Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 406 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wan Azalan Ahmad
Singapore: FT law & Tax Asia Pacific, 1995
342 AHM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sardjono Jatiman
Depok: Universitas Indonesia. Pusat Penelitian Pranata Pembangunan, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hernowo Sulistiyo
"Peradilan Tata Usaha Negara mempunyai peranan yang sangat penting dalam menyelesaikan sengketa antara Pejabat Tata Usaha Negara dengan Rakyat. Pengaturan sengketa tata usaha negara diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986. Peradilan Tata Usaha Negara adalah peradilan yang menyelesaikan perkaraperkara administrasi negara murni.
Pokok permasalahannya bagaimana bentuk Pengawasan Peradilan Tata Usaha Negara terhadap Aparatur NegaralPemerintah, bagaimana peranan Peradilan Tata Usaha Negara sebagai pelaksana fungsi pengawasan terhadap Aparatur Negaral Pemerintah dan apa saja yang menjadi hambatan atau masalah dalam pelaksanaan Peradilan Tata Usaha Negara dalam upaya mengontroll mengawasi Aparatur NegaralPemerintah.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Iebih jauh mengenai bentuk pengawasan Peradilan Tata Usaha Negara terhadap aparatur negaral pemerintah, untuk mengetahui sejauhmana fungsi dan peranan Peradilan Tata Usaha Negara dalam mengontrol kebijakan-kebijakan Aparatur NegaralPemerintah, untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Peradilan Tata Usaha Negara dan upaya apakah yang ditempuh dalam mengatasi hambatanhambatan tersebut.
Penelitian ini berguna untuk memperdalam dan menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Peradilan Tata Usaha Negara, serta untuk mengetahui fungsi kontrol dari Peradilan Tata Usaha Negara tersebut terhadap aparatur negara/pemerintah. Penelitian menggunakan metode hukum normatif dan hukum empiris. Kesimpulannya termasuk dalam bentuk pengawasan adalah pengawasan yudisial (iudicial control) yang dilakukan oleh Peradilan Tata Usaha Negara. Peradilan Tata Usaha Negara diadakan dengan tujuan untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan rakyat.
Sebagai alat kontrol terhadap aparatur negara/pemerintah, berkaitan dengan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tentang upaya paksa yang akan dikenakan terhadap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, perlu adanya peraturan untuk melaksanakan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (eksekusi) yang tidak dilaksanakan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tentang tata cara dan mekanisme upaya paksa tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T14539
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Rosdianti
"Ketentuan mengenai peradilan administrasi dijabarkan melalui UU Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Selanjutnya UU tersebut mengalami perubahan beberapa ketentuan di dalamnya. Perubahan tersebut dituangkan di dalam UU No 9 tahun 2004 tentang Perubahan terhadap UU Nomor 5 tahun 1986 tentang PTUN. Keberadaan peradilan administrasi/TUN di Indonesia sesungguhnya adalah satu langkah maju. Pengadilan TUN menjadi satu lingkungan peradilan tersendiri yang terpisah dari peradilan umum (perdata) di mana pengadilan TUN dapat memfokuskan perhatiannya, serta berkonsentrasi hanya pada sengketa administrasi saja. Obyek sengketa peradilan ini adalah Keputusan TUN. Kewenangan pengadilan TUN untuk memutuskan sengketa kewenangan Tata Usaha Negara, menjadi semacam kontrol yudisial (judicial control) bagi pelaksanaan kepemerintahan yang baik (Good Governance) dan pelaksanaan asas-asas umum pemerintahan yang layak (AAUPL). Agar tidak ada pejabat TUN herlaku dan bertindak sewenang-wenang dengan membuat Keputusan yang tidak patut, balk secara formal maupun materiil. Peradilan TUN juga menjadi sarana bagi para pencari keadilan untuk memperoleh keadilan, sekaligus sebagai perlindungan dari pemberlakuan keputusan administratif (yang dikeluarkan oleh pejabat TUN) yang diindikasikan sewenang-wenang. Puncak dari proses peradilan adalah pada pelaksanaan eksekusi putusannya, yakni pada saa4 mana hak-hak pencari keadilan diperoleh. Pelaksanaan putusan pengadilan adalah pada cabang kekuasaan eksekutif, dalam hal ini adalah pejabat-pejabat TUN. Di Indonesia diperoleh data bahwa sebagian besar putusan Pengadilan TUN tidak dilaksanakan oleh pejabat TUN. Ini berarti bahwa putusan pengadilan yang seharusnya automatically executed, tidak terlaksana. Di Indonesia, pelaksanaan putusan bertumpu kepada kesadaran dan inisiatif pejabat TUN yang bersangkutan. Karena kesadaran hukum masih rendah, maka pengabalan putusan pengadilan oleh pejabat TUN telah mencederai penghormatan terhadap supremasi hukum sekaligus mengabaikan hak atas keadilan bagi warga negara. Sistem peradilan administrasi di Indonesia dipandang belum cukup memadai untuk memaksa para pejabat TUN melaksanakan putusan pengadilan administrasi. Hal ini diantaranya disebabkan oleh tidak tersedianya ketentuan (hukum acara) yang mengatur pelaksanaan pemberian sanksi bagi pejabat yang tidak melaksanakan putusan pengadilan TUN. Ketentuan di dalam pasal 116 huruf c,d,dan e UU Nomor 9 tahun 2004 belum dapat diimplementasikan tanpa ketentuan yang lebih rinci yang mengatur pemberian sanksi.

