Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endi Djunaedi
Abstrak :
Konsep Merantau mengacu pada konsep Migrasi Sirkuler, yaitu migrasi tidak tetap. Migrasi Sirkuler didefinisikan sebagai perginya penduduk keluar melewati batas administrasi desa asal pada waktu tertentu untuk mencari pekerjaan tanpa diikuti oleh perpindahan tempat tinggal. Merantau Masyarakat Dusun Cisayong identik dengan definisi migrasi sirkuler di atas. Merantau masyarakat Dusun Cisayong berkaitan erat dengan tradisi budaya orang Tasik. Tradisi turun temurun dari satu kurun waktu ke kurun waktu lainnya. Seseorang perantau tidak saja akan menambah penghasilan, tetapi juga mendudukkan mereka pada strata yang terpandang. Kajian ini berusaha menjelaskan faktor-faktor pendorong dan penarik merantaunya masyarakat Dusun Cisayong. Penelitian difokuskan pada satu Dusun (Kampung) dari tiga Dusun yang ada di Desa Cisayong. Penelitian lapangan yang menjadi acuan tesis ini dilakukan di Dusun Cisayong Desa Cisayong Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Lama Penelitian 12 bulan (Februari 1994 - Februari 1995) dengan efektivitas waktu tinggal 12 minggu (satu minggu per bulan). Melalui Pendekatan partisipasi terlibat dan sensus di satu Rukun Tetangga, dapatlah disimpulkan lima faktor pendorong dan satu faktor penarik. Kelima faktor pendorong tersebut adalah faktor ekologis, faktor ekonomi dan demografi, faktor pendidikan, keresahan politik dan faktor sosial. Sementara faktor penariknya adalah daya tarik kota yang menjanjikan harapan memperoleh nafkah. Letak Dusun Cisayong secara ekologis mudah dicapai kendaraan umum roda empat ke dan dari daerah tujuan mendukung dorongan mereka untuk merantau. Sawah dan ladang yang menjadi tumpuan utama nafkah keluarga di desa makin menciut baik karena perubahan penggunaan untuk non pertanian maupun pertambahan jumlah penduduk, mendorong penduduk Dusun Cisayong untuk merantau. Terbatasnya sarana pendidikan hanya sampai sekolah menengah pertama mendorong orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke luar desa. Keresahan politik akibat pemberontakan DI/TII ditahun lima puluhan sampai tahun tujuh puluhan membawa pengaruh terhadap penduduk untuk merantau (perantau pemula) yang kemudian kebiasaan ini diikuti pula oleh generasi selanjutnya kendati secara politik daerah mereka sudah aman. Kedudukan sosial yang berbeda antara yang kaya dengan yang miskin, antara yang memiliki sawah dan tidak memiliki sawah, mendorong penduduk untuk merantau, dan kesiapan istri yang akan menggantikaii sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah selama ditinggal merantau, memperbesar semangat suami pergi merantau. Keberhasilan perantau secara material menarik perhatian calon-calon perantau. Kekayaan dalam bentuk rumah, sawah, kolam ikan dan ternak domba hasil usaha perantau di kota, dan informasi mudahnya mencari nafkah di kota menarik penduduk untuk merantau.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandi Oka Subantara
Abstrak :
Angka kejadian hipertensi di Indonesia meningkat cukup tinggi setiap tahunnya khusunya Jawa Barat jika dibiarkan tidak terkendali secara terus menerus dan tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi berbahaya. Perlu upaya untuk mengetahui faktor paling utama dalam kejadian hipertensi supaya seseorang dapat mengubah pola hidup yang dapat beresiko terkena hipertensi ataupun memperberat hipertensi. Penelitian deskriptif korelatif dengan menggunakan desain cross sectional. Total sampel pada penelitian ini adalah 434 orang masyarakat dikelurahan mangkubumi yang memiliki penyakit hipertensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa umur, jenis kelamin, nutrisi (konsumsi garam), riwayat olahraga, pekerjaan dan pendidikan memiliki nilai p value < 0,05 yang artinya terdapat hubungan terhadap kejadian hipertensi, namun tingkat stres, obesitas, riwayat merokok dan riwayat keluarga dengan hipertensi tidak terdapat hubungan terhadap kejadian hipertensi (p value > 0,05). Faktor dominan terhadap kejadian hipertensi pada penelitian ini adalah usia (p value 0,000), jenis kelamin (p value 0,001) dan riwayat olahraga (p value 0,021). Diharapkan penelitian