Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mustaqimah
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia gestasi dengan tumbuh kembang anak usia 1 tahun yang lahir prematur. Penelitian kuantitatif yang menggunakan desain cross sectional dengan metode wawancara dan pemeriksaan tumbuh kembang (z-score dan Denver II). Subyek penelitian adalah anak yang dilahirkan prematur (usia gestasi < 37 minggu) yang berusia 1 tahun pada tahun 2013 dengan jumlah responden sebanyak 44. Hasilnya tidak ada perbedaan proporsi kejadian gangguan pertumbuhan pada perbedaan usia gestasi (p value = > 0,05) dan terdapat perbedaan proporsi kejadian suspek keterlambatan perkembangan pada perbedaan usia gestasi (p value = 0,002, OR 1,7). Semakin muda usia gestasi akan berisiko mengalami suspek keterlambatan perkembangan sebesar 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan usia gestasi yang lebih tua.

ABSTRACT
This study aimed to know the correlation of gestational age with the growth of children development in 1 year old who were born prematurely. The study used quantitative cross-sectional design with interviews and examination of growth (z-score and the Denver II). The subjects of this research were children who were born prematurely (gestational age <37 weeks) 1 year old in 2013 with a number of respondents were 44 patients. The results is there was no differences of impaired growth in the proportion of gestational age (p value> 0.05) and there were differences in the proportion of events with suspected developmental delays in gestational age difference (p value = 0.002, OR 1.7). The younger of gestational age would be at risk of developmental delay at 1.7 times higher than the older gestational age., This study aimed to know the correlation of gestational age with the growth of children development in 1 year old who were born prematurely. The study used quantitative cross-sectional design with interviews and examination of growth (z-score and the Denver II). The subjects of this research were children who were born prematurely (gestational age <37 weeks) 1 year old in 2013 with a number of respondents were 44 patients. The results is there was no differences of impaired growth in the proportion of gestational age (p value> 0.05) and there were differences in the proportion of events with suspected developmental delays in gestational age difference (p value = 0.002, OR 1.7). The younger of gestational age would be at risk of developmental delay at 1.7 times higher than the older gestational age.]"
2014
T43254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryasni
"Tujuan: Beberapa istilah telah digunakan untuk menggambarkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) untuk usia kehamilannya, yaitu kecil untuk usia kehamilan (KMK) dan pertumbuhan janin terhambat (PJT). Sebanyak 6,2% anak di Indonesia lahir dengan BBLR setiap tahunnya. Evaluasi pertumbuhan janin dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun penggunaan indeks pertumbuhan jarang diteliti meskipun dapat mendiagnosis lebih dini masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan indeks pertumbuhan untuk memprediksi kejadian kecil masa kehamilan pada janin.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode Nested case control yang membandingkan indeks pertumbuhan antara bayi sesuai masa kehamilan dan kecil masa kehamilan. Subjek dari penelitian ini merupakan bayi yang dilahirkan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada Januari 2015 hingga Desember 2019 dan telah dilakukan pemeriksaan USG dua kali dengan interval 3-6 minggu. Janin dengan kelainan kongenital atau kehamilan ganda dieksklusi dari penelitian. Berat badan lahir dibagi menjadi kecil masa kehamilan dan sesuai masa kehamilan.
Hasil: Didapatkan 38 bayi kecil masa kehamilan dan 152 bayi sesuai masa kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan pertambahan diameter biparietal, lingkar kepala, lingkar perut dan panjang femur yang lebih tinggi secara statistik pada kelompok berat badan lahir kecil masa kehamilan dibandingkan kelompok berat badan lahir sesuai masa kehamilan (p < 0,05). Kejadian kecil masa kehamilan dapat diprediksi dengan perubahan HC < 4,9 mm/minggu (sensitivitas 66.5%, spesifisitas 57,9%) dan perubahan AC < 6,9 mm/minggu. (sensitivitas 65.1%, spesifisitas 65,8%).
