Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annis Safitri Febrianti
"Pembuatan TiO2 nanotube telah berhasil dilakukan. TiO2 nanotube dihasilkan dari proses anodisasi plat Ti dalam larutan elektrolit garam flourida dalam etilen glikol. Proses anodisasi dilakukan dengan menggunakan potensial 40 V selama 1 jam. TiO2 nanotube yang terbentuk kemudian didispersikan dalam larutan hidrogen peroksida, sehingga membentuk koloid TiO2. Penggunaan koloid TiO2 salah satunya adalah untuk melapisi TiO2 pada permukaan bahan agar memiliki kemampuan self cleaning.
Pelapisan TiO2 pada kain dan kaca telah berhasil dilakukan. Pelapisan TiO2 pada kain diperlukan penambahan spacer kimia dan perendaman kain dalam koloid TiO2. Pada pelapisan permukaan kaca dengan TiO2 dilakukan dengan cara penetesan koloid TiO2 pada permukaan kaca. Permukaan bahan yang telah dilapisi TiO2 dikarakterisasi dengan menggunakan SEM, UV-Vis DRS, FTIR, dan Contact Angle Meter. Setelah terlapisi dengan TiO2 permukaan kain kaca diuji kemampuan self cleaning dengan menggunakan zat warna Rhodamin B.
Telah didapatkan hasil pengujian aktivitas fotokatalis dari kain dan kaca yang telah terlapisi TiO2 dengan menggunakan iluminasi sinar matahari dan sinar UV. Kain yang telah terlapis TiO2 dapat mendegradasi zat warna sebesar 60,67% dengan iluminasi sinar UV selama 100 menit dan sebesar 75,63 % dengan iluminasi sinar matahari selama 180 menit. Kaca yang telah terlapis TiO2 dapat mendegradasi zat warna sebesar 53,01% dengan iluminasi sinar UV selama 60 menit, tidak terdeteksi pada 80 dan 100 menit dan sebesar 39,65% dengan iluminasi sinar matahari selama 20 menit, tidak terdeteksi pada 40, 60, 80 dan 100 menit.
......Preparation of TiO2 nanotubes have been successfully carried out. The TiO2 nanotubes were produced by anodizing Ti plate in proper electrolyte solution. Anodizing process is performed by using a potential of 40 V for 1 hour. The formed TiO2 nanotubes were then dispersed in the water containing hydrogen peroxide, to obtain TiO2 colloidal. The water base colloidal of TiO2 then was applied to prepare a cloth/fabric and glass those have a self cleaning property. TiO2 coating on the fabric required the addition of a chemical spacer and soaking fabrics in TiO2 suspension.
While surface coating of the glass with TiO2 done by dripping of glass surface in the colloidal of TiO2. The materials those have been coated with TiO2 the were characterized by using SEM, UV-Vis DRS, FTIR, and Contact Angle Meter. In addition the TiO2 coated glass fabric was tested its self-cleaning ability by using Rhodamine B dyes, under illumination of sunlight and UV rays.
