Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imelda Masrin
"Karsinoma nasofaring (KNF) di Indonesia merupakan tumor ganas kepala dan leher terbanyak dan berada di peringkat ke empat dari seluruh keganasan pada tubuh manusia setelah tumor ganas serviks, tumor payudara dan tumor kulit.
Kemajuan ilnmu pengetahuan dan teknologi dalam menegakkan diagnosis keganasan pada umumnya dan karsinoma nasofaring khususnya adalah dengan pemeriksaan histopatologik atau sitologik. Pemeriksaan penunjang lainnya, antara lain pemeriksaan radio diagnostik seperti Tomografi komputer (CT Scan), Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI), pemeriksaan serologi, imunohistokimia dan patologi molekuler.
Karsinoma nasofaring adalah suatu tumor yang berasal dari sel-sel epitel yang melapisi daerah nasofaring. Karsinoma nasofaring pertama-tama diperkenalkan oleh Regaud dan Schmineke pada tahun 1921.
Karsinoma nasofaring adalah suatu tumor ganas yang relatif jarang ditemukan pada beberapa tempat seperti Amerika Utara dan Eropa dengan insidens penyakit 1 per 100.000 penduduk. Penyakit ini lebih sating terdapat di Asia Tenggara termasuk Cina, Hong Kong, Singapura, Malaysia dan Taiwan dengan insidens antara 10 - 53 kasus per 100.000 penduduk. Di daerah India Timur Laut, insidens pada daerah endemis antara 25 sampai 50 kasus per 100.000 penduduk.
Penelitian terhadap penyakit karsinoma nasofaring ini mendapat banyak perhatian. Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi yang cukup kompleks dari etiologi penyakit seperti faktor genetika, virus (Epstein-Barr) dan faktor lingkungan (nitrosamin di dalam ikan asin). Pada tahun 1985 Ho menyatakan sebuah hipotesis bahwa sebagai etiologi dari karsinoma nasofaring adalah infeksi dari virus Epstein-Barr.
Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang dapat menginfeksi lebih dari 90% populasi manusia di seluruh dunia. Virus Epstein-Barr merupakan salah satu penyebab dari infeksi mononukieosis. Karsinoma nasofaring adalah neoplasma epitel nasofaring yang sangat konsisten dengan infeksi EBV. Infeksi primer pada umumnya terjadi pada anak-anak dan bersifat asimptomatik. Infeksi primer dapat menyebabkan virus persisten dimana virus memasuki periode laten di dalam Iimfosit B. Periode laten dapat mengalami reaktivasi spontan ke periode litik, yaitu terjadi replikasi DNA EBV, dilanjutkan dengan pembentukan virion baru dalam jumlah besar, sehingga sel pejamu menjadi lisis dan virion dilepaskan ke sirkulasi. Sel yang terinfeksi EBV mengekspresikan antigen virus yang spesifik . EBV mempunyai potensi onkogenik untuk mengubah sel yang terinfeksi menjadi sel gangs seperti KNF, retikulosis polimorfik dan limfoma Burkitt. Virus Epstein-Barr memegang peranan penting dalam terjadinya keganasan, tetapi virus ini bukan satu-satunya penyebab dari timbulnya karsinoma nasofaring. Transmisi dari virus Epstein-Barr membutuhkan kontak yang erat dengan saliva sesenrang yang terinfeksi dengan virus ini. Banyak orang sehat dapat membawa dan menyebarkan virus secara intermiten di dalam kehidupannya, sehingga transmisi virus ini pada sebagian manusia tidak mungkin untuk dicegah."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Djuanda
"ABSTRAK
Ruang lingkup, bahan dan cara penelitian : Telah dilakukan penelitian retrospektif di Departemen Patologi Anatomik FKUI RRSUPN CM. Sampel diambil dari Arsip Departemen PatoIogi Anatomik dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2003. Gambaran histologik melanoma malignum dinilai uang, yaitu tipe Nodular Melanoma, tipe Superficial Spreading Melanoma dan tipe Acral Lenligineous Melanoma.
Dilakukan pewarnaan ulang HE dan imunoperoksidase dengan menggunakan antibodi Ki67. Penghitungan jumlah mitosis dilakukan dengan menghitung jumlah mitosis/kuadrat milimeter pada 10 LPB secara acak. Penilaian ketebalan tumor dilakukan menurut Breslow. Perkalian antara ketebalan tumor dan jumlah mitosis dilakukan untuk penentuan indeks prognosis. Penghitungan positifitas Ki67 pada inti sel yang berwarna coklat tua dilakukan pada 500 sel secara acak. Untuk mengetahui hubungan berbanding terbalik antara ekspresi Ki67 dengan indeks prognosis dilakukan uji korelasi non parametrik 2x2 dengan uji Pearson. Uji korelasi parametrik dilakukan dengan uji Tukey dan Duncan.
