Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
London: Longman, 1994
R 909.82 ANN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Kuntjoro
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam usaha untuk meningkatkan ketajaman diagnosis potong beku jaringan tiroid diperlukan beberapa pemeriksaan tambahan, antara lain dengan sitologi imprint. Pembuatan sediaan sitologi imprint ini cukup mudah dan cepat. Dengan sitologi imprint, sel ganas pada umumnya lebih mudah dikenali daripada sediaan potong beku, kecuali pada kelainan tertentu terutama Iasi folikuler. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan nilai ketepatan keganasan dengan metode sitologi imprint pada jaringan tiroid terhadap diagnosis sediaan parafin dari kasus yang sama.

Penelitian ini dilakukan dua tahap.Pertama meneliti semua sediaan imprint yang telah dipersiapkan selama dua tahun. Kedua meneliti sediaan parafin kasus yang sama. Semua sediaan imprint diteliti baik mengenai sel maupun latar belakangnya. Dibuat kriteria tertentu untuk tiap jenis kelainan tiroid.

Untuk menilai ketepatan diagnosis sitologi imprint diperlukan analisa uji kemampuan yaitu menggunakan angka acak binomial dengan menirukan tabel 2 x 2 dan sediaan paraffin sebagai baku emas. Dari uji dengan sediaan paraffin sebagai baku emas menghasilkan: sensitifitas 75%, spesifisitas 100%, nilai ramalan positif 100%, nilai ramalan negatif 76% dan ketepatan 93,88%.

Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa sitologi imprint mempunyai ketepatan tinggi dalam hal membedakan antara kelainan tiroid jinak dan ganas. Sitologi imprint berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada potong beku jaringan tiroid.
ABSTRACT
To increase the ability diagnosis of frozen section of thyroid lesion we need some additional examinations, for example, imprint cytology. In making cytology preparation is not difficult. With imprint cytology, the detail of cell are better preserved than that in frozen section. Usually the malignant cell is rather well differentiated, except for follicular lesions.

The aim of research is to get a value of accuracy of imprint cytology diagnosis of thyroid malignancy, compared with paraffin section diagnosis from the same cases.

There are two investigations for this research. First we evaluated all imprint slides prepared in two years. All the imprint slides where examined of their cells and backgrounds. We made some criteria for each thyroid lesions. The second evaluation was about paraffin slides.

To evaluate the imprint cytology diagnosis accuracy, analysis of capability was necessary, using binomial random numbers, imitating table 2 x 2 and paraffin slide as gold standard.

From the analysis we found that sensitivity was 75%, spesificity was 100%, positive predictive value was 100%, negative predictive value was 76% and accuracy was 93,88%.

From this examination we conclude that imprint cytology has high accuracy in distinguishing malignancy lesions from benign ones. The imprint is valuable as an addition to the frozen section.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Djumadi
Abstrak :
Kenangan suatu bangsa yang mengandalkan kekuatan rakyat dan wilayahnya dalam menghadapi lawan yang unggul persenjataan teknologinya membuka tabir pemikiran bahwa segenap aspek kekuatan dapat dibina untuk membentuk keuletan dan ketangguhan, yang pada gilirannya merupakan kekuatan yang efektif guna mengatasi atau mementahkan efektivitas kekuatan lawan. Di sini juga dapat ditekankan, bahwa bukan kekuatan yang berlebiban yang mampu membawa kemenangan, namun bagaimana strategi menggunakan kekuatan secara tepat yang tepat yang menjadi problem pemecahannya.

Demikianlah, pengerahan kekuatan rakyat dalam upaya bela negara, sebagai wujud tekad, sikap dan tindakan warganegara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara serta keyakinan akan ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman, yang implementasinya berupa rangkaian kegiatan yang dilakukan oleb setiap warga negara sebagai penunaian hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pertahanan keamanan negara, keberhasilannya sangat ditentukan pertama, oleh kemampuan membangun keuletan dan ketangguhan, sehingga pada akhirnya memperoleh kemampuan dan peluang untuk mengatasi segenap hakikat ancaman, serta kedua, oleh kearifan pemilihan strategi yang tepat, yang memberi peluang memetik kemenangan.

