obtained, a management model of non-adherence treatment in type 2 diabetes mellitus patients can personally explore various problems in a personal manner.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinda Roosma
"Diabetes adalah penyakit kronis yang disebabkan karena kekurangan insulin akibat dari gangguan sekresi insulin. Diabetes banyak dialami oleh masyarakat khususnya pada masyarakat dengan pola hidup yang sudah berubah yaitu diabetes tipe 2. Sehingga kerasionalan resep untuk obat diabetes menjadi penting,. Metformin merupakan first line terapi untuk DM tipe 2, baik metformin generik maupun merek dagang. Analisa resep dilakukan dengan mengambil sampel resep yang mengandung metformin (baik generik dan merek yaitu glucophage XR). Lalu resep generik dan merek dibandingkan jumlah pengeluarannya dalam 1 bulan, setelah itu dilakukan analisis mengenai aspek administratif, aspek farmasetik dan aspek klinis serta dibandingkan dengan guideline terapi yang sudah ada. Hasilnya perbandingan pengeluaran metformin generik dan bermerek yaitu 27 : 1, dan dari resep yang dianalisis sudah sesuai dengan guideline terapi dan rasional.

Diabetes is a chronic disease caused by a lack of insulin as a result of impaired insulin secretion. Diabetes is experienced by many people, especially in people with a lifestyle that has changed, is called type 2 of diabetes. So that the rationality of prescribing diabetes drugs is important. Metformin is the first line therapy for DM type 2, both in generic or trademark metformin. Prescription analysis was carried out by taking prescription samples containing metformin (both generic and brand, that is glucophage XR). Then the generic and brand prescriptions were compared with the amount spent in 1 month, after that an analysis was carried out regarding administrative, pharmaceutical and clinical aspects and compared with the existing therapeutic guidelines. The result was a comparison of generic and branded metformin is 27:1, and the analyzed prescriptions is rational and already appropiate with guidelines therapeutic."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Risczka Rosdianty
"Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen diri penyakit diabetes melitus pada peserta JKN di wilayah Jakarta Selatan tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan studi observasional dengan tipe cross sectional. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dan lama menderita dengan manajemen diri penyakit diabetes melitus.

This study focuses on the factors that related to self management of type 2 diabetes mellitus on JKN patients in South Jakarta in 2019. This research is quantitative research with observational study and cross sectional type. The result of this study is the positive correlation between family supports and duration of patients in suffering from type 2 diabetes mellitus with self management diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marwan Sofyan
"Latar Belakang: Diabetes Melitus tipe 2 diketahui sebagai ancaman serius bagi kesehatan masyarakat karena dampaknya yang sangat luas bagi kehidupan masyarakat dan perekonomian. Data dari International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan prevalensi diabetes di Indonesia tahun 2021 mencapai 19,5 juta. Sejumlah review menunjukkan bekerja dengan waktu kerja yang panjang (long working hours) memiliki efek yang buruk bagi kesehatan, khususnya gangguan metabolik.
Tujuan: Mendapatkan bukti apakah waktu kerja yang panjang merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian diabetes melitus pada pekerja non sedentary.
Metode: Penelusuran literatur dilakukan melalui PubMed, Scopus, dan Proquest. Seleksi pertama dilakukan dengan menelusuri artikel sesuai kata kunci. Dari Pubmed didapatkan 61 artikel, dari Proquest 242 artikel, dan melalui Scopus didapatkan 437 artikel. Berikutnya dilakukan skrining berdasarkan judul dan abstrak, kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dilakukan dengan melihat teks penuh dan didapatkan 3 artikel yang relevan dan paling sesuai mendekati PICO dan menjawab pertanyaan klinis.
Hasil: Setelah dilakukan penelusuran dari tiga artikel, yang paling relevan dan cukup valid diperoleh hanya satu artikel. Berdasarkan penelitian Bannai, et al dengan studi cohort di Jepang didapatkan HR 2.28; 95% CI, 1.13–4.82 untuk pekerja non-clerical dan shift dengan number needed to harm (NNH) 12. Namun, penelitian ini tidak menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas. Penelitian lainnya dari Kuwahara, et al, untuk jenis kategori pekerjaan field work didapatkan nilai nilai OR 1.02 (95% CI 0.55-1.92), sedangkan penelitian Baek, et al menunjukkan pekerja blue collar memiliki kemungkinan terjadi prediabetes lebih tinggi jika waktu kerja lebih banyak dengan aOR=1.54 (95% CI 1.15 to 2.06). Dua penelitian ini tidak cukup valid dijadikan dasar karena merupakan studi cross sectional.
Kesimpulan: Pada pekerja non-sedentary, belum didapatkan cukup bukti yang mendukung hubungan waktu kerja panjang dengan meningkatnya risiko diabetes melitus tipe 2.

