Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evryanti Cahaya Putri
Abstrak :
Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik namun juga pada SWB remaja. Remaja merupakan kelompok paling rentan terhadap dampak tersebut berkaitan dengan karakteristik perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kesepian, traits kepribadian (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), dan persepsi terhadap dukungan sosial (keluarga, teman, figur yang signifikan) terhadap SWB (LS, PA, NA) remaja pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah 313 orang remaja yang tinggal di Indonesia usia 13-18 tahun (M= 15.72; SD=1) dengan tingkat pendidikan sekolah menengah (sederajat SMP dan SMA). Partisipan dipilih menggunakan metode convenience sampling, pengumpulan data dilakukan secara daring. Alat ukur dalam penelitian ini adalah Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, R-UCLA Loneliness Scale Version 3, dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Analisis data menggunakan teknik regresi hirarki berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian, traits kepribadian, dan persepsi terhadap dukungan sosial berkontribusi terhadap SWB (LS, PA, NA) remaja secara signifikan. Kontributor yang signifikan adalah kesepian, neuroticism dan openness to experience, serta persepsi terhadap dukungan sosial dari keluarga. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menyusun intervensi psikologis bagi remaja dan psikoedukasi bagi orangtua dalam meningkatkan SWB remaja pada masa pandemi. ......The COVID-19 pandemic not only has an impact on physical health but also on adolescents’ subjective well-being (SWB). Adolescent is the most vulnerable group affected by the negative consequences of COVID-19 pandemic. This research investigated the contribution of loneliness, personality trait (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), and perceived social support (family, friend, and significant figure) to adolescents’ SWB during COVID-19 pandemic. The participants were 313 of Indonesian adolescents aged 13- 18 years (M= 15.72; SD=1. 517), with junior and senior high education. Participants were selected using the convenience sampling method and data were collected online. The measuring instruments used in this study are Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, R-UCLA Loneliness Scale Version 3, and Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Data were analyzed using hierarchical multiple regression technique. The results showed that loneliness, personality traits, and perceived social support contributed to adolescent SWB (LS, PA, NA). Loneliness, neuroticism and openness to experience, and perceived social support from family were significant contributors to SWB (LS, PA, NA). This study can be implemented to develop psychological interventions for adolescents and psychoeducation for parents in increasing adolescent SWB during the pandemic.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Nuhermaria Agusta
Abstrak :
Pandemi Covid-19 membawa sejumlah tantangan dalam dunia pendidikan, kususnya terkait proses belajar-mengajar siswa. Pandemi Covid-19 membawa sejumlah konsekuensi psikologis pada kondisi emosi siswa dan hal ini memengaruhi tingkat subjective well-being secara kusus dalam konteks sekolah. Sayangnya, penelitian mengenai dampak pandemi Covid-19 pada subjective well-being di sekolah masih belum banyak dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor internal yang diperkirakan dapat menjadi prediktor dari subjective well-being siswa di sekolah. Secara lebih spesifik, penelitian ini ingin melihat peran academic resilience dan student engagement terhadap subjective well-being yang dimediasi oleh academic hope pada pelajar SMA. Partisipan penelitian ini adalah 509 siswa SMA, SMK dan MA di Jabodetabek. Analisis dilakukan menggunakan uji structural equation modelling (SEM) dan diketahui bahwa model penelitian yang dikembangkan fit dengan data (RMSEA= 0.066 , GFI=0.901, NFI =0.901). Academic hope diketahui memediasi secara penuh hubungan antara student engagement dan subjective well-being, dan memediasi parsial hubungan antara academic resilience dengan subjective well-being. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan psikolog sekolah untuk mengembangkan academic resilience, student engagement, dan juga academic hope sebagai upaya untuk meningkatkan subjective well-being siswa di sekolah. ......The Covid-19 pandemic has brought a number of challenges in the world of education, especially related learning process of students. The are some psychological consequences caused by the pandemic, it affects student’s emotional state and also the level of student’s subjective well-being, in particular in the school context. Unfortunately, research on the impact of the Covid-19 pandemic on subjective well-being in schools is still not widely carried out in Indonesia. Therefore, this study aims to look at the internal factors that are thought to be predictors of the subjective well-being of students at school. More specifically, this study wants to see the role of academic resilience and student engagement on subjective well-being mediated by academic hope in high school students. The participants of this study were 509 senior high school, vocational and MA students in Jabodetabek. The analysis was carried out using the structural equation modeling (SEM) test and it is known that the research model developed fits the data (RMSEA = 0.066 , GFI = 0.901, NFI = 0.901). Academic hope is known to fully mediate the relationship between student engagement and subjective well-being, and partially mediate the relationship between academic resilience and subjective well-being. The results of this study can be used as a reference for school psychologists to develop academic resilience, student engagement, and also academic hope as an effort to improve the subjective well-being of students in schools.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noori Lukman Pradipto
