Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kamalludin Behzad
Abstrak :
this study was aimed to assess factors socioeconomic water and sanitation access to health service and immunization status of the children lees than five years with occurrence of stunting in Sikka and Lombok District in in temore Province .our data was secondary data has been collected By Research center UI after analyzing data with stata 2010 unvariat bivariate analysis in summary we find that from 2593 children under five 54.47 were normal and 45.53 were stunted and in multivariate analysis the male children had1.2 time the risk stunted and had significant association with stunting according age of mother at the age 20-30 year have risk 6.1time to stunted age <20 year had 5 time more risk of stunting and significant association with stunted and in socioeconomic have significant association with stunted poor family had 1.1 time more risk to stunted by going high every level socioeconomic prevalence of stunting going down. Use of soap in hygiene activity non us of soap had 1.5 time risk to stunted than who used soap in hygiene activity had less risk to stunted. Use of soap had significant with stunted. And according health service utilization that family who used form selfmedication had more stunted children than who use community private or government facility and health service utilization in long term illness had significant association with stunting.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30051
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Austin, James E.
Baltimore: John Hopkins University Press , 1980
362.5 AUS c (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: World Health Organization, 1999
362.196 WOR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Academic Press, 1977
362.5 MAL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ahsan Safi`i
Abstrak :
Kondisi kesehatan masyarakat Indonesia saat ini sedang terpuruk. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan kasus gizi buruk di beberapa daerah di Indonesia. Data Departemen Kesehatan Menyebutkan kasus gizi buruk dan gizi kurang pada balita tahun 2005 berturut-turut sejumlah 8,8% dan 19,20%. Di Dinkes Depok sendiri, selama tahun 2007 tercatat 959 penderita gizi buruk. Gizi buruk di Indonesia masih merupakan masalah, meski pemerintah telah mengerahkan berbagai upaya untuk mencegah dan menanggulanginya. Upaya pemerintah antara lain melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan peningkatan pelayanan gizi melalui pelatihan-pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk kepada tenaga kesehatan. Upaya ini berhasil menurunkan angka gizi buruk menjadi 6,3% pada tahun 2001. Pada awal April 2008, Dinkes Depok menyelenggarakan pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk sebagai bentuk persiapan panti pemulihan gizi di beberapa puskesmas yang ada di Depok. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penyelenggaraan pelatihan maka dilakukan penelitian mengenai ?Gambaran Penyelenggaraan Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk Dalam Rangka Persiapan Therapeutic Feeding Center (TFC) di Dinas Kesehatan Kota Depok Jawa Barat Tahun 2008?. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mendapatkan gambaran pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk dalam rangka persiapan Therapeutic Feeding Center (TFC) atau Panti Pemulihan Gizi di Dinas Kesehatan Depok Jawa Barat tahun 2008. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini berupa deskriftif kualitatif dengan pengambilan data melalui wawancara terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan yag diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan program dan sangat membantu pelaksanaan kegiatan Panti Pemulihan Gizi. Dari segi pelatih sudah cukup memiliki kualifikasi yang memadai. Sedangkan dari segi peserta latih memiiki latar belakang yang sesuai dengan pelaksanaan program sehingga memperlancar proses pelatihan. Dari segi materi juga sangat komprehensif yang bisa menjadi bekal peserta latih ketika terjun langsung di lapangan Hanya saja ditemui beberapa kendala terutama pada komponen fasilitas yang ada. Hal ini berakibat pada terganggunya proses penerimaan informasi yang diberikan oleh pelatih. Sehingga saran yang diberikan adalah penyediaan fasilitas serta sarana yang mendukung kelancaran program pelatihan.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Cinantya Ramadani
