Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Setio Budi
"ABSTRAK
Investasi asing Iangsung pada sektor pertanian di Indonesia mengalami
pasang surut. Pada periode tahun 1980-1985, nllai FDI sektor pertanian relatif
rneningkat. Pada periode 1986-1990, nllai FDI sektor pertanian tems menlngkat dan
mencapai angka pada kisaran 100 juta US dolar, meskipun pada tahun 1988,
kembali turun drastis, yang salah satunya dlsebabkan oleh mulai tumbuh pesatnya
sektor Industri di Indonesia. Periode selanjutnya terus mengalami peningkatan, yang
pada puncaknya adalah pada tahun 1996, dlmana nilai FDI sektor pertanian
mencapal nllai tertinggi, yaltu 1521,6 juta US dollar. Dan pada saat krisis tahun
1997, FDI cenderung mengalami penurunan secara signlflkan, meskipun pada
sesekali waktu juga mengalami peningkatan kembali. Pada sisl lain, bersamaan
dengan krisis moneter 1997 sektor pertanian mau tidak mau harus menerima
limpahan tenaga kerja dari sektor industri yang terpaksa berhenti bekerja karena
terkena PHK. Dengan demlklan, pentlng untuk melakukan kajian secara mendalam
tentang FDI sektor pertanian di Indonesia termasuk faktor-faktor apakah yang
mernpengaruhi FDI sektor pertanlan tersebut.
Perumusan masalahnya adalah (1) Faktor-faktor ekonomi apakah yang
mempengaruhi investasi asing Iangsung pada sektor pertanian di Indonesia ? (2)
Sejauh mana faktor-faktor ekonomi tersebut mempengaruhi investasi asing Iangsung
pada sektor pertanian di Indonesia ?. Untuk menjawab permasalahan tersebut,
dlgunakan metodologi literatur review untuk mengetahuan faktor-faktor yang
mempengaruhl FDI, khususnya faktor ekonomi dan anallsts Co-Integrasl, dlmana
persamaan regresi co-integrasinya adalah FDIF, = bg + b1EXAC¢ + b2RGDP, +
b3ERUS, + b.,DINR, + b5FINR, + b5CINP, + s,_Adapun pengujiannya dllakukan dengan
pengujian Unit Root dan pengujian Co-Integrasi dengan mengunakan metode
Johansen Test.
Berdasarkan pada hasil analisis data, dengan pengujlan stasloneritas
dldapatkan bahwa data stasioner pada derajat satu baik untuk pertimbangan
konstan dan konstran dengan trend pada level signilikansi 1%. Sedangkan pada ujf
co-lntegrasl Johansen Test, seluruh variabel signlflkan secara statistik pada level
signilikansi, 5% dan degree of freedom, d.f 23 (25-1-1) terhadap pembentukan FDI.
Dan diketahul bahwa t tabel adalah sebesar 2,069. Sedangkan dllihat dari arah
parameter semua variabel memlliki arah yang sama dengan hlpotesa dalam jangka
panjang, kecuali LCINP. Dalam jangka panjang perilaku pernbentukan FDI
dipengaruhi seberapa besar LEXAC, LRGDP, LERUS, DINR, FINR dan LCINP.
Sehingga diketahui ; kenaikan ekspor sektor pertanian 1% dalam jangka
panjang mengakibatnya kenaikan FDI pertanlan sebesar 2.49%, kenaikan
pertumbuhan ekonomi 1% dalam jangka panjang akan berdampak pada peningkatan
FDI pertanian sebesar 6.5%, depreslasi nilai tukar 1% dalam jangka panjang akan
berdampak pada menurunnya FDI pertanian sebesar 7.44%, kenaikan suku bunga
kredit dalam negeri untuk lnvestasi sebesar 1% dalam jangka panjang akan
berdampak pada kenaikan FDI pertanian sebesar 0.4%, kenaikan suku bunga Iuar
negeri untuk kredlt investasi 1% dalam jangka panjang akan berdampak pada
menurunnya FDI pertanian sebesar 0.8%, dalam jangka panjang kenaikan IHK
sebesar 1% terhadap peningkatan FDI pertanian mencapal 12%. Hal ini dikarenakan
setiap kenaikan harga maslh dapat ditutupi oleh kenaikan pertumbuhan ekonomi dan
selanjutnya tldak berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat.