The test result of cloth/fabric which has been coated TiO2 showed that under UV light illumination for 100 minutes, it can degrade the dye by 60,67%, while under with sunlight illumination for 180 minutes can degrade up 75,63%. For the glass that has been coated with TiO2, the test showed that, under illumination of UV light for 60 minutes, it can degrade 53,01% of the dye, not detected for 80 and 100 minutes and under illumination of the sunlight for 20 minutes can degrade 39,65% of the dyes, not detected for 40,60,80 and 100 minutes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Harya Dwirekso
"ABSTRAK
Tuntutan pengguna bahan seperti pakaian, kermaik, kaca, dan lain-lain dengan semakin buruknya lingkungan menginginkan bahan terbuat dari material swa-bersih dan swa-steril. Hal tersebut dapat dilakukan dengan modifikasi bahan dengan fotokatalis TiO2, untuk meningkatkan kinerja TiO2 maka diberikan komposit dopan CuO sebagai electron trapper dan SiO2 yang mempertahankan hidrofilitas, namun perlu diketahui seberapa efektif nanokomposit TiO2-SiO2-CuO dari aspek komposisi dan morfologi yang bertujuan mendapatkan komposisi dan morfologi yang terbaik pada sifat swa-bersih dan swa-steril. Pengembangan Nanokomposit TiO2-SiO2-CuO untuk aplikasi swa-bersih dan swa-steril telah dilakukan, nanokomposit dibuat dengan PAD (Photo Assisted Deposition) untuk menempelkan logam Cu pada nanokomposit dan metode Stober untuk menambahkan SiO2 pada nanokomposit kemudian dikalsinasi. Urutan metode pembuatan nanokomposit TiO2-SiO2-CuO dapat dibedakan untuk mendapatkan morfologi nanokomposit yang berbeda dan nanokomposit yang terbentuk dikarakterisasi. Hasil FTIR (Fourier Transform Infra-Red) menunjukkan adanya ikatan Ti-O-Si pada nanokomposit yang dapat meningkatkan sifat hidrofilitas TiO2, sedangkan karakterisasi XRD (X-Ray Diffraction) menunjukkan bahwa adanya silika amorf dan ukuran struktur kristal TiO2 pada nanokomposit rata-rata sebesar 30 nm. Respon sinar tampak nanokomposit meningkat karena adanya dopan logam Cu berdasarkan hasil UV-Vis DRS (Diffuse Reflectance Spectroscopy) dengan bandgap sekitar 2,93 eV. Hasil morfologi pada permukaan nanokomposit TiO2-SiO2-CuO menunjukkan adanya silika yang membentuk granular pada nanokomposit dan persentase massa Cu menurun dengan penambahan komposisi SiO2 dari hasil EDX (Energy Dispersive X-Ray). Hasil CAM (Contact Angle Meter) menunjukkan bahwa nanokomposit memiliki sifat yng hidrofilik dengan sudut kontak 60. Nanokomposit TiO2-SiO2-CuO dengan 3% berat Cu terhadap TiO2 dan komposisi SiO2 sebesar 33% mol memiliki kemampuan disinfeksi E. Coli terbaik hingga 91% disinfeksi dan dekolorisasi metilen biru terbaik sebesar 97% dengan sifat yang superhidrofilik. Nanokomposit TiO2-SiO2-CuO M1 (morfologi 1) yang dibuat dengan memberikan dopan CuO pada TiO2 lalu diselimuti SiO2 memiliki sifat swa-bersih yang lebih unggul dibandingkan nanokomposit TiO2-SiO2-CuO M2 (morfologi 2) yang dibuat dengan menyelimuti TiO2 dengan SiO2 lalu diberikan dopan CuO dengan memiliki konstanta laju dekolorisasi metilen biru hingga 2x lebih besar dan sifat yang lebih hidrofilik, tetapi untuk sifat swa-steril nanokomposit M2 lebih unggul dengan rata-rata disinfeksi bakteri E. Coli sebesar 74,25%.

