Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridwan
"Pada daerah DKI Jakarta dari tahun 2003 - 2007 terjadi peningkatan secara perlahan dalam jumlah kasus kebakaran bangunan pribadi dan dari tahun 2003 - 2008 jumlah persentase pokok benda yang terbakar pada bencana kebakaran di DKI Jakarta untuk bangunan pribadi menempati porsi terbesar mencapai 45% dari total kasus. Untuk mangkaji hal itu dilakukan penelitian ini.
Pada penelitian ini, arah penelitianya difokuskan pada kajian simulasi, eksperimental mengenai pengaruh jarak dan ketinggian bangunan terhadap penyebaran nyala api pada kebakaran antar bagunan di pemukiman penduduk. Pada penelitian ini metode pendekatan dan pengamatan masalah dilakukan dengan pengkajian hasil survei dan simulasi yang dibuat dengan software FDS (NIST), sedangkan untuk eksperimen penelitian dilakukan dengan mereduksi skala eksperimen.
Dari observasi hasil penelitian ketersedian jarak dan akses antar bangunan merupakan hal yang penting untuk dikaji dalam penataan pemukiman karena jarak antar bangunan yang cukup akan memberikan kemudahan dalam mitigasi bencana serta yang terpenting pada penyebaran api, jarak yang cukup dapat mengurangi probabilitas bahaya dan resiko.
Selain jarak, ketinggian bangunan juga menjadi hal pokok dalam penyebaran api karena keberadaan target yang lebih tinggi pada jarak yang sama akan memberikan dampak probabilitas resiko yang tinggi untuk rasio yang relatif kecil pada lebar jarak antar bangunan terhadap besar jangkauan plumes. Selain itu aspek diatas juga dapat memberikan dampak kepada waktu yang tersedia untuk menyelamatkan diri (life threatening time).

Fire accident in DKI Jakarta from 2003 until 2007 happened increase slowly on personal building fire case and from 2003 until 2008 amount of fundamental percentage object burnt at fire accident in DKI Jakarta for the building of personal occupy the biggest portion reach 45 % from totalizing case. For that we do this research.
In this research, we focus at study of computer simulation and laboratory experimental about effect of building separation and height to fire spreading between houses on urban area. The method use for research is evaluation survey result, computer simulation and reduced-scale experiment analisis.
From this result of research, availability separation and access between building represent the important matter to be studied in settlement, because enough distance between building will give the amenity in all important mitigation disaster and also at fire spreading, enough building separation can lessen the probability of danger and risk.
Besides distance, building height also become the fundamental matter in fire spreading, because higher target existence at same distance will give the high risk probability impact for the ratio of which small relatively at wide apart between building to fire plumes reach. Beside that, aspect above also can give the impact to time which is available to saving occupy life (life threatening time).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50760
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erlangga Aekukula Renggana
"Kebakaran merupakan salah satu bencana yang banyak terjadi di dunia ini, terutama pada perumahan padat penduduk kebakaran merupakan salah satu hal yang sangat memprihatinkan. Sepanjang tahun 2009 di DKI Jakarta (hinga Desember 2009) telah terjadi 800 kasus kebakaran, dengan kerugian tidak kurang dari Rp. 300 Milyar. Dengan melihat kondisi dari propinsi DKI Jakarta yang harga tanahnya relatif cukup mahal maka orang-orang akan cenderung untuk - mengintensifikasikan - rumah mereka yang menyebabkan perumahan padat penduduk berkembang dengan cepat di Jakarta. Maka dari itu diperlukan peneltian-penelitian untuk memahami mengenai proses penyebaran api pada perumahan yang umum ada di DKI Jakarta. Penelitian mengenai kebakaran umumnya memakan biaya yang mahal, tempat yang besar, dan memiliki potensi bahaya tinggi. Oleh karena itu dilakukan percobaan dengan menggunakan model scale-down sehingga biaya dan tingkat bahaya bisa dikurangi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai Heat Flux dan Temperatur sebagai nilai kritis penyebaran api pada jarak yang telah diskenariokan dari hasil survey yang dilakukan pada tahun 2008. Jarak tersebut adalah 1,5 meter, 3 meter, dan 4,5 meter. Ada pun penambahan Atap dan Tirai Air merupakan tambahan dari skenario yang sudah ada. Hasil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jarak dan ketinggian yang kritis untuk api dapat menyebar, sehingga dapat diketahui upaya-upaya untuk mencegah ataupun meminimalisir dampak dari kebakaran.

Fire is one of the disaster that recurrently happens in this world, especially in the concentrated and populated housing area, fire is becoming a major concern. During the year of 2009 in DKI Jakarta (until December 2009) there is 800 fire cases, with no less than 300 billion rupiah loss. Because of the expensive land price in Jakarta, people tends to make their houses 'more intensified' with inadequate spaces between houses. Therefore an experiment concerning fire is needed for better understanding of fire spread phenomenon. However a fire experiment is expensive, needs a large space area, and potentially dangerous. Thus, experimental study using a scale-down model is implemented.