"
2006
T34488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Roberto
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desra Astrella
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh dari kepemilikan institusi asing terhadap volatilitas imbal hasil saham dengan dikontrol oleh variabel kepemilikan pemerintah domestik, kepemilikan institusi domestik, kepemilikan individu domestik, ukuran perusahaan, turnover saham, dan leverage perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusi asing dapat meningkatkan volatilitas return perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia bahkan setelah dikontrol oleh struktur kepemilikan yang lengkap, ukuran perusahaan, turnover, dan tingkat hutang perusahaan.
......This study aims to analyze the impact of foreign institutional ownership toward stock return volatility with government ownership, domestic institutional ownership, domestic individual ownership, firm size, stock turnover, and firm leverage as control variables. This study use panel regression method.
The result of this study show that foreign institutional ownership increases stock return volatility of listed companies in Indonesia Stock Exchange even after controlling for a complete ownership structure, firm size, turnover, and leverage. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfirza Dafrin Achmad Ichwani
"Tulisan ini menganalisis secara rinci mengenai inkonsistensi dalam aspek hukum sebagai salah satu bentuk risiko dalam PMA pada proyek pembangunan IKN Nusantara beserta konsekuensi yang dapat terjadi terkait dengan hal tersebut. Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode penelitian doktrinal. Dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa terdapat permasalahan terkait dengan pendanaan proyek IKN, khususnya yang bersumber dari investor asing. Hingga saat ini belum terdapat bukti konkrit PMA di proyek IKN Nusantara. Sebelumnya Pemerintah Indonesia sempat mengklaim bahwa terdapat banyak investor asing yang menyatakan minatnya untuk berinvestasi di proyek IKN. Namun, baru-baru ini justru Pemerintah menyatakan pernyataan yang berkontradiksi dengan klaim pemerintah sebelumnya. Bahwa saat ini belum ada PMA di proyek IKN. Terdapat suatu kejanggalan dalam hal tersebut karena pemerintah sendiri telah memberikan banyak insentif bagi para investor asing yang ingin berinvestasi di proyek IKN. Pemerintah juga pada dasarnya telah berupaya memberikan kepastian hukum bagi para investor dengan adanya UU IKN dan PP 12/2023. Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa terdapat suatu inkonsistensi hukum yang dapat mendasari keputusan investor asing untuk tidak atau belum melakukan PMA di proyek IKN. UU IKN dan PP 12/2023 yang penyusunannya dinilai problematik telah menciptakan suatu ketidakpastian tersendiri bagi para investor. Penulis juga memberikan contoh perbandingan kegagalan negara-negara lain dalam memindahkan ibu kotanya dalam tulisan ini untuk memberikan gambaran konkrit terkait permasalahan dalam proyek IKN.