Background: Type 2 Diabetes Mellitus is known as a serious threat to public health because of its very broad impact on people's lives and the economy. Data from the International Diabetes Federation (IDF) shows the prevalence of diabetes in Indonesia in 2021 has reached 19.5 million. A number of reviews show that working long hours (long working hours) has a negative effect on health, especially metabolic disorders.
Objective: Determine whether long working hour is a risk factor that increases the incidence of diabetes mellitus in non-sedentary workers.
Method: Literature search was conducted through PubMed, Scopus, and Proquest. The first selection is made by searching for articles according to keywords. From Pubmed, 61 articles were obtained, from Proquest 242 articles, and through Scopus, 437 articles were obtained. Next, screening was carried out based on title and abstract, inclusion, and exclusion criteria, then carried out by looking at the full text and obtained 3 articles that were relevant and most suitable to approach PICO and answer clinical questions.
Result: After searching the three articles, the most relevant and valid enough was obtained only one article. Based on research by Bannai, et al with cohort study in Japan, HR was found to be 2.28; 95% CI, 1.13–4.82 for non-clerical and shift workers with number needed to harm (NNH) 12. However, this study did not show a clear causal relationship. Another study from Kuwahara, et al, for the type of field work category obtained an OR value of 1.02 (95% CI 0.55-1.92 ), while the study by Baek, et al showed that blue collar workers had a higher likelihood of developing prediabetes if they worked longer hours with an aOR = 1.54 (95% CI 1.15 to 2.06). These two studies were not sufficiently valid because they were cross-sectional studies.
Conclusion: In non-sedentary workers, there is not enough evidence to support the relationship between long working hours and an increased risk of type 2 diabetes mellitus.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Latifatul Khoiriyah
"Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 masih menjadi masalah kesehatan global yang serius. Prevalensi DMT2 selalu meningkat dari tahun 2000-2021 yakni dari 4,55% menjadi 10,6%. Angka kematian DMT2 juga mengalami peningkatan sebanyak 57,94% dari tahun 2011 ke tahun 2021. Walaupun pemerintah sudah berupaya dalam mengendalikan DMT2, beban penyakit ini diproyeksikan meningkat hingga tahun 2045. DMT2 merupakan penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Beban penyakit DMT2 ini dapat tercermin dalam ukuran DALYs. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tren DALYs penyakit DMT2 dan faktor risikonya di Indonesia tahun 1990-2021.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode systematic review dengan data sekunder Global Burden of Disease 2021. Populasi dari penelitian ini adalan penduduk usia ≥ 35 tahun di 34 provinsi di Indonesia dengan unit analisis provinsi. Variabel dalam penelitian ini adalah DALYs DMT2, DALYs DMT2 akibat IMT tinggi, dan DALYs DMT2 akibat perilaku merokok.
Hasil: Penelitian menjukkan DALYs DMT2 mengalami kenaikan sebesar 59,6% dari tahun 1990-2021. Faktor yang paling berkontribusi dalam DALYs DMT2pada tahun 2021 yaitu IMT tinggi (41,7%) dan perilaku merokok (15,8%). DALYs DMT2 yang disebabkan oleh faktor risiko tersebut juga mengalami kenaikan, dengan rincian 133,21% untuk IMT tinggi dan 69,2% untuk perilaku merokok.
Kesimpulan: DALYs DMT2, DALYs DMT2 akibat IMT tinggi, dan DALYs DMT2 akibat perilaku merokok selalu meningkat dari tahun 1990-2021. Hal ini menunjukkan kewaspadaan masyarakat terhadap dampak DMT2 yang masih rendah.

Background: Type 2 diabetes mellitus remains a serious global health problem. The prevalence of T2DM has always increased from 2000-2021, from 4.55% to 10.6%. The mortality rate of T2DM also increased by 57.94% from 2011 to 2021. Despite the government's efforts to control T2DM, the disease burden is projected to increase until 2045. T2DM is a disease with high mortality and morbidity. The disease burden of T2DM can be reflected in the DALYs measure. This study aims to examine the trend of T2DM disease DALYs and its risk factors in Indonesia from 1990 to 2021.
Methods: This study used systematic review methods with secondary data from the Global Burden of Disease 2021. The population of this study was the population aged ≥ 35 years in 34 provinces in Indonesia. The variables in this study were T2DM DALYs, T2DM DALYs due to high BMI, and T2DM DALYs due to smoking behaviour.
Results: The study showed that T2DM DALYs increased by 59.6% from 1990- 2021. The most contributing factors to T2DM DALYs in 2021 were high BMI (41.7%) and smoking behaviour (15.8%). T2DM DALYs caused by these risk factors also increased, with 133.21% for high BMI and 69.2% for smoking behaviour.
Conclusion: T2DM DALYs, T2DM DALYs due to high BMI, and T2DM DALYs due to smoking behaviour always increased from 1990-2021. This shows that public awareness of the impact of T2DM is still low.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>