Hasil dan kesimpulan: Dan 20 kasus MM (11 kasus NM, 5 kasus ALM dan 4 kasus SSM), didapatkan 17 kasus MM (10 kasus NM, 4 kasus ALM dan 3 kasus SSM) yang positif mengekspresikan Ki67, 3 kasus yang tidak mengekspresikan Ki67 terdiri atas 1 kasus NM, 1 kasus ALM dan I kasus SSM. Dua puluh kasus MM menunjukkan 12 kasus dengan Breslow > 4 mm (8 kasus NM dan 4 kasus ALM), sedangkan 8 kasus dengan Breslow < 4 mm (3 kasus NM , 1 kasus ALM dan 4 kasus SSM).
Pada 4 kasus SSM 3 kasus mengekspresikan Ki67 positif 1 dan 1 kasus tidak mengekspresikan Ki67. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan bermakna antara ketebalan tumor Breslow dengan indeks proliferasi Ki67. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa antibodi monoklonal Ki67 sebagai petanda proliferasi dapat digunakan sebagai indikator dalam memprediksi prognosis dan kemungkinan terjadinya early metastasis pada penderita MM yang mempunyai nilai ketebalan Breslow rendah, seperti pada jenis SSM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Aginta Mega Lestari Br.
"ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui pencapaian IPSG oleh tenaga kesehatan di departemen obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode: Penelitian ini menggunakan disain potong lintang di RSCM dengan menggunakan kuisioner. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dicatat dan data yang diperoleh diolah secara statistik.
Hasil: Dari data yang dikumpulkan sejak Mei hingga Agustus 2018 didapatkan pencapaian International Patient Safety Goals(IPSG) oleh tenaga kerja di departemen obstetri dan ginekologi di RSCM yaitu untuk IPSG 1 92,4%, IPSG 2 94,4%, IPSG 3 95,1%, IPSG 4 88,7%, IPSG 5 88,7% dan IPSG 6 84,9 %. Lama bekerja di unit yang bersangkutan, lama kerja sejak lulus, harapan gaji yang diterima, supervisi yang dirasakan oleh tenaga kesehatan dan tingkat pendidikan terakhir tenaga kesehatan memiliki hubungan yang bermakna terhadap pencapaian IPSG.
Kesimpulan: Pencapaian IPSG oleh tenaga kesehatan di departemen obstetri dan ginekologi RSCM adalah cukup tinggi. Pencapaian yang cukup tinggi tersebut berhubungan dengan beberapa karakteristik, faktor psikologis dan faktor organisasi.

ABSTRACT
Objective: To know the IPSG achievement by medical staff at obstetry and gynecology department on Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) and to know the other factors that influence the achievement.
Method: This research used cross sectional design with randomized sampling. Data that fulfilled the inclusion criteria were collected and analyzed.
Results: From the data that we collected since May until August 2018 conclude that the International Patient Safety Goals (IPSG) achievement by medical staff at obstetry and gynecology department on RSCM are 92,4% for IPSG 1, 94,4% for IPSG 2, 95,1% for IPSG 3, 88,7% for IPSG 4 and 84,9% for IPSG 5. There was a correlation between the length of time working in the same unit, length of time since graduation, the salary that the medical staff expected, supervise, and the last education of the medical staff with IPSG achievement.
Conclusion: IPSG achievement by medical staff at obstetry and gynecology on RSCM is high. The achievement is correlate with some of the characteristics, psychological and organization."
2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain
"Indonesian females lecture are expected to perform double roles to do their jobs and to take care of their families. This condition may create conflicts if female lecturers cannot perform their duties as expected by their employers and families. These conflicts then turn into mental pressure and experiences of burnout. The aim of this study is to find out the impacts of work-family conflicts and burnout among female lecturers. The subjects of this study are 160 lecturers who are female, are married, and have children. Research data are generated using family-work conflict scale and burnout scale. The data are analyzed using regression analysis technique. The results of data analysis also show that the conflict between work and family strongly associate with burnout among female lecturers. The result findings also show that there are two dimensions of work-family conflicts which may cause burnout: behavior-based conflict dan timebased conflict. By implication, this study can help expand the understanding of burnout among female lecturers which may lead to the improvement of the quality of their working environments. In this way, better understanding of the impacts of living environments and individual characteristics on burnnouts can benefit the lecturers themselves and the institutions they work at.