......This paper analyzes regarding the legal inconsistency as a form of risk in Foreign Investment in the Nusantara National Capital development project and the consequences that could occur related to that matter. This research was completed by using doctrinal research method. From the research, it is known that there are problems related to the funding of the Nusantara National Capital project, especially those originated from foreign investors. To date there has been no concrete evidence of Foreign Investment in the Nusantara National Capital project. Previously, the Government of Indonesia had claimed that there were many foreign investors who expressed their interest in investing in the Nusantara National Capital project. However, recently the government has made a statement that contradicts the previous claim. That there is currently no Foreign Investment in the Nusantara National Capital project. There is an inconsistency in this matter since the government itself has provided many incentives for foreign investors who invest in the Nusantara New Capital City project. The government has also tried to provide legal certainty for investors with the existence of Capital City Law and GR 12/2023. Based on that, it is known that there is a legal uncertainty that underlies the decision of foreign investors who decide not to conduct Foreign Investment in the Nusantara National Capital project. The Capital City Law and GR 12/2023, whose formulation is considered problematic, have created uncertainty for investors. The author also provides comparative examples of other countries' failures in moving their capital cities in this writing to provide a concrete overview of the problems in the Nusantara National Capital project."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I. Gede Arimbhawa Yasa
"Investasi asing yang masuk ke Indonesia dan China umumnya mempunyai dua sifat, relokasi industri dan pasar domestik. Tujuan skripsi ini adalah melihat sifat investasi asing yang masuk ke China dan Indonesia dari negara maju (Amerika Serikat dan Jepang), NIE (Singapura, Taiwan, Hongkong dan Korea Selatan). Dalam menganalisa sifat investasi asing di Indonesia dan China, digunakan model regresi Kojima sederhana yang mengkaitkan variabel perdagangan internasional dengan variabel investasi asing, pendapatan nasional dan investasi domestik. Data yang dipergunakan adalah data agregatif sektor non migas. Uji kausalitas di-lakukan untuk mempertajam analisa hubungan variable perdagangan internasional dan investasi asing di Indonesia. Hasil regresi investasi asing di China dan Indonesia umumnya bersifat relokasi industri. Namun bila dirinci berdasarkan asal negara, terdapat perbedaan sifat investasi asing di China dan Indonesia. Investasi asing Singapura di China berorientasi pasar domestik (sama seperti investasi asing Amerika Serikat di Indonesia Indonesia dan China) namun di Indonesia bersifat relokasi industri. Proses relokasi industri secara umum terjadi di Indonesia dan China, dengan perbedaan investasi asing dari Singapura. Namun China berhasil membangun eko-nominya dengan lebih berorientasi keluar. Kebijakan desentralisasi yang terjadi di China mendorong keber-hasilan perekonomian China. Indonesia perlu terus melakukan deregulasi terutama memangkas birokrasi per-ijinan disamping membangun sumber daya manusia yang tangguh."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Syarlitha Virgasari Sriyanto
"Klausul fair and equitable treatment FET merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap kegiatan investasi asing. Klausul FET tersebut muncul dalam hampir seluruh perjanjian penanaman modal asing antar negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Akan tetapi, klausul FET masih menjadi kontroversi karena definisi dan ruang lingkupnya yang belum diatur secara tegas dalam hukum internasional, sehingga dalam penerapannya, majelis arbitrase yang memeriksa dan memutus sengketa investasi tentang pelanggaran klausul FET menafsirkan klausul FET secara luas. Akibatnya, klausul FET dianggap hanya memihak kepada kepentingan investor asing yang mayoritas merupakan negara maju, dan merugikan kepentingan host state selaku negara yang menerima investasi, yang mayoritas merupakan negara berkembang. Oleh karena itu, diperlukan pembatasan terhadap klausul FET dengan menentukan komponen-komponen yang terkandung dalam klausul FET dan memasukannya ke dalam ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik. Selain itu, diperlukan juga keseimbangan antara penerapan klausul FET terhadap negara maju dan negara berkembang, dengan menyesuaikan pada tahap pembangunan negara terkait.
......
Fair and equitable treatment FET is one of the protection clauses in foreign investment. The FET clause exists in almost all international investment agreements between countries, whether in developed countries or developing countries. However, the existence of the said clause is still an object of controversy, since the meaning and scope of the clause have not been stipulated strictly in international law. As a result, during the implementation, the arbitrators who examine and rule the investment cases regarding breach of the FET clause could interpret the clause widely, resulting in bias that the arbitrators only side with the foreign investors from developed countries, and harm the interest of host states from developing countries. Therefore, the limitation of the FET clause is needed, by deciding the components contained in the FET clause and specify the components into more specific rules. Besides, balance is also needed when implementing the FET clause between developed countries and developing countries, to adjust with the development level currently take place in related countries."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
T49485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nesya Adira
"Polemik terkait investasi asing di tengah masyarakat difasilitasi oleh inkonsistensi
pemberitaan di media dan kemunculan berita-berita provokatif. Meski demikian,
bagaimana mekanisme informasi mempengaruhi sikap terhadap investasi asing
belum banyak dielaborasi. Penelitian survei-eksperimental between-subjects
dilakukan untuk mengetahui bagaimana konten informasi politik dalam
pemberitaan media multimodal yang berisi ancaman simbolis dan ekonomi
(realistis) dari dua negara investor yang berbeda (Tiongkok dan Arab Saudi) dapat
mempengaruhi pembentukan sikap individu terhadap kebijakan investasi asing.