Tesis ini merupakan usaha menerapkan konsepsi Ketahanan Nasional untuk membangun wawasan, pola pikir, pola sikap, dan pola tindak dalam penataan pemecahan problema di bidang pertahanan keamanan negara, dan yang menjurus ke hipotesis bahwa : ?ketangguhan dan keuletan ditentukan oleh pemilihan strategi yang tepat, didukung oleh kemampuan dan kemauan yang kuat, dan kemampuan suasi yang tinggi terhadap lingkungan, masing-masing pada aspek massa kritik demografi, geografi, ekanosi, dan militer?.

Ketangguhan yang mengandalkan kekuatan mesin perang, telah ditandingi oleh keuletan yang mengandalkan kekuatan rakyat [aspek demografi] dan wilayahnya [aspek geografi], yang mereka bina sehingga tidak mudah untuk ditaklukkan; dan mengandalkan kekuatan ekonomi [aspek ekonomi] untuk menaklukkan kekuatan lawan. Maka di samping pertahanan militer, berkembanglah bentuk-bentuk pertahanan teritorial, pertahanan sipil, pertahanan sosial, pertahanan ekonomi, pertahanan psikologi, dan lain-lain yang bercirikan upaya untuk menandingi dan mementahkan pertahanan militer dan pertahanan lain yang dikembangkan lawan.