Kesimpulan: Kejadian kecil masa kehamilan pada janin dapat diprediksi dengan pertumbuhan lingkar kepala < 4,9 mm/minggu dan pertumbuhan lingkar perut < 6,9 mm/minggu.
......Background: Several terms have been used to describe infants with low birth weights (BW) for their gestational age. These include small for gestational age (SGA) and fetal growth restriction (FGR). About 6.2% of all children in Indonesia were born with LBW. Evaluation of growth impairment can be utilized using various methods. However, use of ultrasound growth index is understudied despite it’s usefulness in early diagnosis of low birth weight infants. This study aims to utilize growth index for predicting low birth weight infants.
Method: This study was an observational analytic study using nested case-control method comparing fetal growth index between small gestational age and appropriate gestational age babies. Subjects of this study were babies born in Cipto Mangunkusumo National General Hospital on January 2015 to December 2019 and had been examined twice using ultrasound examination, three to six weeks apart. Fetus with congenital abnormalities or twin pregnancy were excluded from this study. Birth weight was divided into small gestational age and appropriate gestational age.
Result: There were 38 small gestational age subjects and 152 appropriate gestational age subjects included in this study. Growth of biparietal diameter, head circumference, abdominal circumference, and femur length was higher on smallfor- gestational-age birth weight group than on appropriate-for-gestational-age group (p < 0.05). Incidence of small gestational age birth weight can be predicted using head circumference growth < 4,9 mm/weeks (sensitivity 66.5%, specificity 57,9%) and abdominal circumference growth < 6,9 mm/weeks. (sensitivity 65.1%, specificity 65,8%)
Conclusion: Small gestational age fetus could be predicted using head circumference growth < 4,9 mm/weeks and abdominal circumference growth < 6,9 mm/weeks."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Utari
"ABSTRAK
Berat lahir dan panjang lahir bayi merupakan ukuran yang dapat digunakan sebagai indikator status kesehatan bayi. Ketidaksesuaian berat lahir dan panjang lahir dengan standar yang telah ditetapkan menunjukkan rendahnya status kesehatan bayi. Bayi kecil atau besar untuk usia kehamilan dapat diidentifikasi dengan menggunakan grafik persentil. Namun Indonesia belum memiliki grafik persentil berat lahir dan panjang lahir bayi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi berat lahir dan panjang lahir bayi hidup tunggal intrauterine sesuai usia kehamilan di Puskesmas Kramatwatu Kabupaten Serang, tahun 2011-2015 dan membandingkan grafik persentil berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan dengan populasi dari negara lain. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data sekunder sebanyak 1.021 data dilakukan pada bulan Mei hingga Juni tahun 2015 dengan kriteria inklusi ibu hamil yang melahirkan bayi hidup, bayi tunggal, dan bayi yang tidak mengalami kecacatan, serta melakukan pemeriksaan kandungan dan persalinan dengan dibantu oleh tenaga kesehatan profesional (bidan) di Puskesmas Kramatwatu. Penelitian mendapati hasil distribusi berat lahir dan panjang lahir bayi terhadap usia kehamilan ibu secara umum mengalami peningkatan di setiap persentilnya. Pada rentang persentil 5th hingga 95th, ibu dengan usia kehamilan 30 minggu memiliki berat lahir 900 hingga 2030 gram, dan panjang lahir 34 hingga 47 cm; ibu dengan usia kehamilan 37 minggu memiliki berat lahir 2085 hingga 3475 gram, dan panjang lahir 39 sampai 50 cm; ibu dengan usia kehamilan 42 minggu melahirkan bayi dengan berat 2535 hingga 4000 gram dan panjang lahir 44,6 hingga 53 cm. Persentil berat lahir sesuai usia kehamilan di negara Malaysia bila dibandingkan hampir sama dengan di Kramatwatu, Indonesia pada persentil 50th dan 90th. Namun pada persentil 10th Indonesia berada dibawah Malaysia dengan berat lahir sesuai usia kehamilan 30 hingga 43 minggu sebesar 1100 hingga 2700 gram.