Tridarma perguruan tinggi menuntut dosen untuk lebih optimal menjalankan tugas di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Di sisi lain, wanita di Indonesia dituntut untuk menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak di rumah. Kondisi ini dapat menimbulkan konflik jika dosen wanita tidak mampu memenuhi kewajibannya di pekerjaan maupun di keluarga. Konflik yang terjadi akan menyebabkan tekanan yang pada akhirnya menimbulkan burnout. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak konflik pekerjaan-keluarga terhadap burnout pada dosen wanita. Subjek pada penelitian ini adalah 160 dosen wanita, menikah, dan telah memilikki anak. Data penelitian diungkap dengan skala work family conflict dan skala burnout. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh terhadap burnout di kalangan dosen wanita. Hasil analisis juga menunjukkan ada dua dimensi konflik pekerjaan-keluarga yang berpengaruh terhadap burnout yaitu behaviour-based conflict dan time-based conflict. Implikasi dari studi ini dapat membantu meningkatkan pemahaman mengenai burnout yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bekerja. Pemahaman akan pengaruh lingkungan dan pribadi terhadap burnout memiliki keuntungan bagi lembaga dan dosen."
Medan: Universitas Sumatera Utara. Faculty of Psychology, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Husein Umar
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013
001.4 HUS d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemphigus vulgaris is an autoimmune–mediated disease of skin and mucous membran leading to progressive blistering and chronic erosions. It often begins with blister formations which easily rupture. The characteristic feature is positive nikolsky sign which may or not be presented simultaneously. Infrequently, ocular involvement may be seen as conjunctivitis. Establishment of early definite diagnosis is critical and requires correlation of clinical and histopathological findings. Because of this conditon is a potentially life-threatening, the risk of complications and mortality rate increases if initial management is non comprehensive and inadequate. Treatment is directed at supression of autoimmune process, typically administration of corticosteroids. This article report a case in a 51 years old woman who had painful chronic oral ulcer and poor general health condition. Prior to the visit to Oral Medicine clinic, patient was treated by her general practitioners for several months, without either established diagnosis nor comprehensive and adequate management, so that she had no clinical improvement. Clinical examination at the first visit in Oral
Medicine clinic Cipto Mangunkusumo Hospital, revealed bula in the skin, conjunctivitis, easily bleed oral mucosae, widespread erosions and ulcerations of the lips, gingiva, tongue, and buccal mucosae. Biopsy of one of skin erosions demonstarting suprabasal intraepithelial acantholysis. Multi divisions in Cipto Mangunkusumo Hospital, such as Oral Medicine, Dermatology, Internal Medicine, Ophtalmology, ENT, were involved in treating this case. Patient received high dose methylprednisolone sistemically and prednisone topically for the lips. General remission achieved in several days. Thus, establishment of early definite diagnosis and adequate management are important in management of Pemphigus vulgaris."
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Suzana
"Keselamatan pasien merupakan hal yang sangat mendasar dalam pelayanankepada pasien di rumah sakit. Sebagai langkah awal dalam upaya meningkatkankeselamatan pasien di rumah sakit adalah dengan mengukur budaya keselamatanpasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepemimpinantransformasional, kerjasama tim, dan kesadaran individual dengan budaya keselamatanpasien di Rumah Sakit Prima Medika RSPM Denpasar. Metode yang digunakanadalah metode campuran mix method. Pendekatan kuantitatif menggunakan jenispenelitian potong-lintang cross-sectional. Kuesioner dibagikan kepada sampelsebanyak 218 responden. Pada pendekatan kualitatif dilakukan penelusuran lebih lanjutterhadap hal-hal yang dirasa masih belum terjawab, untuk melengkapi penjelasan hasilpenelitian kuantitatif.
Analisis statistik menggunakan Structural Equation Modelling SEM, dengan program STATA-SE 12.1. Wawancara mendalam dilakukan denganDireksi RSPM dan pegawai yang terkait, untuk konfirmasi hasil penelittian. Hasilanalisis menunjukkan variabel independen yang saling berhubungan yaituKepemimpinan Transformasional, Kesadaran Individual, dan Kerjasama Tim, danketiganya berhubungan secara bemakna dengan variabel dependen BudayaKeselamatan Pasien p.