Problema di bidang pertahanan keamanan negara pada dasarnya berkisar pada antar hubungan dua dasar rangkaian kesatoan sosial : makroskopis-mikroskopis dan subyektif-obyektif. Di tingkatan makro nampak bahwa upaya bela negara senantiasa dalam proses perubahan, yang dimotori dan didorong oleh pertentangan kepentingan. Kondisi ini, di samping mendorong upaya untuk meredakan dan mengakomodasi kepentingan, juga mendorong pembangunan kemampuan dan memperluas pertentangan. Di tingkatan mikro nampak bahwa tindakan manusia dalam upaya bela negara ini merupakan tindakan yang penuh arti, yaitu dari situasi internal yang memunculkan kesadaran diri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisi sebagai obyek. Tindakan manusia dalam bela negara selama dikaitkan dengan tujuannya, tidak dilakukan secara langsung, tetapi didasarkan oleh makna hakikinya.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatang Abdul Madjid. S
Abstrak :
ABSTRAK
Keberhasilan program kependudukan di Indonesia memberikan kontribusi sangat berarti kepada keberhasilan pembangunan pada umumnya. Hasil upaya tersebut menyatu dalam ujud nyata yang telah dirasakan masyarakat, terbukti dengan adanya pengakuan dan penghargaan yang datang dari berbagai kalangan, bahkan dari luar negeri.
Salah satu bukti keberhasilan itu antara lain angka fertilitas telah menurun dari 5.5 pada periode 1967-1970 menjadi 3.3 pada periode 1584-1987. Dan diramalkan bahwa pada tahun 2000 wanita Indonesia usia 15-49 akan menunjukkan fertilitas sebesar 2.7, Suyono (1989).
Pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat tidak hanya cukup bangga dengan keberhasilan yang telah dicapai, melainkan sadar bahwa masih banyak hal yang perlu terus diupayakan agar dengan itu dapat mempertahankan dan sekaligus meraih keberhasilan yang lebih baik lagi.
Upaya-upaya tersebut antara lain melakukan berbagai studi, seperti dalam bidang kependudukan dan bidang-bidang lainnya yang lebih rinci dan berkesinambungan.
Guna mencapai sasaran secara konsisten sebagaimana diharapkan, maka penguasaan aspek-aspek kependudukan seperti faktor-faktor yang menentukan fertilitas, perlu dikaji ulang dengan kontinyu dan simultan; melalui berbagai studi multidisipliner. Hal ini perlu, karena hasil-hasil studi yang telah ada akan senantiasa dirasakan masih belum memadai baik jumlah maupun ragamnya. Kurangnya hasil penelitian ini tidak saja dirasakan di kota-kota besar, di tingkat daerah sekalipun akan terjadi hal serupa sejalan dengan pesatnya pembangunan di berbagai bidang.
Berkenaan dengan kurangnya hasil-hasil penelitian tersebut seperti hasil analisis fertilitas di propinsi Sumatera Selatan, dirasakan menambah adanya kendala, khususnya yang berkaitan dengan proses perencanaan pembangunan baik sektoral maupun global. Hal ini memperkuat niat penulis untuk melakukan studi ini.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Kastowo
Abstrak :
Tidak dapat disangkal bahwa dalam setiap aspek kehidupannya, seseorang selalu dihadapkan. pada risiko. Terlebih lagi dengan kemajuan teknologi modern dewasa ini. Teknologi modern di samping memberikan kemudahan bagi manusia, juga menambah semakin kompleksnya risiko yang harus dihadapi. Risiko-risiko yang ada dapat mengancam jiwa seseorang ataupun keluarganya atau juga harta yang menjadi miliknya. Pengertian risiko di sini adalah kemungkinan menderita kerugian yang ditimbulkan oleh suatu kejadian yang belum tentu akan terjadinya. Kegiatan yang dilakukan atau usaha yang dijalankan oleh seseorang biasanya diarahkan pada hasil yang menguntungkan. Didasarkan pada pemahaman bahwa risiko itu selalu melekat pada setiap langkah seseorang, maka risiko itu selalu diusahakan untuk ditanggulangi. Satu di antara beberapa cara untuk menanggulangi risiko adalah dengan cara asuransi. Pada dasarnya menanggulangi risiko dengan cara asuransi adalah mengalihkan (mentransfer) risiko (kemungkinan menderita kerugian) yang dihadapi itu kepada perusahaan asuransi. Peralihan risiko dari seseorang (tertanggung) kepada perusahaan asuransi (penangggung) hanya dapat terjadi jika sebelum terjadi risiko telah diadakan perjanjian asuransi. Dalam perjanjian asuransi tersebut pada pokoknya dinyatakan bahwa penanggung dengan menerima suatu premi dari tertanggung, bersedia menerima peralihan risiko yang dihadapi oleh tertanggung. Ujud peralihan risiko ini adalah bahwa jika tertanggung menderita kerugian karena risiko yang diasuransikan, maka kerugian itu akan diganti oleh penanggung.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qowa`id
Abstrak :
Tesis ini dimaksudkan untuk menunjukkan kaitan hubungan antara tarekat dan politik pada Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di Mranggen, Demak, Jawa Tengah. Kaitan hubungan antara keduanya terdapat dalam adanya kesamaan yang berkenaan dengan simbol dan pranata mengenai kekuasaan.

Kekuasaan pada hakekatnya milik Tuhan Allah semata. Untuk sampai kepada para penganut/anggota Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, pesan-pesan tentang kekuasaan Allah tersebut secara berurutan disampaikan dan diwakilkan melalui manusia-manusia yang dipilih-Nya dalam satu mata rantai silsilah ajaran yang tidak terputus. Adapun mata rantai silsilah ajaran Tarekat ini adalah: Allah, Malaikat Jibril, Nabi Muhammad , Ali bin Abi Tholib, Hsein, Zaenal Abidin, Muhammad Bagir, Jakfar Shodik, Musa Al Kadzim, Abu Hasan Ridlo, Makruf Al Karhi, Sari Assaqoti, AbdulWahid At Tamimi, Abil Faroj At Turtusi, Abu Hasan Ali Al Hakkari, Abu Said Al Mubarok, Abdul Qodir, Abdul Aziz, Muhammad Al Hattak, Syamsuddin, Syarofuddin, Nuruddin, Waliyuddin, Hisamuddin, Yahya, Abu Bakar, Abdurrohim, Usman, Abdul. Fatah, Muhammad Murod, Syamsuddin, Ahmad Khotib Sambas, Abdul Karim Banten, Ibrohim Brumbung, dan Asnawi Banten, Abdul Latif Banten dan Abdurrahman Menur, KH. Muslih, Dari KH Muslih Mranggen diteruskan kepda para pemimpin tarekat saat ini yakni KH Ahmad Mutohar, KH Lutfil Hakim. KH. Mahdum, KH. Ridlwan, dan KH.Abdurrhman.