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang kekurangan gizi berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran kekurangan gizi berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) dan indeks konvensional serta diketahuinya hubungan karakteristik anak, asupan energi dan protein, ASI eksklusif, inisiasi MP-ASI, karakteristik ibu serta karakteristik keluarga dengan kekurangan gizi pada balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010 yang analisisnya dilakukan selama bulan Februari ? Juni 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili Provinsi Nusa Tenggara Barat, sedangkan sampelnya adalah anggota rumah tangga yang berumur 0 ? 59 bulan yang berjumlah 445 anak. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi kekurangan gizi pada anak balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) sebesar 62,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara asupan energi, ASI eksklusif, wilayah tempat tinggal dan status sosial ekonomi dengan kekurangan gizi pada balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Namun, tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara kelompok umur balita, jenis kelamin, berat lahir, asupan protein, inisiasi MP-ASI, pendidikan ibu, serta status pekerjaan ibu dengan kekurangan gizi pada balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). This study discusses malnutrition based Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) in West Nusa Tenggara Province in 2010. The purpose of this study is known picture of malnutrition based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) and conventional indices as well as knowing the characteristics of child relationships, energy and protein intake, exclusive breastfeeding, initiation of complementary feeding, maternal characteristics and family characteristics with nutritional deficiencies in toddlers based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). The study design used was cross sectional using a secondary data analysis Riskesdas 2010 during the month from February to June 2012. This study population is all households that represent the province of West Nusa Tenggara, while the sample was of household members aged 0-59 months, amounting to 445 children. The results of a study on the prevalence of malnutrition among children under five based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) of 62.7%. The results of statistical tests showed no significant association between intake of energy, exclusive breastfeeding, residential areas and socio-economic status with nutritional deficiencies in infants based Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). However, do not get a significant association between toddler age group, gender, birth weight, protein intake, initiation of complementary feeding, maternal education, and employment status of mothers with malnourished children under five by Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Permadi Suratman
Abstrak :
Penanganan kasus KEP pada Balita tidak bisa hanya dilakukan dengan langkah-langkah pencegahan, tetapi harus sekaligus dilakukan intervensi gizi, antara lain dengan pemberian tambahan konsumsi makanan. Untuk menyusun perencanaan program atau intervensi gizi diperlukan identifikasi masalah gizi dan kebutuhan yang diperlukan dengan melakukan analisis situasi kesehatan. Hasil analisis situasi kesehatan yang akurat membutuhkan datalinformasi yang cukup baik kuantitas maupun kualitas. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas program gizi (SP3-LB3.1) yang berjalan selama ini belum menghasilkan data/informasi program gizi yang lengkap, cepat dan akurat. Oleh karenanya pemanfaatan hasil luaran SP3-LB3.1 oleh pengelolah program gizi di tingkat Dinkes Kabupaten belum optimal, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan informasi tingkat manajemen pelaksana dalam penyusunan programlintervensi terhadap permasalahan KEP pada Balita. Disamping itu, SP3-LB3.1 bukan merupakan satu-satunya pelaporan yang harus dibuat oleh Puskesmas, tetapi masih terdapat laporan lain (F III Gizi) yang diminta langsung oleh pengelola program gizi Dinkes Kabupaten. Hal ini selain menjadi beban bagi Puskesmas juga mengakibatkan adanya duplikasi data gizi antara pemegang program gizi dengan data pada pengelola SP3-LB3.1. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Program Gizi (SP3G) merupakan pengembangan dari SP3-LB3.1, yang diharapkan menghasilkan datalinformasi mengenai cakupan keberhasilan program gizi di Puskesmas secara cepat, lengkap, dan akurat. mengenai cakupan keberhasilan program gizi di Puskesmas secara cepat, lengkap, dan akurat. Pengembangan sistem ini didukung dengan adanya perubahan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten dalam era otonomi daerah, dari technical control menjadi technical support. Dimana Dinas Kesehatan kabupaten mempunyai kewenangan dalam pengembangan Sistem Kesehatan sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Pengembangan SP3G dilaksanakan dengan menetapkan kebutuhan data/informasi, dan indikator, mendesain sistem pengolahan dan penyajian data, mendesain format input dan output laporan, serta perancangan program aplikasinya. Pengumpulan data/informasi dilakukan melalui wawancara dan observasi terhadap komponen sistem. Pengoptimalan fungsi Sub Bagian Perencanaan sebagai pengelola data program kesehatan khususnya masalah gizi, serta pelaksanaan mekanisme umpan balik akan lebih mengoptimalkan pelaksanaan SP3G dalam menghasilkan informasi program gizi yang berkualitas, sehingga dapat mendukung manajemen program gizi di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten, baik dalam perencanaan, monitoring, dan evaluasi program.