Patient safety is very basic in the service to patients in the hospital. As a firststep in improving patient safety in hospitals is by measuring the patient 39 s safety culture.The purpose of this research is to know the relationship of transformational leadership,teamwork, and individual awareness to patient safety culture at Prima Medika Hospital RSPM Denpasar. The method used is mix method. The quantitative approach usescross sectional research. Questionnaires were distributed to a sample of 218respondents. In a qualitative approach, further searches on things that remainunanswered, to complement the explanation of the results of quantitative research.
Statistical analysis using Structural Equation Modeling SEM, with STATA SE 12.1program. In depth interviews were conducted with the RSPM Board of Directors andrelevant employees, to confirm the results of the study. The results of the analysis showthat the independent variables are Transformational Leadership, Individual Awareness,and Team Cooperation, and all three are related significantly to the dependent variableof Patient Safety Culture p.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Sedia
"Klien stroke dengan hipertensi dari tahun ke tahun terus meningkat, sehingga keadaanini menjadi hal penting untuk dikelola dengan baik. World Health Organisation bahwapada tahun 2030 ada 23,3 juta kematian oleh karena penderita penyakit Jantung danStroke dan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 penderita stroke yangterdiagnosa di Indonsia sebanyak 1.236.825 orang. Penderita stroke di rumah sakittempat dilakukan penilitian selama empat tahun terakhir mencapai 351 orang, sehinggaini memberikan gambaran bahwa stroke merupakan penyakit yang memerlukanperawatan dan pengobatan yang lebih serius. Tujuan penelitian ini adalah untukmengembangkan model perencanaan pulang klien stroke dengan hipertensi. Metode:riset operasiobnal dengan 3 tahap. Yaitu tahap 1, identifikasi alur dan masalah sertakebutuhan perncanaan pemulang klien, tahap 2 dikembangkanya draft model dan modulberdasarkan data dasar dari hasil tahap 1. Telaah literatur dan konsultasi pakar, tahap 3,validasi model dan modul dengan kuasi eksperimen. Data dikumpulkan menggunakanFGD Focus Group Discussion dan Wawancara Mendalam pada tahap 1 denganinforman penelitian 33 orang. Partisipan tahap 3 uji model adalah keluarga 21 sebelumdan 37 orang sesudah, klien 33 sebelum dan 37 orang sesudah, dan perawat 37 orangsebelum dan sesudah dilakukan intervensi model. Data dikumpulkan dengan pre posttest. Analisa data tahap satu dengan analisa konten dan tahap uji model denganmenggunakan SPSS. Hasil tahap satu didapat alur klien masuk sampai pulang,kebutuhan dan masalah dalam perencanaan pulang. Hasil uji coba model bahwakemandirian klien bermakna signifikan dengan Pvalue =0.00 lebih kecil dari Pvalue =0.05, kepuasan klien tidak signifikan karena Pvalue =0.40 lebih besar dari Pvalue =0.05, kepuasan keluarga bermakna signifikan karena Pvalue =0.025 lebih kecil dariPvaleu = 0.05, sementara hasil kepuasan perawat sangat bermakna signifikan denganPvalue = 0.00 lebih kecil dari Pvalue = 0.05. Disimpulkan bahwa model perencanaanpulang diperlukan untuk memberikan pelayanan perawatan dan pengobatan kepadaklien, dan dapat digunakan tenaga kesehatan untuk melaksanakan perawatan danpengobatan. Merupakan saran agar manajemen rumah sakit membuat kebijakan danmempersiapkan perangkat sehubungan pelaksanaan perencanaan pulang bagi klien.