ini dapat merubah pola hidup masyarakat menjadi lebih sehat untuk menghindari komplikasi dari hipertensi. ......The incidence of hypertension in Indonesia increases quite high every year, especially in West Java, if left uncontrolled continuously and uncontrolled can cause dangerous complications. Efforts are needed to find out the most important factors in the incidence of hypertension so that someone can change lifestyles that can be at risk of developing hypertension or exacerbate hypertension. Correlative descriptive research using cross sectional design. The total sample in this study was 434 people in the Mangkubumi sub-district who had hypertension. The results showed that age, gender, nutrition (salt consumption), sports history, employment and education had a p value < 0.05, which means that there was a relationship with the incidence of hypertension, but stress levels, obesity, smoking history and family history of hypertension there was no relationship to the incidence of hypertension (p value > 0.05).. The dominant factors for the incidence of hypertension in this study were age (p value 0.000), gender (p value 0.001) and sports history (p value 0.021). It is hoped that this research can change people's lifestyles to become healthier to avoid complications from hypertension.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Samiaji Agustin
Abstrak :
[ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang perkembangan Koperasi Unit Desa (KUD) di Tasikmalaya kurun waktu 1984-1988. Pada masa Repelita IV, Pemerintah Tasikmalaya memiliki program khusus untuk mengembangkan koperasi di daerahnya. Program tersebut adalah ?Sub Bidang Sukses Kehidupan Koperasi?. Pada program tersebut Pemerintah Tasikmalaya mengharapkan koperasi khususnya KUD bisa terus berkembang dan bisa membantu pertumbuhan ekonomi di Tasikmalaya. Pada skripsi ini penulis mengambil studi kasus di 3 (tiga) KUD, yaitu: KUD Pageurageung, KUD Karangnunggal, dan KUD Cikatomas. Ketiga KUD tersebut menjadi gambaran terlaksananya program tersebut. ABSTRACT
This thesis discusses the development of village cooperatives in Tasikmalaya over the period of four years, from 1984 to 1988. At the time of Repelita IV, the government of Tasikmalaya established a particular program to develop cooperatives in the region. The program is called "Sub Division of Cooperative Life Success". From the program, Tasikmalaya government expected village cooperatives in particular to continue to grow and be able to assist economic growth in Tasikmalaya. In this thesis, the author examines 3 (three) village cooperatives case studies, namely: village cooperative in Pageurageung, village cooperative in Karangnunggal, and village cooperative in Cikatomas. The three village cooperatives became a depiction of the program implementation.;This thesis discusses the development of village cooperatives in Tasikmalaya over the period of four years, from 1984 to 1988. At the time of Repelita IV, the government of Tasikmalaya established a particular program to develop cooperatives in the region. The program is called "Sub Division of Cooperative Life Success". From the program, Tasikmalaya government expected village cooperatives in particular to continue to grow and be able to assist economic growth in Tasikmalaya. In this thesis, the author examines 3 (three) village cooperatives case studies, namely: village cooperative in Pageurageung, village cooperative in Karangnunggal, and village cooperative in Cikatomas. The three village cooperatives became a depiction of the program implementation., This thesis discusses the development of village cooperatives in Tasikmalaya over the period of four years, from 1984 to 1988. At the time of Repelita IV, the government of Tasikmalaya established a particular program to develop cooperatives in the region. The program is called "Sub Division of Cooperative Life Success". From the program, Tasikmalaya government expected village cooperatives in particular to continue to grow and be able to assist economic growth in Tasikmalaya. In this thesis, the author examines 3 (three) village cooperatives case studies, namely: village cooperative in Pageurageung, village cooperative in Karangnunggal, and village cooperative in Cikatomas. The three village cooperatives became a depiction of the program implementation.]