Abstrak :
Selama masa pandemi Covid-19, tantangan yang dihadapi oleh guru semakin berat dengan strategi mengajar yang baru. Hal tersebut membuat guru kesulitan untuk mempertahankan kesejahteraan psikologis mereka terutama guru perempuan yang mengajar di tingkat SD. Stres yang dirasakan oleh guru perempuan semakin bertambah dengan beban sebaga seorang ibu yang mengurus anak. Komunikasi antara anggota keluarga diasumsikandapat membantu guru untuk melewati masa sulit selama pandemi Covid-19. Penelitian inidilakukan untuk melihat peran pola komunikasi keluarga, baik dimensi conversation ataupun conformity, sebagai mediator dalam hubungan antara perceived social support dengan psychological well-being. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan teknik pengambilan sampel convenient sampling dari guru perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perceived social support dengan psychological well-being baik secara langsung (β = 0.57, t(117) = 7.91, p = 0.000), maupun tidak langsung melalui pola komunikasi keluarga dimensi conversation (coefficient = 0.42, SE = 0.07, CI = 0.27 - 0.56). Di sisi lain, pola komunikasi keluarga yang mementingkan konformitas dalam berpendapat tidak berperan sebagai mediator karena tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan psychological well-being (coefficient = -0.11, SE = 0.10, CI = -0.32 - 0.10, p = 0.300). Salah satu limitasi penelitian ini adalah penelitian ini hanya dapat dilakukan masa pandemi akan tetapi hasil yang didapatkan mengimplikasikan bahwa dukungan sosial dari berbagai pihak sangat dibutuhkan oleh guru dalam menghadapi masa pandemi agar dapat menjadi bahagia, terlepas dari pola komunikasi di rumah. Meskipun demikian, pola komunikasi yang mementingkan kehangatan dalam berpendapat dan keterbukaan dapat menjadi salah satu bentuk dukungan sosial yang menunjang psychological well-being guru di situasi pandemi. ......During the Covid-19 pandemic, teachers are facing more challenges such as new teaching strategies. Thus, makes it difficult for teachers to maintain their psychological well-being especially female teachers who teach elementary students. Some of those female teachers have responsibilities as mothers at home. The burden of caring for children in home increasing the stress felt by these teachers. It is assumed that communication between family members can help teachers through difficult times during the Covid-19 pandemic. This research was conducted to see whether conversation or conformity dimension within family communication pattern can act as mediator in the relationship between perceived social support and psychological well-being. This research is non-experimental study with convenient sampling technique given to female teachers. The result indicates that there is significant relationship between perceived social support and family communication pattern, either directly (β = 0.57, t(117) = 7.91, p = 0.000) or indirectly through the conversation dimension within family communication family patterns (coefficient = 0.42, SE = 0.07, CI = 0.27 - 0.56). On the other hand, family with high conformity dimension do not act as mediator in relationship between perceived social support and psychological well-being (coefficient = -0.11, SE = 0.10, CI = -0.32 - 0.10, p = 0.300). One of the limitation of this study is this study can only be conducted in pandemic Covid-19 situation but the results obtained shows that social support from various sources is needed by teachers in order to be mentally healthy and happy regardless of communication patterns at home. However, communication patterns that emphasize warmth and openness can be one of the social support that teachers needed in this pandemic situation.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Rachmawati Sugianto
Abstrak :
Pada umumnya, semua orang setelah dewasa akan menikah. Namun ada orang-orang yang belum menikah meskipun telah berusia lebih dari usia yang dianggap lazim untuk menikah, yang disebut orang lajang. Dengan mempertimbangkan definisi orang lajang dari Cargan dan Melko, teori perkembangan dari Havighurst dan usia rata-rata pernikahan di Indonesia, maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan orang lajang adalah orang-orang berusia 30 tahun atau lebih yang belum pemah menikah. Kehidupan sebagai orang Iajang seperti memiliki dua sisi. Di satu pihak orang lajang memperoleh keuntungan-keuntungan dari kesendiriannya, tetapi di lain pihak ia juga harus menghadapi berbagai masalah dan stereotipe dari masyarakat yang sebagian besar bersifat negatif. Dalam dua dekade terakhir ini jumlah orang lajang terus bertambah, termasuk di wilayah DKI Jakarta. Para ahli manca negara pun mcrasa tertarik untuk meneliti orang lajang, khususnya yang berkaitan dengan psychological well-being. Hasilnya ternyata kontroversial. Ada para ahli yang menemukan bahwa status Iajang berhubungan dengan psychological well-being dan ada pula yang tidak menemukan hubungan antara keduanya. Selain hasil yang kontroversial, peneiitian-penelitian tersebut juga dilakukan di luar Indonesia dan pada tahun 80-an. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah hasil-hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di Indonesia dan masih relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini. Di samping itu, kehidupan orang lajang dengan segala keunntungan dan masalah yang diperoleh dari kesendiriannya menimbulkan pertanyaan, yaitu bagaimanakah psychological well-being mereka. Apakah ada hubungan yang signifikan antara status lajang dengan psychological well-being. Selanjutnya karena adanya perbedaan kondisi antara pria lajang dengan wanita lajang, maka akan diteliti juga apakah ada perbedaan nilai rata-rata psychological well-being antara pria lajang dengan pria menikah; antara wanita lajang dengan wanita menikah, antara pria lajang dengan wanita lajang dan antara pria menikah dengan wanita menikah. Mengingat psychological well-being juga berkaitan dengan tingkat pendidikan diri tingkat penghasilan, maka juga diteliti apakah ada perbedaan psychological well-being pada subyek dengan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan yang berbeda. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psychological well-being dari Ryff serta berbagai teori yang menggambarkan kehidupan orang lajang Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan teknik incidental sampling dengan karakteristik pria atau wanita, belum pernah menikah atau yang sudah menikah, berusia 30-40 tahun, bekerja, tamat SLTA dan berdomisili di Jakarta Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perhitungan persentase, korelasi point-biserial dan ANOVA. Uji validitas dilakul-can dengan menggunakan teknik korelasi Pearson dan uji reliabilitas dilakukan dengan teknik alpha Cronbach. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara status lajang dengan psychological well-being. Juga tidak ditemukan adanya perbedaan nilai rata-rata psychological well-being yang signifikan antara pria lajang dengan pria menikah; antara wanita lajang dengan wanita menikah; antara pria menikah dengan wanita menikah; antara pria lajang dengan wanita lajang; antara subyek dengan tingkat pendidikan berbeda dan antara subyek dengan tingkat penghasilan berbeda. Hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan karena alat yang tidak mengukur, presentase subyek yang kurang berimbang atau karena sebenarnya hubungan antara status Iajang dengan psychological well-being Iebih terkait dengan kualitas hidup melajang itu sendiri. Saran yang disampaikan penulis bagi penelitian selanjutnya adalah penyempurnaan alat ukur, menggali lebih dalam mengenai kualitas hidup subyek serta melengkapi pengukuran kuantitatif dengan wawancara mendalam. Sedangkan saran-saran praktisnya adalah agar orang-orang lajang tidak perlu merasa rendah diri, dan kepada masyarakat agar dapat lebih menerima orang lajang sebagai bagian dari mereka, serta yang terakhir kiranya para konselor yang terkait dengan permasalahan orang lajang dapat menggunakan hasil ini untuk membantu orang lajang lebih memahami dirinya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primalita Putri Distina
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya perbedaan tantangan dan beban mengajar pada guru SMA dan SMK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan psychological well being pada guru sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan di Kabupaten Bangka Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner Penelitian ini menggunakan alat ukur Ryff rsquo s Scale of Psychological Well Being yang telah diadaptasi oleh kelompok payung penelitian Psychological Well Being 2012 Responden dalam penelitian ini berjumlah 152 guru terdiri dari 74 guru SMA dan 78 guru SMK di Kabupaten Bangka Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan skor mean psychological well being yang signifikan pada guru SMA dan SMK di Kabupaten Bangka r 152 1 801 p 0 074 signifikan pada L o S 0 05 Hasil tersebut dapat diartikan tidak terdapat perbedaan psychological well being pada guru SMA dan SMK di Kabupaten Bangka. ......This reseacrh was conduct because of there rsquo re difference of challenge and teaching loads between senior high school teachers and vocational high school teachers This research aims to describe the difference of psychological well being among senior high school and vocational high school teachers in Bangka Regency This research used quantitative approach by collecting data through questionnaires This research used Ryff rsquo s Scale of Psychological Well Being which adopted by a research team of psychological well being in 2012 The respondents in this research were 152 teachers with 74 from senior high school teachers and 78 from vocational high school teachers in Bangka Regency The result showed there rsquo s no significant difference of psychological well being among senior high school and vocational high school teachers in Bangka Regency r 152 1 801 p 0 074 significant at L o S 0 05 This result indicated there rsquo s no difference of psychological well being among senior high school and vocational high school teachers in Bangka Regency.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geulis Nabila Azkarini
Abstrak :
Kondisi pandemi COVID-19 hingga masa peralihan saat ini berdampak pada seluruh sektor industri di Indonesia, salah satunya jasa keuangan non-bank... ......The COVID-19 pandemic to the current post-pandemic transitional period has impacted all industrial sectors in Indonesia, including non-bank financial services...