Karena terdapat pengetahuan dan keyakinan mengenai kekuasaan tersebut, kemudian terdapat model-model, pedoman-pedoman bertindak yang akhirnya menjadi pranata-pranata dalam tarekat ini yang terwujud di dalam tradisi-tradisi mengenai dzikir, silsilah, barokah, baiat, tawajjuhan, kewalian, kemursyidan, kekhalifahan, kemuridan.

Melalui pranata-pranata yang terdapat dalam tarekat tersebut, simbol-simbol dan konsep kekuasaan diungkapkan dan diwujudkan.

Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki, para pemimpin tarekat ini melakukan usaha-usaha untuk menguasai berbagai sumber daya lainnya baik dalam lingkup penganut tarekat itu sendiri maupun pada masyarakat di luar pengikut. Masyarakat, khususnya pengikut tarekat ini, diminta untuk mengikuti berbagai pendapat dan tindakan yang dilaksanakan oleh para pemimpin tarekat ini. Dengan pengetahuan dan keyakinann yang dimiliki oleh para pengikutnya, banyak dari pengkutnya mematuhi kehendak para pemimpin mereka .Para pengikut diminta untuk melaksanakan ziarah dan upacara khol (ulang tahun kematian) para pemimpin dan kerabat pemimpin tarekat ini, agar masuk menjadi anggota Jam'iyyah Tarekat Muktabaroh An Nahdiyyah (organisasi tarekat di bawah NU) memilih orsospol sesuai dengan yang dipilih pemimpin tarekat ini, membantu berbagai lembaga pendidikan yang dikelola oleh para pemimpin tarekat ini dan lain sebagainya. Permintaan tersebut baik berupa tenaga, biaya, atau dengan memasukkan anggota keluarganya pada lembaga pendidikan tersebut.

Tidak semua kehendak dan permintaan pemimpin tersebut selamanya diikuti seluruhnya. Sebagian diantaranya ditolak karena para pengikut memiliki alasan yang berbeda dengan sebagian para pemimpin mereka. Para pengikut telah memiliki berbagai sumber informasi selain informasi yang datang dari pemimpin mereka. Namun perbedaan tersebut tidak menyebabkan perpecahan di antara para pengikut. Mereka saling menghormati perbedaan tersebut. Para pengikut tarekat dari Mranggen memang hidup suatu lingkungan yang dapat digolongkan masa perpindahan dari masyarakat petani ke masyarakat industri. Sarana komunikasi di wilayah ini banyak dan mudah didapatkan sehingga informasi yang masuk pada masyarakat pengikut tarekat ini banyak diperoleh.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Wastika
Abstrak :
ABSTRAK
Meningkatnya jumlah akseptor Implant di Kabupaten Bekasi, harus diantisipasi oleh petugas yang berkompeten dan berkualitas. Petugas pemasang Implant di Kabupaten Bekasi dilakukan oleh Dokter dan Bidan, dimana bidan sesuai dengan SK Dirjen Binkesmas DEPKES RI No:577/BM/DJ/BKK/V/1991 dibatasi kewenangannya dalam melakukan pelayanan pemasangan Implant. Hal ini sangat menarik untuk diteliti apakah kemampuan (kualitas) pemasang Implant pada dokter dan bidan berbeda?. Untuk itu dilakukan penelitian Kualitas pelayanan Implant oleh Dokter dan Bidan ditiga Kecamatan di Kabupaten Bekasi. Kualitas pelayanan pemasangan Implant diukur dari komposit tiga variabel, yaitu pengetahuan peserta implant tentang implant yang berasal dari informasi petugas, kejadian komplikasi akibat pemasangan implant dan kepuasan yang dirasakan oleh peserta Implant terhadap pelayanan yang diterimanya.