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofwan Samandawai
Bandung : Yayasan Akatiga , 2001
362.5 SOF m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Robiusani Muhyi
Abstrak :
Salah satu agenda kesehatan internasional untuk melawan pandemi COVID-19 adalah melalui program vaksinasi. Pemerintah RI melalui Program Vaksinasi Nasional berupaya untuk mengurangi penyebaran dan angka kematian penyakit COVID-19, serta membentuk kekebalan kelompok. Namun, di beberapa daerah seperti Kabupaten Tasikmalaya, cakupan vaksinasinya masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya adalah masih ada penolakan yang disebabkan hoaks, serta kurangnya upaya komunikasi khususnya pada kelompok umur yang signifikan. Tugas karya akhir ini dibuat untuk membantu Dinkes Kabupaten Tasikmalaya untuk meluncurkan program komunikasi strategis bernama “Sekolah Siap Tasik Sehat!”. Program ini bertujuan untuk Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya vaksinasi yang aman dan halal di kalangan audiens primer dan sekunder (pelajar dan guru), dan meningkatkan motivasi target sasaran untuk melakukan vaksinasi pertama dan kedua. Target audiens primer program ini adalah Pelajar SMA/SMK/MA dan Santri/Santriwati Pondok Pesantren di Kabupaten Tasikmalaya, sedangkan target audiens sekundernya adalah Guru dan Ustaz/Ustazah di institusi pendidikan tersebut. Program ini terbagi menjadi dua fase: Fase pertama yaitu menjangkau sekolah melalui webinar, kompetisi “Sekolah Juara Vaksin”, dan pemakaian pin “Aku sudah divaksin”; Fase kedua yakni implementasi program yang berisi kegiatan webinar dan kompetisi video “Youth Vaccine Hero”. Program ini membutuhkan anggaran sebesar Rp100.670.000, dan akan berlangsung selama empat bulan. ...... Vaccination program is one of the international health agendas to fight the COVID-19 pandemic. The Government of Indonesia through the National Vaccination Program seeks to reduce the spread and mortality of COVID-19 disease, as well as establish group immunity. However, in some areas such as Tasikmalaya Regency, vaccination coverage is still very low. One of the reasons is that there are still rejections caused by hoaxes, as well as the lack of communication efforts, especially in the significant age group. This final project was created to assist the Tasikmalaya District Health Office in launching a strategic communication program called “Sekolah Siap Tasik Sehat!”. This program goals is to increase awareness about the importance of safe and halal vaccination among primary and secondary audiences (students and teachers), and increase the motivation of the target audience to carry out the first and second vaccinations. The primary target audience for this program are SMA/SMK/MA students and Islamic boarding school Santri/Santriwati in Tasikmalaya Regency, while the secondary target audience are teachers and Ustaz/Ustazah at these educational institutions. This program is divided into two phases: the first phase is to reach schools through webinars, the “Sekolah Juara Vaksin” competition, and the use of the “Aku sudah divaksin” pin; The second phase is the implementation of a program that contains webinars and a video competition “Youth Vaccine Hero”. This program requires a budget of Rp100,670,000, and will last for four months.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tetet Kartilah
Abstrak :
ABSTRAK
Masih rendahnva kualitas pelayanan keperawatan dan tingkat pendidikan perawat direspon dengan berkembangnya program peningkatan pendidikan lanjut bagi perawat, baik pelaksana maupun pengelola, dengan tujuan meningkatkan kompetensi dan kinerja pelayanan keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya sejak tahun 1999 telah melaksanakan program tersebut dengan rnenyelenggarakan pendidikan DIII Keperawatan Khusus bagi perawat lulusan SPK bekerja sama dengan Akper Depkes Tasikmalaya, tetapi belum diketahui dampaknva terhadap pencapaian kompetensi dan kinerja pelaksanaan tugas masing-masing.