The purposes of this experiment is to measure a heat flux and temperature value as the critical point in fire spread, with scenarios that is made from the survey that was concluded in 2008. In this study, the effects of roof and water spray on fire spread intensity are also considered. The results of this experiment give knowledge about the effect of the height and distance regarding fire spread, as well as how to prevent or minimize the hazard of fire spread.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50787
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Menteri Negara Lingkungan Hidup , 1998
634.9 LAP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yulianto Sulistyo Nugroho
"Kebakaran hutan di Indonesia merupakan salah satu masalah lingkungan yang terbesar karena hampir selalu terjadi setiap tahun dalam 30 tahun terakhir. Kebakaran hutan di tahun 1992-93 and 1997-98 telah menyebabkan masalah yang luas baik dalam skala nasional maupun regional. Kebakaran tersebut telah merusak jutaan hektar hutan dan lahan sehingga menyebabkan kerugian ekonomi, munculnya asap hitam, masalah sosial termasuk berbagai penyakit, dan kehancuran lingkungan. Usaha perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi akan sangat sulit dan membutuhkan waktu yang sangat lama.
Kebakaran hutan terjadi jika kalor yang dilepaskan dari proses kebakaran melebihi kalor yang dapat dilepaskan ke lingkungan. Kebakaran umumnya diawali oleh api kecil, sehingga sangat dipengaruhi oleh kekuatan sumber api. Pada saat kebakaran hutan mulai membesar, api akan terus membesar walaupun sumber telah dihilangkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari sifat pembakaran spontan dari berbagai bahan bakar hutan seperti sabut kelapa sawit, serpihan kayu, gambut dan batubara muda. Penelitian ini akan dapat memberikan penjelasan dan pemahaman terhadap peran mekanisme pemanasan spontan sebagai sumber kalor/panas bagi pembakaran spontan bahan bakar hutan. Hasil pengukuran seperti temperatur kritis dan parameter kinetika oksidasi digunakan sebagai dasar untuk menentukan sifat terbakar sendiri dari sampel yang diuji.
Hasil penelitian terhadap sabut kelapa sawit, gambut, serpihan kayu dan batubara muda memperlihatkan bahwa material ini memiliki kecenderungan untuk terbakar sendiri. Namun demikian, perlu dipahami bahwa hasil yang ditunjukkan ini diperoleh dari penelitian skala laboratorium dengan berbagai parameter pengujian yang diatur secara cermat. Keinginan untuk memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk skala yang lebih besar masih rnemerlukan pengkajian lebih lanjut. Sifat pembakaran spontan dari sampel yang diteliti dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti temperatur ambien, kandungan air, sifat kimia dan fisika sampel, ukuran basket dan luas permukaan.

Forest fires in Indonesia remains one of the greatest environmental problems since it happens almost every years during the past 30 years. The forest fires in 1982-1983 and 1997-1998 resulted in widespread problems nationally and regionally. The fires destroyed millions ha of forest and land which caused financial losses, produced great black smoke, caused social problems including many diseases, and environmental catastrophy. Regeneration of the losses will be very difficult and take years.
Forest fires occurs when the heat evolved from combustion is sufficient to overcome heat losses. Ignition is initiated by a source of heat such as a flame. At first the ignition process is influenced by the source. Once started, forest fires can continue eventhough the source of heat have been removed.
The objectives of this research work are to study the self-ignition behaviours of forest fuels such as wood debris, peat, palm shell and low rank coals. This study will provide initial explanations on the role of self-heating mechanism as the source of heating for spontaneous combustion of forest fuels. The measured experimental values of the critical ambient temperatures and the kinetic oxidation parameters are used as the basis of determination of the self-ignition propensity of the samples.