Stroke client with hypertension increasing from time to time, this condition need tomanage very well. Wod Health Organization mentioned on year of 2030 have 23.3million dead caused of blood hypertension, and based on resulted of Riset KesehatanDasar on 2013, the stroke case 1.236.825 or 7 of Indonesian population. Stroke casedata in the hospitals where this research been done for the last 4 years reach 351 people,which providing us with a focus that stroke is a disease that need a more serioustreatments. The objectives of the research is developt Discharge Planning stroke clients.Operation research was apply with 3 phase, and first phase is to identify the gate cliententered to hospital, need and problems that face in conduct Discharge Planning. Phasetwo is to developt model and modul draft of discharge planning, and phase three is tovalidate model and modul that developt. Phase one the data was collected by FocusGroup Discussion and indept interview with 33 nurses participant. Phase validatemodel and conternt analysis and phase 3 used computer. Phase 3 found that the resultsof the test for the model are client self-efficacy provide a significant value withPvalue=0,00 lower than Pvalue= 0.05, client satisfaction is not significant with Pvalue =0.40 higher than Pvalue = 0.05, family satisfaction provide a significant value withPvalue = 0.025 lower than the Pvalue= 0.05, while nurse satisfaction provide asignificant value with Pvalue = 0.00 lower than Pvalue = 0.05. The conclustion takenfrom this research is that discharge planning model is needed to provide care andmedication service to client and can be used by healthcare team to perform the treatmentand medication. It is suggested to the hospital management to create a policy andprepare the infrastructure related to the implementation of discharge planning model fora client."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
D2479
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyo Ari Nugroho
"Latar Belakang : Stroke iskemi adalah penyebab kematian ketiga terbesar dan merupakan penyebab disablitias terbesar di Amerika Serikat dan negara negara industri. CT scan adalah modalitas pertama yang dapat digunakan untuk menilai terjadinya perubahan iskemik awal tersebut. ASPECTS dikembangkan untuk meningkatkan manfaat dari pemeriksaan CT dengan melakukan penggolongan yang dapat diulang untuk menilai perubahan iskemik awal (< 3 jam onset) pada pemeriksaan CT sebelum tata laksana dengan stroke iskemik akut dari sirkulasi anterior. Di RSUPN Cipto Mangunkusumo belum terdapat nilai kesesuaian inter obeserver terhadap nilai ASPECTS pada pasien stroke iskemi.
Tujuan : Mengetahui tingkat kesesuaian inter observer penilaian Alberta Stroke Program Early CT score pada pasien stroke iskemi di RSUPN Citpto Mangunkusumo, Jakarta
Metode : Penelitian ini merupakan studi analitik komparatif menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder dari PACS. Sampel penelitian berjumlah 47 pasien penderita stroke iskemik yang menjalani pemeriksaan CT scan kepala di Departemen Radiologi RSUPN Cipto Mangunkusumo periode Januari 2012 hingga November 2018. Penelitian dilakukan sejak Februari hingga Maret 2019. Penilaian ASPECT score dilakukan pada 3 windowing WL 40 WW 7, WL 40 WW 40, WL 32 WW 8 oleh 3 observer yand dilakukan secara random.
Hasil : Terdapat kesesuaian yang baik antara 3 observer pada wndowing WL 40 WW 70 dengan K > 0,9 (p < 0,001) dan WL 40 WW 40 dengan K 0,82 - 0,92 (p < 0,001). Sementara windowing dengan WL 32 WW 8 memiliki kesesuaian yang buruk antara 3 observer dengan K 0,02 (P = 0,849), K 0,22 (P < 0,01) dan K 0,23 (P = 0,01).
Kesimpulan : Terdapat kesesuaian interobserver yang tinggi dengan windowing WL 40 WW 70 dan WL 40 WW 40 pada pasien stroke iskemi di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Terdapat kesesuaian interobserver yang rendah pada penggunaan windowing WL 32 WW 8.

Background : Ischemis stroke is third leading cause of death and disability in US and developed countries. CT scan is the first modality of choice that can be used to evaluate those ischemic changes. ASPECTS developed for increasing the benefit from CT scan examination by categorizing that can be repeated to evaluate early ischemic changes (< 3 hours of onset) in CT scan examination pre treatment of acute ischemic stroke from the anterior circulation. There have been no inter observer conformity for ASPECTS of ischemic stroke in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Purpose : To evaluate inter observer conformity of Alberta Stroke Program Early CT Score of ischemic stroke in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Method : This study used cross sectional design with secondary data from PACS. There are 47 samples of ischemic stroke patients that undergoes head CT scan in Radiology Department Cipto Mangunkusumo Hospital from periods of January 2012 to November 2018. This study conducted from February to March 2019. ASPECT score evaluated with 3 windowing WL 40 WW 7, WL 40 WW 40, WL 32 WW 8 by 3 observer at random.
Result : There are good conformity between 3 observers in windowing WL 40 WW 70 with K > 0,9 (p < 0,001) and WL 40 WW 40 with K 0,82 -0,92 (p < 0,001). While windowing WL 32 WW 8 with poor conformity between 3 observers with K 0,02 (P = 0,849), K 0,22 (P < 0,01) and K 0,23 (P = 0,01).