The focus of this study is regarding the fulfillment of right to justice through execution of administrative court's decision. Administrative Court in Indonesia is regulated within Act No.5/1986 concerning Administrative Court. In 2004, This Act is revised by the Act No.9/2004 Concerning The Revision of Act. No. 5/1985 of Administrative Court. The existence of Administrative Court is a progress, in the context of law in Indonesia. Administrative Court being a spesific court which is separated from the General Court (Frovate Court) in order to focus on its jurisdiction of administrative dispute. The Object of this Court is the decision which is made by the Government Official. This ini in the frame of administrative dispute. Within this purpose, Administrative Court is like a judicial control of the application of good governance and the general norm of a proper government. It is to make sure that the official government not to make a decision without compunction (in formal or material). Administrative Court is also a means of the citizen to get their right to justice, to be protected by the state from the decisions which are made by the official government alleged a violation in it. The top of the court process is implementation or execution of the decision of the court. It is the fulfillment of the right to justice to the citizen. The Implementation is in the executive power, in this context are government officials. But in Indonesia. We gain the data which contain the obidience of the court's decision by the most government officials. Court decision must automatically executed. But in Indonesia, it is not implemented properly. The implementation is depend on the awareness and initiative of the particular government officials to do the execution. Because of the law obedience is quite law, many problems appear regarding the negligance of these government officials. The negligance defect the supremacy of law and also the right to justice of the citizen. Administrative Court System in Indonesia has not been adequate to force the government officials to implement the court's decision. It is accasioned by insufficience of content of the regulation in Act 5/1986 and in Act 9/2004 in sanction for the government officials who are disobey the decision of administrative court. The sanction which is mentioned in article 116 c, d and f (Act No.9/2004) has not been implemented becouse there is no particularly arrangment concerning the sanction to the government officials who neglect the court decision."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24403
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christine S.T. Kansil
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
352 KAN d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Berge, J.B.J.M. ten
Zwolle: W.E.J Tjeenk Willink, 1983
BLD 342.06 BER n I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005
342.06 Pen
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rizki Dwianda Rildo
"Dalam perspektif Hukum Administrasi Negara, Negara dapat memberikan kewenangan kepada organ negara untuk mengelola aset negara melalui penyerahan wewenang. Kementerian Sekretariat Negara merupakan salah satu organ negara yang diberikan hak untuk mengelola aset negara dalam bentuk tanah melalui Hak Pengelolaan. BLU (Badan Layanan Umum) Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno dan BLU Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran adalah satuan kerja di bawah Kementerian Sekretariat Negara yang mempunyai tugas khusus yaitu mengelola tanah HPL di wilayah Senayan dan Kemayoran. Dalam prakteknya, pengelolaan aset negara tersebut menemukan kendalanya masing-masing baik yang berasal dari pihak ketiga maupun faktor eksternal seperti masyarakat. Penulisan ini memuat tentang kendala yang dialami oleh kedua BLU dan bagaimana kendala tersebut diatasi. Melalui penelitian hukum normatif ditambah dengan wawancara bersama pihak terkait, penulis menemukan beberapa fakta mengenai kasus dan cara penyelesaiannya oleh BLU terkait. Hasil Penelitian membuktikan adanya landasan hukum yang sah mengenai posisi Sekretariat Negara dalam mengelola tanah-tanah HPL. Adanya permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan penguasaan dan penggunaan tanah-tanah HPL sebagian telah selesai dan pada kasus Yaporti hingga saat penelitian ini dilakukan masih belum terselesaikan.

Abstract
From Administrative Law perspective, the State has the ability in giving authorities to its organ through decentralization. State Secretary Ministry is one of the State's organ which given the right to manage lands national asset through Management Right (Hak Pengelolaan/HPL). Gelora Bung Karno Complex Management Center and Kemayoran Complex Management Center are Public Services Agencies (Badan Layanan Umum/BLU). Both of them are working units and State Secretary Ministry's subordinates, which having same specific duty managing management right in Senayan and Kemayoran. In its implication, land national management asset found their problems itself, either they came from third party in agreement or external factor such as society. This thesis shows Public Services Agencies' problems and the way they try to solve them. The writer has found some facts and problem solving by Public Services Agencies related through normative research and having some interviews. Research results does prove that The State Secretary has legitimation under law and regulation to manage over Management Right lands. Also has been found that dispute happened through lands are settled and on Yaporti case still not overcome. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S331
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haarlem: H.D. Tjeenk Willink & Zoon N.V., 1942?
BLD 342.06 GES
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>