Penelitian ini bermaksud mengidentifikasi kompetensi dan kinerja kepemimpinan Kepala Ruangan di Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya setelah mengikuti pendidikan DIII Keperawatan dan sejauhmana program pendidikan tersebut memberikan dampak pada kompetensi dan kinerja kepemimpinan tersebut.

Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metoda wawancara, observasi dan studi dokumentasi terhadap kegiatan kepemimpinan Karu. Kompetensi kepemimpinan terdiri dari 6 komponen (Tappen, 1998), sedangkan kinerja kepemimpinan terdiri dan 10 komponen (Soeprihanto,2000). Responden utama terdiri dari 4 orang Karu yang sudah menjadi karu sejak sebelum mengikuti pendidikan dan 6 orang responden lain, yang dianggap mengetahui kompetensi dan kinerja Karu selama 2 tahun terakhir.

Hasil penelitian menunjukan. bahwa secara umurn setelah mengikuti pendidikan DIII Keperawatan, Karu memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep kepemimpinan tetapi belum cukup kompeten dalam penguasaan menyusun tujuan dan menentukan perencanaan kegiatan pengelolaan ruang rawat. Sehingga. Karu belum mampu mencapai kinerja yang memadai dalam melaksanakan tugasnya sebagai manajer, terutama dalam penguasaan tugas, mengambil keputusan. menentukan prioritas tugas, melakukan koordinasi ang efektif dan efisien serta ketegasan dan obvektiftas dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di ruangan.

Dampak pendidikan DIII Keperawatan yang lain adalah meningkatnya rasa percaya diri Karu dalam melakukan aktifitas, tetapi belum optimal dalam meningkatkan sikap, keterampilan dan penampilan kerja kepemimpinan Karu. Hal ini disebabkan karena pengetahuan yang diperoleh belum memberikan gambaran yang lengkap dari tugas dan jenis akilvitas kepemimpinan yang harus dikerjakan oleh Karu, sehingga pada saat. pelaksanaan tugasnya Karu cenderung kembali ke pola yang lama. Kebijakan peningkatan pelayanan di setiap aspek, upaya aktualisasi dan motivasi diri, kepercayaan dan penghargaan sejawat dianggap sebagai faktor pendukung pencapaian kompetensi dan kinerja kepemimpinan Karu. Sedangkan belum adanya standar kompetensi dan kinerja yang diharapkan organisasi, masìh rendahnya penghargaan terhadap profesi keperawatan, perubahan struktur, kurangnya sarana prasarana yang berkaitan dengan pelayanan langsung kepada kiien, dianggap faktor penghambat.

Program pendidikan DIII Keperawatan, belum memadai untuk membentuk calon Karu yang memiliki kompetensi kepemimpinan efektif dan efisien. Implikasinya, untuk memberdayakan Karu dengan pendidikan DIII Keperawatan di RSUD Tasikmalaya, sangat diperlukan supervisi dan program pengembangan kompetensi dan kinerja kepemimpinan dalam pengelolaan ruang rawat melalui program-program pelatihan dalam pelaksanaan tugas (on job training), penetapan standar kompetensi dan kinerja yang jelas dan tersosialisasi, evaluasi kinerja secara berkala, peningkatan ketersediaan sarana pendukung pelaksanaan tugas dan sistem peghargaan pelaksanaan tugas yang memadai. Selain itu, program pendidikan DIII Keperawatan diharapkan mampu mengembangkan program pendidikan yang mempertimbangkan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap lulusan.


ABSTRACT
Nursing service at the hospital has not been recognized as a professional care services. The reason of that problem has been predicted that it is due to lack of knowledge of the nurses in ward departement as well as in nursing care because of low education of them. One of the effort to improve the nurses ability to provide nursing care and ward management. Tasikrnalaya Hospital had been chalange for the head nurses and nurse practitioners, continuing education program into Diploma Ill Nursing program since 1999.

The purpose of this research to identify a change in nursing competency and performance particularly in the leadership ability of the head nurses after graduated from Diploma III Nursing Program, in Tasikmalaya district general Hospital.

This reasearch is a qualitative reasearch, that using interview and observation methode to assessing the activities of head nurses related to leadership and management. The number of respondents is four head nurses. Additional data collected from six other informans who knowledgeable abou the role and function of the respondents.

This reasearch descrift an averrage of the head nurses competency in leadership and low of averrage in head nurses performance in leadership. Commonly, that is appropriate with the educational program in Diploma UI nursing program. They had a high level knowledge of nursing sience and managmeflt science, but not aplicated that sience in their daily activities. Made a decision, task priority, coordination, oblectivity and fairly arc activity that not yet be done. That condition cause of difficult for changing, a habbit and percept in ward management and nursing service after graduated DIII nursing program. The other faktor that contribute in this condition is organizations, individuals, and the environmental supports factor.