ABSTRACT
Birth weight and birth length is a measure that can be used as an indicator of the health status of the baby. Incompatibility birth weight and birth length with a predetermined standard show low health status of the baby. Baby is small or large for gestational age can be identified by using the percentile chart of birth and length for gestational age. However, Indonesia does not have a birth weight and birth length by gestational age percentile chart. The purpose of this study to determine the distribution of single birth weight and length infants by gestational age in Kramatwatu Public Health Center, Serang District in 2011-2015 and compared the birth weight and length percentile chart of single infants by gestational age with the population in another countries. This study used cross sectional design. As many as 1.021 secondary data collected in May until June 2015 with the inclusion criteria of pregnant women who delivered live infant, single baby, and babies who do not have disabilities, as well as prenatal and delivery assisted by health professionals (midwives) in PHC Kramatwatu. This study found that the distribution of birth weight and birth length for gestational age in general have increased in each percentile. On the 5th to 95th percentile range, mothers with gestational age 30 weeks had birth weights 900 to 2030 grams, and birth length 34 to 47 cm; mothers with gestational age 37 weeks had birth weight 2085 to 3475 grams, and birth length 39 to 50 cm; mothers with gestational age 42 weeks had birth weight 2535 to 4000 grams and birth length 44.6 to 53 cm. Birth weight percentile by gestational age in Malaysia when compared to almost the same as in Kramatwatu, Indonesia on the 50th and 90th percentiles. But at the 10th percentile Indonesia slightly below Malaysia with birth weight by gestational age of 30 to 43 weeks of 1100 to 2700 grams.
"
2015
S60227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restiyani
"Kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 sangat penting, karena kontribusinya terhadap pencegahan kematian maternal. Cakupan K4 di Puskesmas Jetis II tahun 2011 masih rendah (52,11%). Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan K4. Survei non eksperimental, data dikumpulkan secara cross sectional. Populasinya seluruh ibu bayi 0-6 bulan dengan sampel sebesar 100 orang diperoleh dari estimasi proporsi satu populasi.
Penelitian ini menemukan proporsi kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 sebesar 64%. Variabel yang berhubungan bermakna dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 yaitu umur, pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga. Faktor yang paling dominan dukungan keluarga.
......K4 Gestation visit is very important because of it?s contribution to avoid maternal mortality. K4 visit in public health center Jetis II 2011 is still low (52.11%). This study aims to find out factors related to K4 gestation checkup visit. It is non-experimental, data was collected by cross-sectional. The population are all of infant mother age 0-6 months with 100 samples gained from proportion estimation of one population.
This study finds that proportion of K4 gestation checkup visit is 64%. Correlated significant variables with it are age, knowledge, attitude, and family support. The most dominant factor is family support."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ramadhika
"Latar belakang: World Health Organization mencetuskan tiga penyebab utama terjadinya kematian neonatal di Indonesia yaitu sepsis, prematuritas dan asfiksia. Lebih lanjut, sebuah studi menemukan bahwa lingkungan rumah sakit yang kurang memadai dapat menjadi risiko terjadinya sepsis neonatal awitan lambat (SNAL) dan dapat memperpanjang masa perawatan. Metode: Data rekam medis dari 1706 neonatus yang dirawat di Divisi Perinatologi Departemen IKA Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama tahun 2020 dikumpulkan secara retrospektif. Didapatkan hanya 262 neonatus yang terbukti mengalami SNAL, dilakukan pencatatan dan analisis usia gestasi, berat lahir dan mikroorganisme penyebab sepsis. Hasil Penelitian: Dari 1706 subyek, insiden SNAL adalah 15,4%. SNAL lebih banyak ditemukan pada kelompok bayi prematur dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu (58.4%) daripada kelompok bayi cukup bulan (41.6%). Mayoritas SNAL terjadi pada bayi berat lahir rendah (<2500 gram) yaitu sebanyak 67.6%, dengan persentasi terbanyak terjadi pada kelompok bayi berat lahir rendah (≥1500-<2500 grams) yaitu sebanyak 35.1%. Mikroorganisme penyebab SNAL di RSCM pada tahun 2020 didominasi oleh bakteri gram negatif, yaitu Klebsiella pneumonia, Acinetobacter spp., Escherichia coli, Enterobacter spp., dan Pseudomonas aeruginosa. Kesimpulan: Insiden SNAL pada tahun 2020 adalah 15,4%. Proporsi SNAL pada bayi berat lahir rendah dan bayi prematur secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok bayi berat normal dan bayi cukup bulan. Sebagian besar kasus SNAL disebabkan oleh bakteri gram negatif. Adanya mikroorganisme penyebab SNAL yang beragam dari studi ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pedoman penggunaan antibiotik empiris di RSCM.