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradnya Corinelia
Abstrak :
Kegiatan perilaku prososial semakin sering terjadi pada situasi krisis, seperti situasi pandemi COVID-19. Dalam upaya pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19, pemerintah membuat kebijakan pembatasan sosial sehingga memengaruhi kondisi well-being masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara perilaku prososial dan well-being pada dewasa muda setelah berakhirnya pembatasan sosial COVID-19. Sejumlah 409 individu dewasa muda berusia 18-29 tahun yang berdomisili di Jabodetabek berpartisipasi dalam penelitian ini. Perilaku prososial diukur menggunakan alat ukur Prosocialness Scale for Adults (PSA) (Caprara dkk., 2005) dan well-being diukur menggunakan alat ukur PERMA Profiler (Butler & Kern, 2016). Hasil analisis korelasi menggunakan Pearson correlation menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara perilaku prososial dan well-being (r(409)= 0.487, p < 0.01, r2=0.237). ......Prosocial activities are happening more often during the time of a crisis, like the COVID-19 pandemic situation. As a measure to prevent and manage the COVID-19 pandemic, changes in regulations are made by the government which limit people’s daily activities and thus potentially affect their well-being. Therefore, this study aimed to see a relationship between prosocial behavior and well-being in young adults’ post COVID-19 pandemic. The study sample is 409 young adults between the ages of 18-29 years old living in Jakarta greater area (Jabodetabek). Prosocial behavior was assessed with Prosocialness Scale for Adults (PSA) (Caprara et al., 2005) and well-being was assessed with the PERMA Profiler (Butler & Kern, 2016). Result in correlation by Pearson correlation technique shows a significant and positive relationship between prosocial behavior and well-being (r(409)= 0.487, p < 0.01, r2=0.237).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Larissa Dewi
Abstrak :

Social comparison dalam bidang akademik mengacu pada kecenderungan individu untuk membandingkan kinerja akademik, kemampuan, atau prestasi mereka dengan rekan-rekannya dalam lingkungan akademik. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa social comparison dikaitkan dengan dampak negatif yang memengaruhi psychological well-being. Namun, temuan lain menunjukkan bahwa social comparison juga dapat menjadi faktor protektif. Memahami faktor protektif dan faktor risiko yang memengaruhi psychological well-being menjadi penting untuk mendukung kesejahteraan psikologis mahasiswa. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran social comparison dalam konteks akademik terhadap psychological well-being serta mengidentifikasi dimensi apakah yang paling berperan terhadap psychological well-being mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Penelitian ini melibatkan 152 partisipan mahasiswa dengan rentang usia 20-25 tahun, dari universitas negeri maupun swasta di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah Ryff’s Psychological Well-Being Scale (RPWB) dan Academic Social Comparison Scale (ASCS). Hasil menunjukkan social comparison berkontribusi sebesar 16,1% terhadap psychological well-being mahasiswa. Dimensi yang paling berperan terhadap psychological well-being mahasiswa adalah dimensi downward comparison dan upward comparison. Penelitian ini memberikan masukan kepada penelitian selanjutnya untuk lebih mendalami faktor-faktor lainnya yang memengaruhi psychological well-being pada tingkat pendidikan tinggi.