Management Information System Development of Protein Energy Malnutrition For Children 0-5 Years at The Health Departement of Banjarnegara District To solve the case of protein energy malnutrition (PEM) for children 0-5 years is not only through prevention, but also through nutrition intervention program, for example by giving additional food. To compose nutrition intervention program or planning, officer should identify nutrition problem along with its needs through analyzing health condition. Its accurate result needs qualified data 1 information in terms of quality and quantity. SP3-LB3.1 (Nutrition recording and reporting program used at public health center/PHC) which is used currently does not produce data 1 information which is complete, instant and accurate. Consequently, performing SP3-LB.1 results used by nutrition analyst at District Health Officer is still not so optimal that it does not fulfill information which is needed by management executive level in order to compose nutrition intervention program/planning to solve PEM for children 0-5 years. In addition, SP3-LB3.1 is not the only reporting program which is composed by PT-IC. The other report is F III - nutrition which is asked directly by the nutrition program executive of District Health Office. These all become burden for PHC. In addition, it causes nutrition data to be duplicated among nutrition program executives and SP3-LB3.I executives. SP3G (the system of nutrition recording and reporting program is developed from SP3-LB3.1) which is designed in order to produce data / information about the coverage of PHC nutrition program achievement rapidly, completely and accurately. The system development is supported by functional changes of district health office from technical control into technical support in distract authonomy era. With this changes, District Health Office has an authority to develop health system based on its own needs. Developing SP3G is conducted deciding data/information needs along with their indicators, designing data performing and processing system, designing input and output reporting format and designing its application program. Data/information collection is conducted through interviewing and observing system components. Optimizing the function of Sub Sector Planning office as the executive of health program data especially for nutrition along with its feed back mechanism application will maximize SP3G application in order to produce qualified nutrition program information so that it supports nutrition program management at District Health Office in perspective of planning, monitoring, and program evaluation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T12630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Khaerunnisa Pratiwi
Abstrak :
Malnutrisi masih menjadi fokus masalah kesehatan pada anak, termasuk pada anak yang menjalani perawatan di rumah sakit. Hospital Acquired Malnutrition (HAM) memiliki outcome yang buruk terhadap pasien sehingga penting bagi professional tenaga kesehatan terutama perawat untuk mengetahui faktor yang berkaitan dengan kejadian HAM. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian HAM pada anak yang dirawat. Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain case-control. Sampel penelitian berjumlah 289 responden usia 0 bulan hingga usia 60 bulan dan minimal rawat 72 jam di RSUD Tarakan Jakarta pada bangsal rawat inap dan intensive care. Sampel diperoleh dengan teknik nonprobability sampling, yakni quota sampling. Penelitian ini menggunakan data sekunder rekam medis pasien periode rawat Januari – September tahun 2023. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi-square, didapatkan prevalensi HAM sebesar 24,8%. Faktor yang signifikan berpengaruh secara statistik terhadap HAM adalah usia (p=0,000), jenis kelamin (p=0,013), terapi nutrisi (p=0,000), tipe ruang rawat (p=0,036), diagnosis medis (p=0,005), jenis penyakit (p=0,033), demam (p=0,000), nilai TLC (p=0,000) dan nilai hemoglobin (p=0,000). Rekomendasi terkait penelitian ini adalah perawat mampu memonitoring perubahan status nutrisi pasien dan memberikan fokus intervensi manajemen nutrisi pada semua pasien anak yang dirawat. ......Malnutrition is still the focus of health problems in children, including children undergoing treatment in hospitals. Hospital Acquired Malnutrition (HAM) has poor outcomes for patients, so it is important for health professionals, especially nurses, to know the factors associated with the incidence of HAM. This study aims to identify what factors are associated with the incidence of HAM in hospitalized children. This research design is a quantitative case-control design. The study sample amounted to 311 respondents aged 0 months to 60 months and a minimum of 72 hours of care at RSUD Tarakan Jakarta in the inpatient and intensive care wards. The sample was obtained using nonprobability sampling technique, namely quota sampling. This study used secondary data from patient medical records from January to September 2023. The results of the study were analyzed using the chi-square test, and the prevalence of HAM was 39.1%. Statistically significant factors affecting HAM were age (p=0.000), gender (p= 0,013), nutritional therapy (p=0.000), type of ward (p=0.036), medical diagnosis (p=0.005), type of disease (p=0,033), fever (p=0.000), TLC value (p=0.000) and hemoglobin value (p=0.000). Recommendations related to this study are that nurses can monitor changes in patient nutritional status and provide a focus on nutritional management interventions in all pediatric patients admitted.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Rukmana Patty
Abstrak :
ABSTRAK Kasus gizi salah terbanyak terdapat di kelurahan Banten diantara wilayah lain di kota Serang Penelitian ini membahas tentang  faktor-faktor yang menyebabkan gizi salah pada anak balita di keluarga nelayan, dimana mayoritas mereka adalah buruh nelayan yang hidup dalam kemiskinan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Pengumpulan datanya menggunakan wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penenlitiannya menunjukan bahwa mayoritas pendidikan dan pemahaman keluarga nelayan tentang gizi rendah, pendapatan keluarga rendah sehingga mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi dengan baik. Mayoritas nelayan tidak memiliki alternatif pekerjaan lain disaat tidak bisa melaut karena cuaca ekstrim. faktor budaya dan kebiasaan setempat yang masih sangat kuat terkait pantangan makanan tertentu bagi anak balita terutama ikan dan telur yang akan merdampak buruk pada kesehatan dan kulit balita. Selain itu masih ada pemahaman bahwa ayah harus diutamakan dalam hal apapun termasuk dalam hal makan dibandingkan anggota keluarga lainnya, juga lingkungan tempat tinggal yang cukup kumuh dan kotor dengan sanitasi yang buruk serta sumber air bersih yang cukup sulit. Hambatan yang dihadapi yang paling mencolok adalah faktor ekonomi, aksesibilitas dan pengetahuan yang rendah serta kurangnya kesadaran pribadi dari keluarga dalam mengatasi masalah gizi salah pada anak balita dalam keluarga nelayan.