Empat jenis persepsi ancaman diteliti pengaruhnya berdasarkan Integrated Threat
Theory [1] – yaitu ancaman simbolis (ancaman terhadap nilai-nilai dalam
kelompok), ancaman ekonomi (ancaman realistis terhadap sumber daya
kelompok), kecemasan dalam hubungan antarkelompok, dan stereotip negatif.
Dengan menggunakan media survei daring, 378 partisipan terbagi ke dalam 4
kelompok dengan desain 2 (cue Tiongkok, cue Arab Saudi) x 2 (ancaman
simbolis, ancaman ekonomi) dan satu kelompok kontrol. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan ordinary least square path analysis menggunakan PROCESS
Macro SPSS. Analisis mediasi menunjukkan pemaparan informasi berisi ancaman
mempengaruhi pembentukan sikap negatif terhadap investasi asing hanya melalui
pemrosesan sistematis dengan mengaktivasi persepsi ancaman ekonomi dan
simbolis. Meski demikian, pengaruh pemaparan informasi pada sikap terhadap
investasi asing ini hanya terjadi pada kelompok yang menerima informasi
ancaman ekonomi (β = 0,269; BootSE = 0,078; 95% CI [0,118; 0,428]) dan
ancaman simbolis (β = 0,098; BootSE = 0,044; 95%CI [0,013; 0,188]) yang
berasal dari investor Tiongkok. Hasil ini mengindikasikan dukungan terhadap
investasi asing masih tidak terlepas dari pengaruh sentimen etnis yang mengakar
di Indonesia.
......Foreign investment has always been a polemic in Indonesian public, facilitated by
inconsistency and provocative tones on several media outlets. Yet, how this
information can influence people's attitude towards foreign investment has not
been explored. Between-subjects survey-experimental study was conducted to
understand how political information containing economic (realistic) and
symbolic threats of foreign investment on multimodal news from two different
countries (China and Saudi Arabia) can influence attitude towards foreign
investment. Four threats perceived were derived from Integrated Threat Theory--
symbolic threat (threat towards ingroup values), economic threat (realistic threat
towards ingroup‘s resources), intergroup anxiety and negative stereotypes. Using
online survey platform, 378 participants were grouped into 4 experimental groups
with 2 (cue: China, Saudi Arabia) x 2 (threat: symbolic, economic) with 1 control
group. Hypothesis were tested using ordinary least square path analysis with
PROCESS Macro for SPSS. Mediation analysis showed exposure to threat laden
information influences the formation of negative attitude towards foreign
investment through systematic processing by activating both economic and
symbolic threat perceptions. This effect only appeared on participants exposed by
information containing economic threat (β = 0,269; BootSE = 0,078; 95% CI
[0,118; 0,428]) and symbolic threat (β = 0,098; BootSE = 0,044; 95%CI [0,013;
0,188]) from China. This result indicates that support towards foreign investment
is still heavily related to ethnic sentiment deeply rooted in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellys Wijaya
"Investasi merupakan salah satu pilihan bagi para investor untuk mengembangkan aktivitas perusahaan. Investasi terdiri dari investasi dalam negeri dan investasi luar negeri. Setiap negara berusaha untuk menarik perhatian investor untuk meningkatkan ekonominya termasuk Indonesia. Di Indonesia, peraturan tentang investasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam peraturan ini, beberapa aktivitas diatur oleh pemerintahan. Para investor dilengkapi dengan hak atas tanah untuk menarik perhatian para investor di Indonesia. Ada 3 tipe dari hak atas tanah yang diberikan oleh pemerintah kepada para investor asing yaitu hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai. Untuk menarik investor asing menanamkan modal mereka di Indonesia, maka pemerintah Indonesia memberikan perlindungan dan fasilitas-fasilitas kepada mereka. Tanah merupakan salah satu modal bagi perkembangan kegiatan investasi sehingga diperlukan kepastian hukum tentang pemberian hak atas tanah. Sebaliknya hukum pertanahan juga dapat berubah seiring dengan kebutuhan investasi yakni hukum itu dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan investasi guna menarik para investor ke dalam negeri. Pemberian hak atas tanah dalam rangka penanaman modal pengaturannya sebelum