Conclusion : There are high inter observer conformity in windowing WL 40 WW 70 and WL 40 WW 40 on stroke ischemic patient in Cipto Mangunkusumo Hospital, while there are poor conformity in windowing WL 32 WW 8.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Torana Kurniawan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker serviks stadium lanjut lokal (IIB-IIIB) masih menjadi beban kesehatan di Indonesia saat ini. Radiasi menjadi modalitas utama terapi pada stadium ini. Programmed Death-Ligand 1 (PD-L1) merupakan sebuah ligand yang diekspresikan pada sel tumor yang terkait dengan proses immune escape. Sampai saat ini belum diketahui karakteristik kadar PD-L1 pada karsinoma sel skuamosa (KSS) serviks stadium lanjut lokal serta pengaruh radiasi terhadap ekspresinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik PD-L1 intratumoral pada kanker serviks stadium lanjut lokal serta pengaruh radiasi eksterna terhadap ekspresinya. Metode: Dilakukan pemeriksaan kadar PD-L1 pada sampel biopsi serviks dengan 2 metode, yaitu Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA) dan immunohistokimia (IHK). Pengambilan sampel dilakukan dua kali, yaitu preradiasi dan pascaradiasi eksterna. Dilakukan analisis statistik untuk mengetahui perbedaan kadar antara sebelum dan sesudah radiasi. Selain itu dilakukan analisis untuk melihat kesesuaian antara kadar yang ditunjukkan pada metode ELISA dengan metode IHK. Hasil: Didapatkan 29 sampel KSS serviks stadium lanjut lokal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dari pemeriksaan IHK, didapatkan bahwa PD-L1 diekspresikan hampir pada seluruh subjek (96,5%). Didapatkan nilai median PD-L1 ELISA preradiasi 409,19 pg/mg protein (59,80-3011,30), pascaradiasi 444,40 pg/mg protein (27,24-3217,85). Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut (p = 0,804). Pada analisis receiver operating characteristics (ROC) didapatkan nilai ELISA >400 pg/mg protein bersifat prediktif menyebabkan terjadinya penurunan kadar ELISA pascaradiasi. Terdapat kesesuaian antara kadar PD-L1 metode ELISA dengan metode IHK, dimana nilai ELISA > 499 pg/mg protein cenderung menunjukkan nilai grade 3 pada pemeriksaan IHK. Kesimpulan: PD-L1 diekspresikan positif pada KSS serviks uteri stadium lanjut lokal. Tidak terlalu jelas efek radiasi dalam menyebabkan naik-turunnya ekspresi PD-L1. Pemeriksaan ELISA mempunyai potensi untuk dipertimbangkan mewakili hasil pemeriksaan IHK, namun perlu bukti yang lebih kuat berupa penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

ABSTRACT
Background: Locally advanced cervical cancer (IIB-IIIB) remains a health burden in Indonesia. Radiation is the main modality of therapy at this stage. PD-L1 is a ligand that is expressed in tumor cells associated with the immune escape process. Until now there is no clear characteristics of PD-L1 levels in locally advanced-stage cervical SCC and the effect of radiation on its expression. This study is aimed to look for the intratumoral PD-L1 characteristics in locally advanced cervical cancer and the effect of external radiation on its expression. Method: PD-L1 levels were examined on cervical biopsy samples using two methods, i.e. ELISA and IHC. Biopsy was carried out twice, preradiation and post-external radiation. Statistical analysis was performed to determine differences in levels between before and after radiation. In addition, an analysis was conducted to see the conformity between the levels indicated in the ELISA method and the IHC method. Results: Twenty nine samples of local advanced cervical SCC were obtained that met the inclusion and exclusion criteria. From the IHC examination, it was found that PD-L1 was expressed in almost all subjects (96.5%). The median PD-L1 concentration of ELISA PD-L1 preradiation was 409.19 pg / mg protein (59.80-3011.30), post-radiation 444.40 pg / mg protein (27.24-3217.85). No significant difference was found between the two groups (p = 0.804). In the ROC analysis it was found that ELISA values > 400 pg / mg protein were predictive to cause a decrease in postradiation ELISA levels. There is a conformality between the levels of PD-L1 ELISA method with the IHC method, where the ELISA value > 499 pg/mg of protein tends to show grade 3 values ​​on the IHC examination. Conclusion: PD-L1 was expressed positively in locally advanced cervical SCC. The effects of radiation in causing the ups and downs of the expression of PD-L1 is not very clear. ELISA examination has the potential to be considered as a representative to the results of the IHC examination, but stronger evidence is needed in the form of study with a larger number of samples."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>