......Introduction: The three main reasons for neonatal death in Indonesia according to WHO are sepsis, prematurity, and asphyxia. A study stated that late-onset sepsis (LONS) was a risk of poor hospital environment and could prolong the duration of hospitalization. Methods: Clinical data from 1706 hospitalized neonates who were treated in the Neonatal Unit in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH) Jakarta in the year 2020 were analysed retrospectively through medical record. Only 262 neonates that were proven with LONS, and related risk factors such as gestational age, birth weight and microbial in blood stream were analysed.

Results: From a total of 1706 neonates, the incidence of proven LONS was 15,4%. It was more prevalent (58.4%) in preterm neonates aged less than 37 weeks than in term (41.6%) neonates. Majority (67.6%) of proven LONS subjects were neonates with low birth weight (<2500 grams) and the largest percentage between them (35.1%) were in ‘low birth weight (≥1500- <2500 grams)’ group. Gram negative bacteria have emerged as predominant pathogens of LONS patients in our hospital, with most common were Klebsiella pneumonia, Acinetobacter spp., Escherichia coli, Enterobacter spp., and Pseudomonas aeruginosa. Conclusions: The incidence of LONS in 2020 is 15,4%. The proportion of LONS among LBW and preterm neonates is significantly higher compared to normal birth weight and term neonates. Both LBW and NBW neonates, preterm and term neonates suffering LONS in CMH’s neonatal unit are mostly caused by gram-negative bacteria and this finding is statistically significant. Different pathogens causing LONS in this study can be utilized further to analyse the susceptibility of these pathogens to the current empirical antibiotic guideline used in CMH."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Kusuma Wardani
"ABSTRAK
Latar belakang: Kelahiran prematur menjadi salah satu penyebab utama
kematian pada neonatus. Risiko mortalitas neonatus prematur akan menurun
dengan bertambahnya usia kehamilan. Kondisi hipoksia akut akan menyebabkan
insufisiensi plasenta, sehingga transfer nutrisi dari maternal ke janin akan
terganggu. Hipoksia menstimulasi ekspresi faktor transkripsi HIF-1α, dan renin
akan di ekspresikan lebih tinggi pada kondisi hipoksia.Renin angiotensin system
(RAS) berperan dalam menjaga tekanan darah dan homeostasis elektrolit dalam
tubuh.Renin dapat menstimulasi prostaglandin sebagai salah satu pencetus
kelahiran diduga menjadi penyebab kelahiran prematur.
Tujuan: Mengukur ekspresi renin pada usia kehamilan dan berat lahir pada
jaringan plasenta neonatus prematur
Metode: Desain penelitian menggunakan cross sectional, plasenta neonatus
prematur dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan usia kehamilan (28-32
minggu dan 33-36 minggu) dan berat lahir neonatus (<1500 dan 1500-2500 gram)
untuk neonatus prematur yang disertai preeklampsia maupun tanpa disertai
preeklampsia. Pengukuran ekspresi relatif mRNA renin menggunakan metode two
step RT-PCR. Pengukuran protein renin menggunakan metode ELISA.
Hasil: Ekspresi renin yang lebih tinggi dijumpai pada plasenta neonatus prematur
disertai preeklampsia usia kehamilan 28-32 minggu dan plasenta neonatus
prematur tanpa disertai preeklampsia usia kehamilan 33-36 minggu. Ekspresi
renin lebih tinggi pada plasenta neonatus prematur dengan berat lahir<1500 gram,
baik pada prematur yang disertai preeklampsia maupun tanpa disertai
preeklampsia.