?[o improve the head nurse competency and performance in nursing leadersip, this study recommended a supervision program in the nursing management and leadership (on ob training), fasilitate the head nurse activity in the ward management and need assessment of the program to improve quality and relevancy DIll nursing program.

Learning assesment is necessaryy to improve quality of the graduate to identify the relevencies of the subject matter providing in DIII nursing program.

2002
T3811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S7546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Zulkifli Duski
Abstrak :
Penyakit campak adalah penyakit infeksi viral akut yang mudah ditularkan, sehingga hampir semua anak yang dilahirkan pernah ketularan penyakit ini, sebagian besar sebelum mencapai umur 5 tahun. Imunisasi campak merupakan cara yang paling cost efektif untuk menanggulangi penyakit campak di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status imunisasi campak dengan kejadian campak pada anak usia dibawah 5 tahun di Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengelola program imunisasi. Metode penelitian ini dirancang dengan Studi Historical Cohort ( Kohort Retrospektif ), dimulai dari keterpaparan. Terpapar adalah anak yang tidak diimunisasi campak sedangkan yang tidak terpapar adalah anak yang diimunisasi campak. Jumlah yang terpapar sebanyak 84 orang dan yang tidak terpapar 84 orang. Variabel yang diteliti meliputi faktor status imunisasi, pendidikan, pengetahuan dan sikap Ibu, serta kepadatan dan ventilasi hunian ditambah dengan efikasi vaksin. Hasil penelitian menunjukan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian campak adalah status imunisasi ( RR= 3,2 ), kepadatan ( RR= 3,3 ) dan ventilasi hunian ( RR= 3,9 ). Hasil efikasi vaksin adalah 50%, yang menunjukkan kedayagunaan vaksin masih rendah. Melihat hasil penelitian maka disarankan kepada Puskesmas untuk meningkatkan cakupan imunisasi campak ( UCI = 100% ) terutama daerah kantong, serta mengusulkan ke Kabupaten melalui Camat untuk mengadakan program rumah sehat terutama daerah potensial wabah. ...... Corelation of Measles Immunization Status with Measles Incident on The 5 Years Lower Age of Children When Measles Epidemic Disease at Pagerageung Village of Pagerageung Sub District of Tasikmalaya 2000. Measles Disease is viral acute infectious disease marked by fever and small red spots that cover the whole body when easy spread, so all the baby has been disease infected, before 5 years. Measles immunization which is effective cost to cope with measles disease at population. The research objections is know about of correlation measles immunization status with measles incidence on the 5 years lower age of children at Pagerageung Village of Pagerageung Sub District of Tasikmalaya. The result of research could be giving of mind contribution supporting of immunization management programs. The research method started from the exposure with Cohort Historical Study Designed. The exposure is whose the children of measles immunization and but, Unexposure is whose the children with measles immunization. Whose the exposure about 84 person and unexposure about it 84 person. The research variables is immunization factor status, education, knowledge and mother attitude, also densely and occupancy ventilation with increase of vaccine effication. The result research to show that variable which in influential on the measles incident is immunization status (RR=3,2), densely (RR=3,3) and occupancy ventilation (RR=3,9). Vaccine effication result is 50%, which show that still low vaccine efficiency. So would be suggestive to health society center for increasing measles immunization coverage (UCI=l00%) at local epidemic especially and have to suggest to regent pass through Sub District for organizing health house programs as specially at local of epidemic potential.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T1492
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiyat Miko
Abstrak :
Gizi buruk merupakan kekurangan gizi tingkat berat terutama pada anak-anak umur dibawah lima tahun (balita) dan merupakan salah satu masalah gizi utaman di Indonesia yang perlu ditanggulangi karena berdampak terhadap kesehatan dan Human Devolopment Index manusia Indonesia 15-20 tahun yang akan datang. Masalah gizi memiliki dimensi yang luas, tidak hanya merupakan masalah kesehatan tetapi juga meliputi masalah social, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan dan lingkungan. Faktor pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antara wilayah ataupun antara kelompok masyarakat, bahkan akar masalah ini dapat berbeda antara kelompok usia balita. Kondisi krisis ekonomi sejak tahun 1997 dan tentu berkelanjutan sampai saat ini, menyebabkan daya beli pada masyarakat secara umum menjadi menurun, karena disatu pihak relatif banyak yang kehilangan sumber mata pencaharian sementara di pihak lain adanya peningkatan harga barang dan jasa. Hal ini dapat mengakibatkan dampak buruk terhadap kesehatan dan gizi masyarakat, terutama balita. Masalah gizi pada anak balita di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat dari tahun ketahun cenderung meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi khususnya gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita umur 6 bulan sampai < 5 tahun di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat tahun 2002. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metoda potong lintang (cross sectional)1. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dan anak balita umur 6-60 bulan dengan jumlah sampel sampel sebanyak 758, 5 desa di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Analisis data dilakukan dengan uji kai kuadrat dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Di masa yang akan datang dalam pemilihan dan perencanaan upaya yang berkaitan dengan masalah gizi buruk ini agar mempertimbangkan ukuran dampak potensial yang berkontribusi terhadap terjadinya kasus gizi buruk pada anak balita. Dalam melakukan intervensi untuk memperbaiki status gizi anak umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun di Kecamatan Bojongasih agar memperhatikan kedelapan variabel diatas yang berpengaruh munculnya kejadian KEP dan perlu penelitian lebih lanjut dengan melihat pola asuh anak dengan desain yang sama scara skala besar.
Severe Malnutrition is the chronic nutrient deficiency, which usually occurs at under five years old children. It also the main nutrient problems in Indonesia that should have to decline and reducing it's effects to health and Indonesians Human Development Index for the next 15 - 20 years. The nutrition problem has a very wide dimension, not just public health problems but also social, economic, culture, care, education, and environment. The ignitions of nutrition problems in one region or society to another could be different, in fact the occurrence among under five years old children could be different. Indonesia's economic crisis conditions in 1997 and still continuing today caused public's purchasing power decreasing generally, as effect of un-employments and the raise of goods and services prices. Those conditions could make worst for public's health and nutrients, especially toddlers. Nutrient problems in West Java Province inclination increase years after years. The goals of this research is to search the connection factors of severe malnutrition incidences, age between 6 months - 60 months at Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya, in 2002. This research is an observational research with cross sectional method. The respondents of this research are the mothers that have children of under five years, with the numbers of sample is 758. The conclusion of the research, that eight variables status has a significant connection to incidence severe malnutrition cases, therefore any dealing and prevention acts with public's nutrients and health problems should pay attention to that variables by doing full planning works. In determining and planning acts to prevent the nutrient problems, we have to considering the potential effect values that make contributions to severe malnutrition cases.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T12643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeyen Aksara Leo
Abstrak :
Perwakafan tanah sudah dikenal dan dipraktekkan oleh umat Islam di Indonesia tetapi tampaknya permasalahan wakaf tanah masih muncul dalam masyarakat sampai sekarang. Sebelum lahirnya peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perwakafan tanah, masalahnya menjadi semakin kompleks dan rumit. Hal inilah yang menjadi latar belakang terjadinya jual beli atas tanah dan benda-benda wakaf di kabupaten Tasikmalaya yang sempat menjadi sengketa. Menyikapi keadaan tersebut di atas, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 yang mengatur tentang Perwakafan Tanah Milik. Penulis berupaya mengkaji bagaimanakah aspek hukum jual beli tanah dan benda-benda wakaf yang terjadi di kabupaten Tasikmalaya dikaitkan dengan peraturan pemerintah tersebut. Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebabnya dan bagaimana penyelesaiannya. Penelitian tesis ini menggunakan metode deskriptif analitis. Dari penelitian ini dapat disimpulkan jual beli atas tanah wakaf tersebut tidak dapat dibenarkan karena menyimpang dari peraturan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977. Pada prinsipnya menurut hukum Islam tanah wakaf tidak dapat diperjualbelikan. Dalam kasus ini jual beli dapat terjadi karena adanya perbedaan pendapat mengenai status, letak, dan kedudukan tanah serta tidak adanya alat bukti (sertipikat) atas tanah wakaf tersebut. Para pihak berupaya menyelesaikannya dengan musyawarah mufakat serta mengembalikan status dan penggunaan tanah tersebut pada statusnya semula sebagai tanah wakaf.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003
T16687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>