ABSTRACT
User demands of various material such as clothe, ceramic, glass, and others with the worse environment wanted a material to have self-cleaning and self-sterile properties. It can be done by modifying the material with TiO2 photocatalyst, to increase the TiO2 performance, it was given CuO doped as an electron trapper and SiO2 composite to maintain the hydrophilicity, however it was needed to be known how effective the TiO2-SiO2-CuO nanocomposite from its composition and morphological aspect so the purpose is to obtained the best composition and morphology of the nanocomposite in self-cleaning and self-sterile properties. TiO2-SiO2-CuO nanocomposite development for the self-clean and self-sterile application were done and were made by PAD (Photo Assisted Deposition) to attach the Cu metal in the nanocomposite and Stober method to added the SiO2 in the nanocomposite and then were calcinated. The order of the method could be arranged to obtain a different TiO2-SiO2-CuO nanocomposite morphology and were characterized. FTIR (Fourier Transform Infra-Red) analysis showed that Ti-O-Si bond were developed in the nanocomposite which could increase the hydrophilicity of TiO2, while XRD (X-Ray Diffraction) analysis showed that amorphous silica in the nanocomposite and the average size of TiO2 crystaline in the nanocomposite was 30nm. The visible light response of the nanocomposite was increase because of the Cu-doped based on the result from UV-Vis DRS (Diffuse Reflectance Spectroscopy) with the value of the bandgap was 2.93 eV. Morphological result on the surface of TiO2-SiO2-CuO nanocomposite consist silica forming a granular and percentage weight of Cu decrease by the increase of SiO2 composition based on EDX (Energy Dispersive X-Ray) analysis. CAM (Contact Angle Meter) result showed that the nanocomposite has hydrophilic properties with contact angle value 60. TiO2-SiO2-CuO nanocomposite with 3% weight Cu to TiO2 and 33% mole composition of SiO2 posses the best antibacterial and self-cleaning activity which has 91% disinfection of E. Coli and 97.9% efficiency of the decolorization of methylen blue with superhydrophilic properties. TiO2-SiO2-CuO M1 (morphology 1) Nanocomposite which was made by adding the CuO dopant to TiO2 first then covered it by SiO2 consist superior self-cleaning activities than M2 (morphology 2) nanocomposite which was made by covering the TiO2 with SiO2 first then added the CuO dopant, that has 2 times larger kinetic rates of decolorization of methylen blue and more hydrophilic properties, while for the antibacterial activity M2 nanocomposite was superior than M1 nanocomposite which has the average of E. Coli disinfection around 74.25%."
2019
T54149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S39212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Rachmadi
"Berbagai studi menemukan bahwa stres menjadi pengalaman tidak menyenangkan yang tidak dapat terelakkan selama menjalani pendidikan profesi psikologi klinis. Adanya perbedaan kurikulum antara mahasiswa program profesi psikologi klinis dengan program profesi dan magister lainnya membuat mahasiswa ini memiliki beban yang cenderung lebih banyak. Agar pengalaman stres yang dialami oleh mahasiswa tidak menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan, program ini menyediakan pembimbing (supervisor) dalam pelaksanaan praktik profesi yang dilaksanakan. Hubungan antara mahasiswa dan pembimbing ini dikenal sebagai supervisory working alliance (SWA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediktor pembentuk SWA, yaitu shame proneness dan regulasi emosi pada mahasiswa profesi psikologi klinis di Indonesia yang sedang/sudah menjalani PKPP. Studi ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis multiple regression, di mana dari 108 partisipan ditemukan bahwa shame proneness dan regulasi emosi menjadi prediktor kualitas SWA. Semakin tinggi shame proneness maka akan semakin negatif persepsi SWA mahasiswa, sementara itu semakin baik kemampuan regulasi emosi yang dimiliki oleh mahasiwa, maka semakin positif SWA yang dipersepsikan mahasiswa terhadap pembimbingnya
......Various studies have found that stress becomes an inevitable unpleasant experience during the training of clinical psychologist. Due to the difference in curriculum between clinical psychologist trainees and other professional and master programs, these students tend to have more responsibilities. To minimize the negative impact due to stress experienced by these students, this program provides supervisors during their professional practice. The relationship between students and supervisors is known as a supervisory working alliance (SWA). This study aims to determine the predictors of SWA, including shame proneness and emotion regulation in clinical psychologist trainees in Indonesia who are currently doing / have been practicing professionally. This study was conducted using a quantitative approach with multiple regression analysis. Among the 108 participants, it is found that shame proneness and emotion regulation are predicting of the quality of SWA. The higher the shame proneness, the more negative the students' perceptions of SWA will be, meanwhile the better the ability to regulate emotions possessed by students, the more positive SWA will be perceived by students towards their supervisors. This suggests that in order to have a positive SWA, clinical psychologist trainees need to manage their shame proneness and the regulation emotions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilyana
"ABSTRAK
Pengendali swa tala dengan penempatan kutub merupakan Salah satu pengendali adaptif yang menggunakan estimasi dengan pendekatan linier untuk memperbaharui pengendalinya secara on-line. Pengendali swa tala ini mampu mempertahankan unjuk kerja lingkar tertutup sistem namun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan adaptasi. Untuk mengatasi perubahan yang cepat, dapat diatasi dengan menggunakan beberapa model linier yang dapat merepresentasikan sistem untuk beberapa titik kerja melalui pendekatan linier dengan analisis secara off-line. Model yang akan dlaktifkan adalah model yang paling baik merepresentasikan sistem pada saat itu dengan menggunakan supervisor yang menentukan mekanisme 'switching. Pengendalian ini disebut pengendalian multi model.