lahirnya Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, pelu diganti karena sudah tidak sesuai dengan percepatan perkembangan ekonomi dan pembangunan hukum nasional, khususnya di bidang investasi. Kenyataan dibandingkan dengan Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri, Undang- Undang Penanaman Modal memberikan hal yang baru yaitu semakin terbuka dan ramah terhadap pemodal asing. Setidaknya Undang-Undang Penanaman Modal Asing masih menutup pintu bagi penguasaan asing terhadap cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak. Berpijak pada azas perlakuan yang sama, Undang-Undang Pananaman Modal tidak lagi membuat perbedaan perlakuan antara investor asing dan investor lokal tapi memberikan perlakuan yang sama terhadap investor dari negara manapun. Padahal kondisi riel masyarakat kita sangat timpang saat dihadapkan pada kekuatan modal asing. Perlakuan sama ini akhirnya mengundang protes dari berbagai kalangan yang akhirnya mengajukan Judicial Review khususnya pasal 22 tentang pemberian hak atas tanah karena dianggap menjual tanah kepada pihak asing, yang kemudian isi pasal tersebut dibatalkan oleh Putusan Mahkamah Konstitusi.
......Investment is one of many options from which investor will be able to expand their corporate activities. Investor may invest through domestic investment or foreign investment. All countries desire to attract investors to boost their economy, including Indonesia. In Indonesia, investment law is regulated in Investment Act. No. 25 Year 2007. In this regulation, some facilities are given from the government. Investors are facilitated with land right by the government to stimulate their interest for investing in Indonesia. Provisions concerning land is regulated in Land Act. No. 5 Year 1960. There are three types of land right given to the foreign investors : the Cultivation Rights Title, the Building Rights Title, and the Right to use Title. However, the aforementioned land act is outdated and thus unable to give the protection as their guidelines. They need the best facilities and protection from government. Therefore, the government have to give their best effort to provide investor with through protection. Land is one of fund for growth investment activity that required for legal certainty on the granting of land rights. Otherwise land law can change in time with investment need specifically is law can made appropriate for investment need to attract the investor to our country. Giving land rights in order for changing investment before the statute No. 25 year 2007 is set in statute No. 1 year 1967 about foreign investment and statute No. 6 Year 1968 about domestic investment, need change because is not same with our economical growth and law national development, especially in investment sector. In fact, compare with statute foreign investment and statute domestic investment, statute investment give new breakthrough that open more wide and hospitable for foreign investor. At least the Foreign Investment Law was still closed the door to foreign control of production branches are important and fundamental for parking. Based on the principle of equal treatment, Investment Law no longer make a difference in treatment between foreign investors and local investors, but give equal treatment to investors from any country. But the truth condition of our society is paralyzed when confronted with the power of foreign capital. This same treatment eventually provoke protests from various circles who eventually filed a judicial review to a particular article 22 regarding the granting of land rights because they are selling land to foreigners, who then fill the article canceled by the Constitutional Court decision."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T28324
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Padmasari Intan Sati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1983
S17080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Anas