The experimental results using palm shell, peat, wood debris and low rank coal showed that there is a tendency for these fuels to combust spontaneously. However, one realised that the experimental works were carried out in small-laboratory scale within a carefully controlled conditions. An attempt to extrapolate the results to full scale problems requires further justification. The self-ignition behaviour of the samples were affected by various factors including ambient temperature, moisture content, chemical and physical properties of the samples, basket sizes, and surface areas.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tristiyenny Pubianturi
"Kebakaran Hutan dan Lahan (KHL) di Propinsi Riau merupakan salah satu isu lingkungan hidup yang timbul akibat pelaksanaan pembangunan dan ekonomi yang cenderung dilakukan secara eksploitatif sehingga melupakan upaya menjaga kelestarian lingkungan. Kabupaten Bengkalis merupakan kabupaten yang setiap tahunnya mengalami polusi dari kabut asap yang ditimbulkan oleh KHL selama 2-3 bulan setiap tahunnya. Dari aspek ekonomi kerugian dari kabut asap tersebut meiiputi bukan hanya masalah hilangnya aset kekayaan tegakan hutan kayu, tetapi juga aspek ekologi sangat luas berupa hilangnya flora dan habitat satwa liar- Dampak negatif lain yang sangat menonjol adalah menurunnya kualitas udara yang menyebabkan gangguan daya pandang dan meningkatnya penderita penyakit saluran pernafasan sampai 2-3 kali lipat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar dampak kesehatan yang ditimbulkan karena kabut asap KHL dan berapa estimasi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh dampak kesehatan tersebut. Jenis penelitian adalah studi ekologi yang memakai analisa korelasi dengan menggunakan data polutan Udara PMIO dan S02 yang diperoleh dari Air Quality Monitoring Station di Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis. Angka kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Asma Bronkiale dan Bronkitis diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di Kecamatan Mandau, data titik api (hotspot) sebagai penunjuk adanya KILL diperoleh dari Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Jakarta. Data yang diolah adalah data dari Januari tahun 2000 sampai Desember 2002.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, antara Hotspot dan PM 10 terdapat hubungan positif yang kuat dan bermakna. Analisis bivariat dengan uji regresi linier menghasilkan hubungan Prediksi dengan persamaan garis PM10 = 90,61 + 1,955 x Hotspot. Hubungan antara Hotspot dengan ISPA menunjukran hubungan sangat kuat dan bermakna yang dapat dijelaskan dengan persamaan gads ISPA = 723,685 + 60,046 x Hotspot. Hubungan antara PM14 dan ISPA mempunyai hubungan yang sedang dan bermakna yang dapat dijelaskan dengan persamaan garis prediksi LSPA = 359,471 + 6,488 x PM10. Dampak kesehatan masyarakat yang terbesar akibat kabut asap KHL di Kabupaten Bengkalis pada tahun 2002 adalah keterbatasan aktifitas harian yaitu sebesar 711.850 hari. Estimasi kerugian ekonomi akibat dampak kesehatan masyarakat sebesar Rp 98 milyar rupiah.
Disimpulkan bahwa besarnya dampak kesehatan dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh kabut asap KHL ini merupakan estimasi rendah karena hanya menggunakan PM10 sebagai parameter pencemar, tanpa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan oleh polutan lain (misalnya NOx dan Dian) dan juga belum memperhitungkan kerugian penyakit jangka panjang karma polutan udara.
Disarankan kepada Puskesmas di wilayah kerja Kabupaten Bengkalis agar melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh KHL, berikut upaya yang harms dilakukan dalam mengantisipasi kualitas udara yang buruk Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis agar melakukan perencanaan program antisipasi dampak kesehatan supaya masyarakat terlindung dari akibat kabut asap. Secara keseluruhan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis disarankan bertindak aktif dalam mengantisipasi dampak kesehatan akibat KHL secara teknis dan administratif.
Daftar Pustaka: 45 (1982-2002)

Community Health Impacts and Estimation of Economic Loss from Forest and Land Fires in the Regency of Bengkalis in 2002Forest and Land Fires (FLF) in Riau Province is one of the environmental issues that arise from the progressive and economical development which tends to be done exploitatively and thus overlook efforts to preserve the environment. Bengkalis regency is the regency that every year suffers from pollution of smoke haze which caused by FLF for as long as 2-3 months every year. The disadvantages are not only from the economical perspective that consist of loosing assets of forest lumber, but also ecologically of loosing flora and habitat of wild animals. Another implication which is very significant is the decrease of air quality which causes visual troubles and the risen of respiratory disease up to 2-3 times higher.
The objectives of this are to find out how far does-the impact to health which arise from smoke haze of FLF and the estimation of economical loss which arise from that health implication. The type of this study is ecological study using correlation analysis through air pollutant data PM10 and S02 derived from Air Quality Monitoring Station in Mandan District, Regency of Bengkalis. Numbers of ISPA, Asthma Bronchiole and Bronchitis are attained from health service facilities in Mandau District, hot spot data as signs of FLF are attained from the Environment Head State Office in Jakarta The data which are processed are those from January 2000 to Desember 2002.
The result of the study shows that, between hot spot and PM 10, is an important positive and significant relationship. Bivariance analysis with tinier regression test generates a prediction relationship with vector PM 10 = 90,61 + 1,955 x Hotspot The relationship between Hotspot and ISPA shows strong relationships and signified which describes with vector ISPA = 723,685 + 60,046 a Hotpot PM] 0 dengan ISPA has an intermediate significant relationship which could be shown with prediction vector ISPA = 359,471 + 6,488 i PM 10. Health impacts shows that the lack of daily activities which are foreseen to occur toward workers in Regency of Bengkalis as a result of smoke haze disaster and weather troubles is resulted 711.850 working days. The economical loss estimation is costing Rp 98 billion.