Pengendalian multi model memiliki keterbatasan untuk penempatan model dalam database sehingga unjuk kerja lingkar tertutup akan menurun jika tidak ada satupun diantara model-model yang ada dalam database yang mampu mewakili kondisi kerja saat itu. Kelemahan - kelemahan dari metode pengendalian swa tala dan pengendalian multi model dapat diatasi dengan menggabungkan kedua metode tersebut sehingga menjadi pengendalian adaptif multi model yang mampu mempertahankan unjuk kerja lingkar tertutup sistem walaupun terjadi selang waktu perubahan set point yang cepat

"
2001
S39907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam skripsi ini akan dibahas secara singkat mengenai fungsi alih kontinyu maupun diskrit dari tangki gandeng orde dua. Kemudian diturunkan algoritma pengendalian dari rumus Recursive Least Square (RLS) dan pengendali penempatan kutub. Algoritma tersebut diimplementasikan dengan perangkat lunak BORLAND DELPHI pada komputer pribadi untuk mengendalikan tinggi cairan pada tangki gandeng secara real-lime. Kemudian dibahas pula mengenai perangkat kenas antar-muka dari komputer pribadi ke tangki gandeng tersebut. Akhirnya diambil kesimpulan mengenai unjuk kerja sistem ini serta dibandingkan dengan pengendah PI."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S38734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmadani Hutama
"[Skripsi ini membahas mengenai lampu swa-ballast impor yang berguna untuk penerangan dalam suatu rumah. Lampu swa-ballast haruslah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang sudah dilakukan pengujian oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Kementerian Perdagangan melakukan pengawasan berkala terhadap produk lampu swa-ballast merek Citylamp asal China lalu pelaku usaha lampu Citylamp tidak konsisten dalam memproduksi lampu swa-ballast. Pada produksi awal telah sesuai dengan standar yang berlaku namun pada produksi selanjutnya pelaku usaha menurunkan standar dari barang yang diproduksi. Konsumen haruslah waspada terhadap peredaran lampu swa-ballast karena dalam kemasan terdapat label SNI namun pada kenyataannya tidak sesuai dengan standar yang berlaku.
......
, This Thesis discusses about imported swa-ballast lamp that use for the lighting in the house. Swa-ballast lamp must be according to the Indonesian National Standard that being test by the National Standard Comittee. Ministry of Trade has monitored the Citylamp swa-ballast lamp that is made in China. The producer of Citylamp inconsistent that make a swa-ballast lamp. In the first production of Citylamp Swa-Ballast lamp the producer has made a qualified lamp, but in the second or third of production, the producer made unqualified lamp. The consumer must be aware to the trade of swa-ballast lamp, because in the cover of the lamp, it showed SNI labels, but actually the lamp is not qualifed.