 

Social comparison in the academic setting to the tendency of individuals to compare their academic performance, abilities, or achievements with those of their peers within an academic setting. Previous research has shown that social comparison is associated with negative impacts on psychological well-being. However, other findings suggest that social comparison can also serve as a protective factor. Understanding the protective and risk factors influencing psychological well-being is crucial to supporting the psychological welfare of students. Therefore, the aim of this study is to examine the role of social comparison in the academic context on psychological well-being and to identify which dimensions most significantly affect the psychological well-being of students working on their theses. This study is quantitative research with a correlational design. It involves 152 student participants, aged between 20 and 25 years, from both public and private universities in Indonesia. The measurement tools used are the Ryff’s Psychological Well-Being Scale (RPWB) and the Academic Social Comparison Scale (ASCS). The results indicate that social comparison contributes 16.1% to the psychological well-being of students. The dimensions that play the most significant role in students' psychological well-being are downward comparison and upward comparison. This study suggests that future research should further explore other factors that influence psychological well-being in higher education settings

Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Dela Pranaya Wisesa
Abstrak :
Perawat adalah bagian penting dari tenaga kesehatan di Indonesia, terutama di masa pandemi COVID-19. Perawat diketahui sebagai populasi yang rentan terhadap masalah psikologis. Terutama perawat yang juga menjalani peran sebagai ibu yang memiliki anak kecil.. Sejauh observasi peneliti, masih sedikit studi di Indonesia yang menganalisis mengenai kondisi mental perawat perempuan yang memiliki anak berusia kanak-kanak awal. Penelitian ini menganalisis perbedaan mental well-being antara perawat yang memiliki anak pada tahap perkembangan kanak-kanak awal dan perawat yang memiliki anak pada tahap perkembangan kanak tengah dan remaja, serta menganalisis variabel demografis yang ada. Menggunakan studi populasi, 102 perawat dari salah satu rumah sakit di Tangerang Selatan, berusia 25-56 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipan memiliki 1-4 anak, berusia 0-18 tahun. Mental well-being perawat diukur menggunakan Warwick Edinburgh Mental Well-Being Scale (WEMWBS). Terdapat perbedaan tingkat mental well-being yang signifikan antara perawat yang memiliki anak berusia lebih kecil atau sama dengan 6 tahun dan diatas 6 tahun. Studi ini juga menemukan adanya perbedaan yang signifikan berdasarkan pengaturan tempat tinggal. Perawat yang memiliki anak berusia dini dan tinggal bersama anak mereka memiliki tingkat mental well-being paling rendah, dan perawat yang memiliki anak berusia kanak tengah dan tinggal bersama mereka memiliki mental well-being tertinggi. ......Nurses are critical part of the health workers force in Indonesia, especially during COVID-19 pandemic. This issues coming on stronger for nurses who are also mothers with little children. According to child-rearing practices in Indonesia, mothers are responsible to take care of the children. There haven’t been much studies that analyse nurses with little children’s mental condition. This study highlights the difference of mental well-being between nurses who are mothers with early childhood aged children (0-6 years old) and non-early childhood children (older than 6 years old), also analysing demographic variables. Using population study, 102 nurses from a Hospital in South Tangerang, ranged 25-56 years old, participated in this study. The participants have a range of 1 to 4 children, aged from 0 to 18 years old. Nurses’ well-being was assessed using Warwick Edinburgh Mental Well-Being Scale. A significant difference of mental well-being was found between nurses with infant until early childhood aged, and non-early childhood aged children. Difference in mental well-being level between nurses who have early childhood aged children and nurses who have middle childhood aged children was found. In addition, this study reports a significant differences based on where the children live.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerardine Genoveva Saulina
Abstrak :
Tantangan penyesuaian peran ganda yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 memberikan dampak buruk pada psychological well-being ibu yang bekerja, khususnya pada ibu yang bekerja dengan anak kelas 1-3 sekolah dasar karena adanya tantangan perkembangan serta perubahan sistem pembelajaran akibat pandemi COVID-19. Mindful parenting merupakan gaya pengasuhan yang dapat diterapkan untuk menghindari penurunan psychological well-being. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk melihat kontribusi mindful parenting terhadap psychological well-being pada ibu bekerja dengan anak yang duduk di kelas 1 sampai dengan 3 SD. Mindful parenting dan psychological well-being pada ibu bekerja dengan anak yang duduk di kelas 1 sampai dengan 3 SD (N=310) diukur menggunakan Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale dan Ryff’s Scale of Psychological Well-being. Hasil analisis statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa mindful parenting memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap psychological well-being. ......The challenge of adjusting to multiple roles caused by the COVID-19 pandemic has a negative impact on the psychological well-being of working mothers. Especially for mothers who work with children in grades 1-3 of elementary school due to developmental challenges and changes in the learning system due to the COVID-19 pandemic. Mindful parenting is a parenting style that can be applied to avoid a decrease in psychological well-being. This correlational study aims to examine the contribution of mindful parenting to psychological well-being in working mothers with children who are in grades 1 to 3 of elementary school. Mindful parenting and psychological well-being of working mothers with children in grades 1 to 3 of elementary school (N=310) were measured using the Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale and Ryff's Scale of Psychological Well-being. The results of simple linear regression statistical analysis showed that mindful parenting had a positive and significant contribution to psychological well-being.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>