"
ABSTRAKSetahim terakhir ini di Indonesia banyak teijadi kecelakaan pesawat terbang,
sebagian besar disebabkan karena faktor penerbang {human factor). Setiap
penerbang yang akan menjalankan tugas terbang hams dinyatakan siap terbang {fit
fly) terlebih dahulu sehingga diharapkan keamanan penerbangan {flight safety)
dap at tercapai. Keadaan siap terbang yang dimaksud adalah siap secara fisik,
mental, dan memiliki ketrampilan terbang yang baik. Pemeriksaan kesiapan terbang
ini dilakukan dengan cara pemeriksaan kesehatan fisik dan mental {medical
examination) dan pemeriksaan kelaikan terbang {proficiency check) setiap 6 bulan
sekalL Pemeriksaan kesehatan mental di Indonesia adalah bempa wawancara
singkat antara dokter penerbangan {flight surgeon) dan penerbang, dan tidak
didukung dengan alat-alat diagnostik yang dapat mengetahui keadaan mental
seseorang.
Maiumt Thomas (1989); Stokes dan Kite (1994), ada beberapa tipe stres pada
penerbang, yaitu Acute reactive stress, Enviromental stress. Life stress, dan
Supervisory stress. Semua stres yang dialami penerbang ini bersifat kumulatrf dan
dapat sangat mempengaruhi kineija penerbang.
Skala Stres Pilot RS Kaunang (SSPK) yang mempakan hasil adaptasi daii Pilot
Attitude Safety Survey (PASS), adalah alat diagnostik untuk mengetahui pola
gangguan psikologis dan taraf stres penerbang. Terhadap alat diagnostik ini telah
dilakukan pengujian validitas pengukuran, namun belum diketahui validitas peramalan {validity for decisions) terhadap kineqa penerbang. Padahal, sebuah alat
ukur diagnostik dapat dikatakan valid adalah bila validltas pengukuran maupim
validitas peramalan diketahui valid. Bda SSPK dinyatakan valid, maka kineija
penerbang juga dapat diramalkan sehingga keselamatan penerbangan dapat lebih
teijamin dengan penerbang-penerbang yang berkompeten. Dengan demikian,
terdapat satu masalah yang dijadikan masalah penelitian ini yaitu "Bagaimanakah
validitas peramalan alat ukur Skala Stres Pilot RS Kaunang?"
Untuk melakukan pengujian validitas peramalan SSPK, hasU tes SSPK diuji dengan
kriteria penilaian lain untuk mendapatkan koefisien validitas. Kriteiia penilaian lain
yang ditetapkan adalah penilaian kineija penerbang bempa hasilproficiency check.
Subyek penelitian dibatasi pada penerbang airline PT Garuda Indonesia yang
sudah menikah, berusia di atas 25 tahun, tingkat pendidikan minimal SLTA, dan
memilikijam terbang lebih dari 5000 jam dengan pesawat bermesin jet.
Desain penelitian adalah Ex Post Facto Field Studies, dengan telcnik korelasional,
dan metode pengolahan data dengan cara regresi linier.
Hasil penehtian adalah koefisien validitas peramalan SSPK terhadap kriteria lain
berupa hasil penilaian proficiency check, yaitu sebesar .866, dan signifikan pada
level .01; dan Skala Stres Pilot RS Kaunang dinyatakan sebagai alat ukur yang
valid.
Untuk mengetahui keadaan mental penerbang sebelum dinyatakan siap terbang,
selain mengisi SSPK dapat ditambah dengan wawancara terhadap penerbang. Dari
wawancara ini dapat digah hal-hal tambahan atau memperdalam keterangan
jawaban Skala Stres Pilot RS Kaunang, sehingga gambaran mental penerbang
dapat lebih diketahui."