ABSTRACT The most malnutrition cases were found in Banten villages among other regions in Serang. This study discusses the factors that cause malnutrition in children under five in fishing families, where the majority of them are fishermen who live in poverty. This study uses a qualitative approach with descriptive types. Data collection uses in-depth interviews, observation and documentation studies. The results of his research show that the majority of education and understanding of fishermen families about nutrition is low, family income is low so they are not able to meet nutritional needs properly. The majority of fishermen do not have other alternative jobs when they cannot go to sea due to extreme weather. local cultural and habits factors that are still very strong related to the restrictions on certain foods for toddlers, especially fish and eggs, which will affect the health and skin of toddlers. In addition, there is still an understanding that fathers must be prioritized in any case, including in terms of eating compared to other family members, as well as a fairly shabby and dirty living environment with poor sanitation and difficult water sources. The most striking obstacles faced are economic factors, low accessibility and knowledge, and a lack of personal awareness from the family in overcoming the problem of malnutrition in children under five in the family of fishermen

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T52151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ayuningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang : Prevalens terjadinya malnutrisi bervariasi pada berbagai siklus kemoterapi LLA. Penelitian di Malaysia mendapatkan anak LLA pasca-kemoterapi fase induksi cenderung mengalami obesitas atau status gizi lebih. Penyebab malnutrisi pada anak LLA dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perubahan status gizi selama kemoterapi dapat memengaruhi luaran kemoterapi. Tujuan: mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perbaikan status gizi anak LLA setelah kemoterapi fase konsolidasi, serta pengaruhnya terhadap luaran kemoterapi, sehingga dapat dipakai sebagai masukan untuk upaya mengatasi malnutrisi pada anak LLA. Metode : Penelitian ini dengan uji retrospektif, di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2016-2018. Total sampling pada pasien leukemia limfoblastik akut yang terdiagnosis, dan menjalani kemoterapi di RSCM hingga fase konsolidasi. Hasil : Seratus empat puluh satu subyek pasien anak LLA diikutsertakan dalam penelitian ini. Terdapat 69,5% subyek mengalami perbaikan status gizi, dan 30,5% mengalami perburukan status gizi, dengan 60% perburukan ke arah overnutrition pasca-kemoterapi fase konsolidasi. Faktor risiko independen terhadap terjadinya perbaikan status gizi pasca-kemoterapi fase konsolidasi ialah tidak timbulnya efek samping kemoterapi (RR 1,36, 95% IK 1,02 - 1,81). Jenis makanan dan cara pemberian makan tidak memengaruhi perubahan status gizi anak LLA pasca-fase konsolidasi. Terdapat hubungan antara perbaikan status gizi anak LLA pasca-fase konsolidasi dengan kejadian remisi (RR 1,24, 95% IK 1,03 - 1,5). Simpulan : Status gizi pasca-kemoterapi fase konsolidasi mengalami perbaikan dibandingkan sebelum kemoterapi, sedangkan yang mengalami perburukan status gizi cenderung mengalami overnutrition. Perbaikan status gizi anak LLA pasca-kemoterapi fase konsolidasi dipengaruhi oleh tidak timbulnya efek samping kemoterapi. Terdapat hubungan antara perbaikan status gizi anak LLA pasca-kemoterapi fase konsolidasi dengan kejadian remisi.
ABSTRACT
Background: Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common malignancy in childhood. The prevalence of malnutrition varies in phase of ALL chemotherapy. Study in Malaysia showed ALL children after induction phase of chemotherapy tended to be obese or overweight. The causes of malnutrition in ALL children can be influenced by various factors. Changes in nutritional status during chemotherapy can affect the outcome of chemotherapy. Aim: To investigate factors that influence nutritional status improvement of ALL children after consolidation phase, as well as the effect on the outcomes of chemotherapy, so it can be used as an input to overcome malnutrition in ALL children. Method: A retrospective design was performed in Cipto Mangunkusumo Hospital from 2016 until 2018. Total sampling in patients with acute lymphoblastic leukemia who was diagnosed and started chemotherapy at Cipto Mangunkusumo Hospital until the consolidation phase. Result: A total of 141 subjects were included in this study. After consolidation phase, 69.5% of subjects experienced nutritional status improvements, and 30.5% worsened, of which 60% become over nutrition post-consolidation phase. Independent risk factor for the improvement of nutritional status after consolidation phase was the absence of chemotherapy side effects (RR 1.36, 95% CI 1.02 - 1.81). There were no association between type of food and route of feeding with nutritional status improvement of ALL children after consolidation phase. There was association between improvement in nutritional status of ALL children after consolidation phase with the incidence of remission (RR 1.24, 95% CI 1.03 - 1.5). Conclusion: Nutritional status at post-consolidation phase has improved compared to pre- chemotherapy, while those who worsening nutritional status tend to overnutrition. The absence of chemotherapy side effects affects nutritional status improvement of ALL children after consolidation phase. There is a relationship between nutritional status improvement of ALL children after consolidation phase with the incidence of remission.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>