Penelitian dilakukan dengan cara survey dengan pendekatan cross sectional. Sampel peserta implant diambil masing-masing 100 peserta yang dilayani dokter dan 100 peserta yang dilayani bidan Peserta implant yang diteliti adalah peserta implant yang dipasang pada periode Tahun anggaran 1991/1992.

Dari 3 variabel dasar kualitas pelayanan yang diteliti yaitu pengetahuan, kejadian komplikasi dan kepuasan yang dirasakan peserta implant, ternyata perbedaan pengetahuan dan kepuasan peserta implant yang dilayani dokter dan bidan bermakna secara statistik, perbedaan kejadian komplikasi pada peserta yang dilayani dokter dan bidan tidak bermakna secara statistik. Sedangkan perbedaan kualitas pelayanan pemasangan implant sebagai gabungan dari ketiga variabel dasarnya bermakna secara statistik.

Sehingga kesimpulan akhir adalah kualitas pelayanan pemasangan implant yang diterima peserta implant yang dilayani oleh dokter lebih baik dari kualitas pelayanan pemasangan implant yang dilayani oleh bidan.

Peneliti menyarankan agar tenaga bidan lebih meningkatkan mutu pelayanan pemasangan implant dilapangan, dengan cara pelatihan berkala dan berkesinambungan.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Panatitty Nanaricka
Abstrak :
Convention on Protection of Children and Co-Operation in Respect of Intercountry Adoption (“Convention on Intercountry Adoption”) merupakan salah satu konvensi HCCH yang berhasil diratifikasi oleh 104 negara, yang menawarkan perlindungan dan kerja sama secara khusus pada negara peserta terhadap pengangkatan anak antarnegara. Dalam Penulisan ini, Indonesia, sebagai negara yang belum mengaksesi Convention on Intercountry Adoption, akan dibandingkan dengan Jerman sebagai negara peserta Konvensi ini. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis kepentingan Convention on Intercountry Adoption, apabila diaksesi oleh Indonesia serta membandingkan dengan Negara Jerman melalui kasus-kasus pengadilan di Indonesia maupun di Jerman. Sejarah Konvensi Pengangkatan Anak antarnegara, prinsip the best interest of the child, sampai dengan implementasi pengangkatan anak akan dibahas dalam penulisan ini agar lebih mudah menganalisis hukum materiil dan hukum formil dalam pengangkatan anak antarnegara. Selain itu juga, peraturan pengangkatan anak Indonesia dan Jerman akan dijabarkan, dan menjawab apakah Indonesia perlu untuk mengaksesi Konvensi ini, walaupun Indonesia telah mempunyai peraturan yang cukup mengenai pengangkatan anak antarnegara di Indonesia. ......Convention on Protection of Children and Co-Operation in Respect of Intercountry Adoption (“Convention on Intercountry Adoption”) is one of the successful convention of the Hague Convention, which has been ratified by 104 states. This Convention offers safeguards and cooperation between the contracting states for intercountry adoption. In this research, Indonesia, as a country that has not yet ratified the convention, will be compared to Germany as one of the contracting states of this convention. This research intends to analyze the significance of Convention on Intercountry Adoption if Indonesia decides to accede. Furthermore, through analyzing the court decisions, a comparison with Germany has also been made. The background of the intercountry adoption convention, the principal of the best interest of the child, and the implementation of intercountry adoption is analyzed for a better understanding between the substantive law and the procedural law of intercountry adoption. Moreover, Indonesian’s and Germany’s regulations regarding intercountry adoption is explained to identify if Indonesia needs to accede Convention on Intercountry Adoption, while having regulations that has been already governing intercountry adoption in Indonesia.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Djumhana
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertolak dari suatu fenomena kehidupan yang menimbulkan rasa ingin tahu yaitu adanya pribadi-pribadi dengan pengalaman musibah tertentu yang menimbulkan penderitaan berat berkepanjangan dan penghayatan diri tak bermakna, tetapi ternyata mereka mampu mengatasinya dengan baik dan berhasil pula mengembangkan kehidupan mereka secara normal dan bermakna. Bahkan musibah dan penderitaan itu mereka tanggapi sebagai suatu hikmah yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Ini merupakan keberhasilan memenangkan perjuangan hidup: Mengubah nasib buruk menjadi baik, dan mengubah penghayatan diri tak bermakna menjadi bermakna.