Kesimpulan: Tingginya ekspresi renin menunjukkan adanya penghambatan
transfer nutrisi dari maternal ke janin sehingga janin tidak berkembang dengan
optimal.Ekspresi renin lebih tinggi dijumpai pada neonatus dengan SGA. Ekspresi
renin seluruh plasenta neonatus prematur lebih rendah dari plasenta aterm.

ABSTRACT
Background: Preterm birth has become a main cause of neonanus mortality.
Preterm neonatus mortality risk will decrease along with the increasing gestational
age. Acute hypoxia will lead placental insufficiency, which results disruption on
transfer nutrition from maternal to fetus. Hypoxia stimulates expression HIF-1α
transcription factor, and renin will be highly expressed in hypoxia. Renin
angiotensin system (RAS) plays a role in maintaining blood pressure and
electrolyte homeostatic in the body. Renin stimulates prostaglandin synthesis that
induces labor, and it was suspected as a cause of preterm birth
Objective: Measure renin expression in gestational age and birth weight of
preterm neonates placental tissue
Methods: The research design used cross sectional, placental preterm neonates
were divided into two groups based on gestational age (28-32 and 33-37 weeks)
and birth weight (<1500 and 1500-2500 grams), preterm neonates with and
without preeclampsia. Renin mRNA relative expression was measured by two
step RT-PCR method. Renin protein was measuredby ELISA method.
Results: Renin expression is found higher in placental preterm neonates with
preeclampsia 28-32 weeks gestational age, placental preterm neonates without
preeclampsia 33-36 weeks gestational age. Renin expression was higher in
placental preterm neonates <1500 grams birth weight, for both placental preterm
neonates with and without preeclampsia.
Conclusion: The high renin expression showed inhibition nutrition transfer from
maternal to fetus, so that the fetus does not optimally being develop.The higher
renin expression found in fetus with SGA. Renin expression in preterm neonates
placenta is lower than at term neonates placenta"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilla Ajani
"Panjang badan lahir merupakan ukuran valid dalam memperlihatkan keterhambatan pertumbuhan dan perkembangan dalam kandungan di awal trimester kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model prediksi dan faktor dominan yang memengaruhi panjang badan lahir bayi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis, laporan bagian kebidanan, dan laporan pertolongan persalinan ibu. Model prediksi panjang badan lahir yang diperoleh adalah z=-9,548 + 1,176 tinggi badan ibu + 0,942 berat badan pra hamil + 0,525 pertambahan berat badan selama kehamilan + 0,822 paritas + 1,25 usia gestasi + 0,315 status pekerjaan + 0,619 total kunjungan antenatal care + 0,952 jenis kelamin bayi. Dari model tersebut, usia gestasi ibu merupakan faktor dominan yang memengaruhi panjang badan lahir bayi, disusul oleh tinggi badan ibu dan jenis kelamin bayi setelahnya. Adapun faktor lain yang memengaruhi panjang badan lahir adalah berat badan pra hamil (BBpH), paritas, total kunjungan antenatal care (ANC), pertambahan berat badan (PBB) selama kehamilan, dan status pekerjaan. Dengan demikian, disarankan agar sektor terkait lebih meningkatkan fokus pada penurunan kejadian prematur melalui perbaikan BBpH dengan melaksanakan penyuluhan gizi seimbang pada remaja dan ibu pra-hamil di karang taruna dan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK), serta perbaikan PBB selama kehamilan melalui kunjungan ANC.
......The focus of this study is internal training design at PT Aetra Air Jakarta. This research
is qualitative, the data were collected by literature study and interview. The result of this
study showing that internal training design at PT Aetra Air Jakarta include : a) training
calendar, b) training site, c) trainer, d) training method, e) training module, f) pre test
and post test, and g) training observer. There were include training need analysis and
training evaluation at PT Aetra Air Jakarta. The researcher suggest that should be
conduct sharing session for all unit managers in order to realize them to evaluating the
employees that finished their training program"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library