It is concluded that health impacts and economical loss initiated by this FLF smoke haze is a low estimation because it merely uses PM]0 as a polluted parameter, without considering the effect of other pollutants (e.g. NOx and Qzon) and also yet to estimate the impacts of long term disease of air pollutant.
Based on the result of this study, Health Centers in the working environment of Bengkalis Regency are advised to make extensions to the community concerning health impacts caused by FLF, along with the efforts to be made in anticipation to the terrible air quality. Head of the Health Board in Bengkalis Regency is advised to make planning for an anticipated health implication program so that the community would be protected against the smoke haze. As a whole, the Regional Government in Bengkalis Regency is advised to make active measures in anticipating health impacts by FLF, technically and administratively.
References: 45 (1982-2002)
"
Depok: Fakutlas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI Press, 2012
627.4 BUN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI-Press, 2012
627.4 BUN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Puguh Mahendrodjati Djati
"Nama:Puguh MahendrodjatiProgram Studi:Magister Keselamatan dan Kesehatan KerjaJudul Tesis:Analisa Dampak Kebakaran dan Ledakan pada Fasilitas Pengolahan Hidrokarbon Gas dan Kondensat Menggunakan Software ALOHA di PT. X Kebakaran pada sebuah tangki hidrokarbon adalah kecelakaan yang relatif langka yang dapat menyebabkan konsekuensi tak terduga untuk personil, instalasi dan lingkungan. Karakteristik hidrokarbon baik gas vapor ataupun cairan liquid yang memiliki bahaya dan risiko tinggi menyebabkan banyaknya kejadian kecelakaan yang melibatkan hidrokarbon tersebut. Penelitian ini merupakan deskriptif dengan desain kuantitatif melalui pengumpulan data sekunder dan studi literatur tanpa melakukan intervensi pada objek penelitian non experimental dan dianalisa menggunakan perangkat lunak ALOHA dan metode lainnya seperti event tree analysis, probit analysis, dll untuk mengevaluasi model konsekuensi kebakaran dan ledakan pada fasilitas pengolahan hidrokarbon gas dan kondensat yang merupakan Major Hazard Plant, berdasarkan skenario kegagalan yang mungkin terjadi. Major Accident Event MAE dari fasilitas tersebut antara lain kolam api, api jet dan ledakan uap awan. Kejadian kolam api dari fasilitas tersebut memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap personil di dalam fasilitas tersebut. Risiko individu masih berada berada di ALARP region, sedangkan risiko social berada di ldquo;Intolerable region rdquo.

Name Puguh MahendrodjatiStudy Program Master Program of Occupational Health and SafetyThesis rsquo Title The Impact Analysis of Fires and Explosions on the Gas and Condensate Hydrocarbon Processing Facility Using Software ALOHA in PT. X Fire on a hydrocarbon tank is a relatively rare accident that can lead to unforeseen consequences for the worker 39 s, installation and environmental. Characteristics of hydrocarbons either gas vapor or liquid liquid that have a danger and high risk to cause the number of incidents involving the hydrocarbon incident. This research is descriptive with quantitative design through secondary data collection and literature study without intervention on research object non experimental and analyzed using software ALOHA and other methods such as event tree analysis, probit analysis, etc. to evaluate model consequences Fire and explosion at the gas and condensate hydrocarbon processing facility which is the Major Hazard Plant, based on possible failure scenarios. Major Accident Events MAE of the facility include a pool of fire, jet fire and cloud vapor explosion. The event of a pool of fire from the facility has a very significant impact on personnel within the facility. Individual risk is still in the ALARP region, while social risk is in the Intolerable region.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Cholianawati
"ABSTRACT
Partikulat halus (PM2,5) merupakan partikel pencemar yang berukuran kurang dari 2,5 μm. Partikulat tersebut bersumber dari alami maupun antropogenik. Peningkatan konsentrasi partikulat berkontribusi pada peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas. Kebakaran hutan tahun 1997 berkaitan dengan penurunan status gizi tinggi badan terhadap umur sebesar 3,4 cm pada usia dewasa. WHO menetapkan empat tahap standar baku mutu konsentrasi partikulat baik jangka pendek (24 jam) maupun jangka panjang (tahunan), yaitu Air Quality Guideline (AQG), Interim Target-3 (IT-3), IT-2, dan IT-1. Wilayah Indonesia bagian timur memiliki konsentrasi partikulat halus tahunan yang masih memenuhi baku mutu utama (AQG) WHO, sementara beberapa wilayah Indonesia bagian barat rentan mendapat paparan partikulat halus yang cukup tinggi yang dapat meningkatkan risiko kesehatan hingga 6%"
Jakarta: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2019
520 DIRGA 20:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>