"Investasi asing langsung yang masuk ke Indonesia meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir ini. Pada tahun 1980, berdasarkan data Balance of Payment yang diterbitkan IMF, investasi asing langsung yang masuk ke Indonesia hanya sebesar US$ 138 juta yang meningkat 15 kali lipat atau US$ 2004 juta pada tahun 1993. Dari total investasi asing langsung yang direalisasi sejak tahun 1967 hingga tahun 1994, 64 persen diantaranya merupakan investasi dalam industri manufaktur. Investasi asing dalam industri manufaktur memberikan kontribusi yang tidak kecil dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Jika dilihat dari bagian nilai tambah yang dihasilkan, perusahaan asing menyumbang 23 persen dari total nilai tambah yang dihasilkan industri manufaktur pada tahun 1975 yang meningkat menjadi 25 persen pada tahun 1992. Perusahaan asing yang bergerak dalam industri manufaktur, yang sebagian besar merupakan perusahaan multinasional memiliki firm specific advantage yang tidak dimiliki oleh perusahaan domestik sejenisnya, seperti akses terhadap modal yang lebih murah, input yang lebih murah dan pengetahunan tentang pasar yang lebih lengkap, sehingga diduga lebih efisien dibandingkan perusahaan domestik sejenis. Disamping itu, mengacu teori yang diajukan Kojima bahwa investasi asing langsung yang ideal adalah investasi asing yang berorientasi perdagangan (trade oriented) karena tidak saja memberikan keuntungan pada negara investor dan negara penerima, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan dunia. Dalam tulisan ini penulis akan menguji kebenaran hipotesa tersebut, bahwa perusahaan asing lebih efisien dan lebih berorientasi perdagangan dibandingkan perusahaan domestik sejenis. Untuk menguji hipotesa tersebut, penulis menggunakan tingkat produktivitas tenaga keija dan intensitas modal sebagai ukuran efisiensi dan menggunakan export propensity dan import propensity sebagai ukur orientasi perdagangan. Pengujian dilakukan secara lintas sektoral, 29 industri pada tingkat ISIC 3 digit dengan 17600 perusahaan, denganmengadaptasi model yang digunakan Eric Ramstetter dalam menganalisa perbedaan antara perusahaan multinasional Jepang dan perusahaan lainnya di Thailand dalam artikel Comparisons of Japanese Multinationals and Other Firm in Thailand's Non-Oil Manufacturing Industries yang dimuat dalam Asean Economic Bulletin volume 11 no. 1, Juli 1994. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square(OLS) untuk menguji perbedaan tingkat produktivitas, tingkat upa rata-rata dan intensitas barang modal antara perusahaan asing dan perusahaan lainnya; dan analisa Probit untuk menguji perbedaan trade propensity antara perusahaan asing dan perusahaan lainnya. Dari hasil pengujian yang penulis lakukan pada tingkat perusahaan, membuktikan bahwa produktivitas tenaga kerja pada perusahaan asing lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya. Disamping itu secara rata-rata perusahaan asing juga memberikan upah yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya. Hasil lain yang penting dalam penelitian ini adalah bahwa perusahaan asing terbukti lebih tradeoriented dibandingkan perusahaan domestik sejenis. Export propensity perusahaan asing lebih tinggi dibandingkan perusahaan domestik sejenis, tetapi ketergantungan terhadap impor, yang diukur dengan import propensity, juga lebih tinggi. Hasil pengujian juga mengisyaratkan bahwa perusahaan asing terbukti memiliki intensitas barang modal yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya. Hal lain yang menarik dalam penelitian ini adalah bahwa tingkat konsentrasi industri memberikan dampak yang buruk terhadap kinerja industri manufaktur secara keseluruhan, begitu juga terhadap perusahaan asing yang terlibat dalam industri manufaktur. Untuk mengoptimalkan manfaat investasi asing langsung di Indonesia, deregulasi yang selama telah dijalankan perlu diikuti dengan konsistensi penerapan di lapangan. Praktek-praktek yang menjurus pada distorsi pasar, seperti praktek monopoli dan oligopoli yang mengakibatkan tingkat persaingan yang tidak sehat merupakan faktor yang menghambat peningkatan kinerja ekonomi yang sudah saatnya diminimisasi. Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pengembangan skripsi ini untuk memperkuat hasil penelitian yang telah penulis mulai ini, yaitu memperluas sampel observasi dengan memasukkan sektor-sektor lain di luar industri manufaktur dan memperpanjang rentang waktu penelitian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>