Fenomena ini sangat relevan untuk diteliti guna menemukan prinsip-prinsip yang ada di balik keberhasilan itu. Dan temuan mengenai prinsip-prinsip itu sangat penting tidak saja untuk memperluas wawasan dan teori psikologi, tetapi terutama untuk dapat diamalkan di lingkungan psikologi klinis dalam membantu mereka yang mengalami penderitaan serupa dan belum berhasil mengatasinya.

Pokok-pokok kajian teori: Untuk menunjang penelitian dilakukan kajian teori mengenai: Logoterapi dan pandangannya mengenai makna hidup Kualitas-kualitas insani (transendensi, humor dan ketawa, pengenalan dan pengembangan diri) dan pemanfaatannya dalam proses penemuan makna hidup Encounter sebagai ragam kebersamaan yang mengembangkan dan menunjang kehidupan bermakna Fenomenologi dan pendekatannya terhadap penderitaan.

Kajian-kajian teori tersebut menunjukkan adanya suatu proposisi teoretis, -yakni prinsip-prinsip yang secara teoretis mendasari masalah yang diteliti-, yang terdiri dari komponen-komponen dan proses yang menentukan keberhasilan pengubahan diri dari kondisi tak bermakna (meaningless) menjadi bermakna (meaningful).

Komponen-komponen keberhasilan yang dijabarkan dari kajian teori itu adalah: Pemahaman diri (Self insight) Makna hidup (The meaning of life) Pengubahan sikap (Changing attitude) Keikatan diri (Self commitment) Kegiatan terarah (Directed activities) Dukungan sosial (Social support). Dijabarkan dari kajian teori, proses keberhasilan mengubah hidup tak bermakna menjadi bermakna terdiri dari urutan pengalaman dan tahap-tahap kegiatan sebagai berikut: Pengalaman tragic Penghayatan tak bermakna Pemahaman diri Penemuan makna dan tujuan hidup Pengubahan sikap Keikatan diri Pemenuhan makna hidup Hidup yang bermakna kebahagiaan.

Rancangan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana terdapat kesesuaian, penambahan, pengurangan, atau pertentangan antara proposisi teoretis dengan pengalaman empirik para responden yang telah berhasil mengubah kondisi hidup dari tak bermakna menjadi bermakna.

Untuk itu disusun rancangan suatu penelitian dengan judul "Keberhasilan Pengembangan Hidup Bermakna: Studi kasus atas pada pribadi-pribadi dengan pengalaman tragik dengan menggunakan metode studi kasus tipe " Holistic & Multiple-case Design". Dalam penelitian ini data diperoleh melalui wawancara mendalam non-psikoanalisis terhadap para responden yang benar-benar memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Hasil penelitian: Hasil temuan studi kasus menunjukkan kesesuaian dengan proposisi-teoretis mengenai komponen-komponen dan proses keberhasilan mengembangkan penghayatan hidup bermakna, bahkan ditemukan komponen-komponen baru lainnya yang melengkapi proposisi teori. Ini berarti ada suatu pola tertentu yang mendasari komponen dan proses keberhasilan itu.

Komponen yang ditemukan dalam studi ini adalah unsur-unsur psikososial yang secara potensial dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan mengembangkan kehidupan bermakna sejauh hal itu direalisasikan.

Komponen ini ternyata cukup banyak ragamnya, tetapi semuanya dapat dikategorikan dalam empat dimensi yaitu: dimensi personal, dimensi sosial, dimensi spiritual, dan dimensi nilai-nilai.