]"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S61619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najmi Maulidaningrat
"Latar Belakang: Hasil cetakan alginat yang dikeluarkan dari rongga mulut pasien mengandung banyak mikroorganisme, sehingga beresiko terjadinya infeksi silang. Oleh karena itu, diperlukan prosedur disinfeksi dan terdapat teknik baru, yaitu swa-disinfeksi. Indonesia telah memproduksi material cetak alginat sendiri, yaitu Hexalgin. Belum ada penelitian mengenai pengaruh penggunaan obat kumur antiseptik sebagai agen swa-disinfeksi terhadap sifat pada material cetak alginat Hexalgin. Tujuan: Mengetahui waktu pengerasan dan pemulihan elastis material cetak alginat Hexalgin menggunakan obat kumur antiseptik sebagai agen swa-disinfeksi. Metode: Spesimen dibuat sebanyak 36 dan dibagi kedalam 6 kelompok perlakuan obat kumur antiseptik yang berbeda. Dilakukan pengujian waktu pengerasan dan pemulihan elastis mengikuti standar ISO 21563 tahun 2013. Analisis data secara statistik pada pengujian waktu pengerasan menggunakan uji One Way Anova dan uji Post-Hoc Bonferroni, sedangkan pada pengujian pemulihan elastis menggunakan uji Kruskal Wallis dan uji Post-Hoc Mann-Whitney. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan terhadap nilai waktu pengerasan dan pemulihan elastis. Kesimpulan: Material cetak alginat dengan obat kumur antiseptik memiliki waktu pengerasan lebih lama dibandingkan dengan material cetak alginat dengan akuades. Material cetak Hexalgin dengan obat kumur antiseptik memiliki pemulihan elastis lebih tinggi dibandingkan dengan material cetak alginat Hexalgin dengan akuades, kecuali obat kumur listerine.
......Background: Alginate impressions that have been removed from the patient's oral cavity contain many microorganisms, so there is a risk of cross-infection. Therefore, a disinfection procedure is needed and there is a new technique, called self-disinfecting. Indonesian has produced its own alginate impression material, namely Hexalgin. There has been no research on the effect of using antiseptic mouthwash as a self-disinfecting agent on the properties of Hexalgin. Objective: Determine the setting time and elastic recovery of Hexalgin using antiseptic mouthwash as a self-disinfecting agent. Methods: There were 36 specimens made and divided into 6 different antiseptic mouthwash treatment groups. The setting time test and elastic recovery test were carried out according to ISO 21563 2013 standards. Statistical analysis of the data on the setting time test used the One Way Anova test and the Bonferroni Post-Hoc test, while the elastic recovery test used the Kruskal Wallis test and the Post-Hoc Mann-Whitney test. Results: There was a statistically significant difference (p<0.05) between the control group and the treatment groups to the setting time and the elastic recovery value. Conclusion: Alginate impression material with antiseptic mouthwash has a longer setting time compared to alginate impression material with distilled water. Hexalgin with antiseptic mouthwash has higher elastic recovery compared to Hexalgin with distilled water, except Listerine mouthwash."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Salma Aninditha
"

Tingkat konsumsi nasi yang tinggi di Indonesia menuntut adanya tingkat produksi beras yang tinggi pula yang tentunya akan menghasilkan limbah. Salah satu limbah industri beras yang kurang pemanfaatannya adalah abu sekam padi. Abu sekam padi memiliki kandungan silika yang tinggi sehingga marak dilakukannya penelitian mengenai ekstraksi silika dengan sekam padi atau abu sekam padi sebagai sumbernya. SiO2 yang didapatkan dari ekstraksi abu sekam padi memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah sebagai material pendukung yang dapat meningkatkan performa fotokatalis. Dalam penelitian ini, SiO2 yang diekstrak dari abu sekam padi disintesis bersama dengan g-C3N4 untuk membentuk komposit g-C3N4/SiO2. Komposit g-C3N4/SiO2 hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan SEM/EDX (Scanning Electron Microscopy/Energi-Dispersive X-Ray), UV-Vis DRS (Ultraviolet-Visible Diffuse Reflectance Spectroscopy), dan FT-IR (Fourier Transform Infra-Red). Pengujian sifat swa-bersih dan anti-kabut komposit dilakukan dengan mengukur sudut kontak menggunakan contact angle meter dan menghitung pengurangan pengotor. Hasil uji menunjukkan bahwa g-C3N4/SiO­2 dengan rasio 1:1 memiliki hasil paling optimal dengan sudut kontak terkecil, yaitu 3°, dan pengurangan pengotor terbanyak, yaitu 66,5%.