Adapun unsur-unsur yang merupakan komponen dimensi personal adalah: pemahaman diri, dan pengubahan sikap, sedangkan dimensi sosial mencakup: dukungan sosial, faktor pemicu kesadaran diri, dan model ideal pengarahan diri. Adapun dimensi nilai-nilai mencakup: pencarian makna hidup secara aktif-kontemplatif, penemuan makna hidup, keikatan diri terhadap makna hidup, kegiatan terarah pada tujuan, tantangan, dan keberhasilan memenuhi makna hidup. Dan komponen dimensi spiritual adalah keimanan sebagai dasar dari kehidupan beragama.

Unsur-unsur tersebut bila disimak dan direnungkan secara mendalam ternyata semuanya merupakan kehendak, kemampuan, sikap, sifat, dan tindakan khas insani yakni kualitas-kualitas yang dianggap terberi pada eksistensi manusia semata-mata.

Seperti halnya komponen keberhasilan, hasil temuan studi kasus yang menunjang dan meneguhkan proposisi-teoretis ini menunjukkan adanya pola tertentu pada dimensi proses. Ini berarti usaha seseorang yang berhasil mengubah penghayatan hidupnya yang tak bermakna menjadi bermakna ternyata melalui berbagai ragam kegiatan dan pengalaman unik yang secara keseluruhan seakan-akan ada polanya yaitu ada tahaptahap tertentu menuju ke arah penghayatan hidup bermakna.

Temuan studi kasus menunjukkan adanya tiga tahap pengalaman diantara bentangan kutub kondisi hidup tak bermakna (The meaningless life) dengan kutub kondisi hidup bermakna (The meaningful life), yang seakan-aakan menjembatani kedua kutub itu. Ketiga tahap pengalaman itu adalah: Tahap penerimaan diri (The phase of self acceptance), Tahap penemuan makna hidup (The phase of discovering meaning) Tahap pemenuhan makna hidup (The phase of fulfilling meaning).

Selanjutnya penelitian ini menunjukan adanya bermacam-macam peristiwa, pengalaman, dan kegiatan yang dapat dikategorikan pada ketiga tahap pengalaman ini. Tahap penerimaan diri mengandung di dalamnya proses-proses: pemahaman diri, pengubahan sikap, dan faktor pemicu, sedangkan dalam tahap penemuan makna hidup ada pencarian aktif dan penemuan makna hidup. Dan setelah makna hidup ditemukan, kemudian dilanjutkan dengan upaya yang sadar dan terarah untuk memenuhinya berupa: keikatan diri (self commitment) terhadap makna hidup, melakukan kegiatan terarah pada tujuan hidup, dan harus menghadapi berbagai tantangan-tantangan, sebelum mencapai keberhasilan memenuhi makna hidup itu.

Kesimpulan: Dengan merujuk kepada hasil-hasil temuan studi kasus yang menunjukkan bahwa komponen keberhasilan dan proses keberhasilan sama-sama memiliki pola tertentu dan sama-sama pula meneguhkan proposisi-teoretis, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai pola keberhasilan mengembangkan penghayatan hidup bermakna: Keberhasilan mengembangkan penghayatan hidup bermakna dilakukan dengan jalan menyadari dan mengaktualisasikan potensi- potensi kualitas-kualitas insani yang diarahkan pada pemenuhan makna hidup.

Komponen keberhasilan dalam mengembangkan penghayatan hidup bermakna berupa kualitas-kualitas insani yang bersumber pada dimensi ragawi, dimensi personal, dimensi sosial, dimensi spiritual, dan dimensi nilai-nilai sebagai kesatuan dimensional eksistensi manusia.

Proses keberhasilan mengembangkan penghayatan hidup bermakna merupakan aktualisasi dari potensi kualitas-kualitas insani melalui berbagai kegiatan yang terarah pada pemenuhan makna hidup.

Komponen keberhasilan dan proses keberhasilan merupakan kesatuan yang saling menunjang satu dengan lainnya dalam pengembangan diri pada umumnya, dan pengembangan penghayatan hidup bermakna pada khususnya.