......The high level of rice consumption in Indonesia demands a high level of rice production which of course will produce waste. One of the wastes in rice industry that is still underutilized is rice husk ash. Rice husk ash has a high silica content, so there is a lot of research on silica extraction using rice husk ash or rice husk ash as the source. SiO2 obtained from rice husk ash extraction has many benefits, one of which is as a supporting material that can improve photocatalyst performance. In this study, SiO2 extracted from rice husk ash was synthesized together with g-C3N4 to form a g-C3N4/SiO2 composite. The synthesized SiO2/g-C3N4 composite was characterized using SEM/EDX (Scanning Electron Microscopy/Energy-Dispersive X-Ray), UV-Vis DRS (Ultraviolet-Visible Diffuse Reflectance Spectroscopy), and FT-IR (Fourier Transform Infra-Red). Testing of the self-cleaning and anti-fog properties of the composite was carried out by measuring the contact angle using a contact angle meter and calculating the reduction in impurities. The test results show that g-C3N4/SiO2 with a ratio of 1:1 has the most optimal results with the smallest contact angle, which is 3°, and the highest reduction of impurities, which is 66,5%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayatul Astar
"Penelitian ini merupakan kajian variasi bahasa Melayu di Riau Daratan dan di Riau Kepulauan. Kajian ini bersifat komparatif, membandingkan bahasa Melayu di dua wilayah Riau tersebut. Yang dibandingkan adalah perbedaan etimon dan realisasi vokal dan konsonan pada suku kata pertama dan kedua. Bahasa Melayu yang dibandingkan itu terdapat di i S daerah pengamatan, 9 di Riau Daratan dan 9 di Riau Kepulauan.
Hasil kajian ini membuktikan bahwa bahasa Melayu di Riau Daratan lebih variatif daripada bahasa Melayu di Riau Kepulaun. Buktinya adalah banyak glos yang memiliki etimon lebih banyak di Riau Daratan daripada di Riau Kepulauan. Di samping itu, realisasi vokal dan konsonan, juga menunjukkan ada kecenderungan lebih bervariasi bahasa Melayu di Riau Daratan. Kebervariasian bahasa Melayu di Riau Daratan itu disebabkan oleh kemungkinan adanya pengaruh atau unsur pinjaman dari bahasa lain, antara lain, bahasa Minangkabau, Jawa, dan Sunda. Ada penanda khas antara bahasa Melayu di Riau Daratan dan di Riau Kepulauan. Penanda itu, antara lain, adanya etimon bahasa lain lebih banyak di Riau Daratan daripada di Riau Kepulauan, bunyi vokal tengah swa terdapat di Riau Kepulauan, dan realisasi konsonan [t] di Riau Kepulauan dan [k] atau [?] di Riau Daratan pada akhir berian glos tertentu.

This research is a study of the variation of Malay language in the Riau Land and the Islands of Riau. This is a comparative study, to compare Malay language in two regions of Riau. This study compares the difference of etimon and the vowel and consonant realization on the first and second syllable. On the Malay language, there are eighteen research point area, nine of them are in the Riau Land and the rest are in the Islands of Riau.
The result finding proves that Malay language in are more variation than the Malaya language in the Islands of Riau. The evident show that there many gloss with more etimons in the Riau Land morever, the realization of vowel and consonant, show that the Malay language in the Riau Land has tend to have more variations. The variations from other languages such as the influence of, Minangkabau, Javanese, and Sundanese. There is a special sign between the Malay language in Riau Land and the Islands of Riau. One of signs is that there are more etimons of other languages in Riau Land than in the Islands of Riau. In the Islands of Riau there are the sound of middle vowel swa and the consonant realization [t] and [k] or [?] in the Riau Land on the second on the syllable of the certain given gloss."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T17241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>