Proses mengembangkan penghayatan hidup tak bermakna (meaningless) menjadi bermakna (meaningful) menjalani tiga tahap pengalaman, yaitu: tahap penerimaan diri, tahap penemuan makna hidup, dan tahap pemenuhan makna hidup.

Dukungan sosial, -yakni hadirnya pribadi-pribadi lain yang akrab dan dikasihi-, dan rasa keimanan berfungsi hampir pada seluruh tahap proses pengembangan hidup bermakna, terutama pada waktu seseorang ada dalam tahap penderitaan, yaitu saat-saat mengalami peristiwa tragis dan menghayati hidup tak bermakna serta pada waktu menghadapi tantangan-tantangan dalam memenuhi makna hidup.

Pada akhimya intisari dari keenam basil temuan tersebut dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut: Keberhasilan mengembangkan hidup bermakna dicapai dengan mengaktualisasikan secara sadar potensi-potensi dan kualitas pribadi dengan pengarahan kepada pemenuhan makna hidup. Proses ini akan lebih efektif bila berlangsung dalam relasi sosial yang supportif Lebih-lebih lagi bila dilandasi dengan keimanan mendalam.

Perlu dijelaskan bahwa sekalipun ditemukan adanya semacam pola, komponen, dan tahap-tahap dalam proses keberhasilan mengubah penghayatan hidup tak bermakna menjadi bermakna, tetapi keunikan pribadi dalam memilih komponen dan menjalani proses keberhasilan itu tetap diakui dan diutamakan.

Implikasi Hasil penelitian mengenai keberhasilan mengubah penghayatan hidup tak bermakna menjadi bermakna dapat diterapkan sekurang- kurangnya untuk dana kegiatan psikologi klinis, yakni Konseling Individual dan Latihan Pengembangan Pribadi bagi mereka yang menghayati diri tak bermakna setelah mengalami musibah tertentu sebelumnya.

Konseling individual bagi mereka yang menghayati hidup takbermakna tujuannya selain untuk menguasai cara-cara mengatasi sendiri gejala-gejalanya, juga terutama untuk membantu lebih menyadari sumber-sumber makna hidup yang ada di sekitar mereka sendiri, lalu menentukan pilihan secara bebas, kemudian memenuhinya.

Selain itu temuan dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pelatihan pengembangan pribadi dengan jalan lebih menyadari nilai-nilai yang menjadi sumber makna hidup dan menentukan secara bebas hal-hal yang bermakna baginya. Dalam hal ini unsur-unsur dinamika kelompok seperti: dukungan kelompok (group support), ungkapan diri (self disclosure), umpan balik (feedback), dan kesediaan berbagi pengalyman (sharing), serta suasana akrab (encounter) merupakan sarana efektif dalam proses penemuan dan pengembangan makna hidup melalui pelatihan dalam kelompok.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanis Alex Ninu
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu aspek yang menjadi pokok pengkajian dalam karya ilmiah ini adalah partisipasi politik pedagang kaki lima dalam mengikuti kegiatan pemi1ihan umum, kegiatan organisasi dan mengatakan hubungan dengan para pejabat pemerintahan wilayah kota administratif Kupang. Sedangkan faktor-faktor yang diduga turut mempengaruhi para pedagang kaki lima da1am memgikuti kegiatan-kegiatan tersebut adalah status sosial ekonomi yang tercermin pada tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat kekayaan.
Untuk membuktikan apakah terdapat hubungan di antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat kekayaan dengan tingkat partisipasi politik pedagang kaki lima terhadap kegiatan-kegiatan politik tersebut, penulis dapat melakukan penelitian terhadap 120 responden, sebagai sampel dengan teknik anaIisa data yang digunakan adalah analisa data kualitatif.
Dari hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa umumnya tingkat partisipasi politik para pedagang kaki lima di wilayah kota administratif Kupang dalam mengikuti kegiatan pemilihan umum, kegiatan organisasi dan berhubungan dengan para pejabat pemerintahan adalah tinggi atau menyatakan mengikuti kegiatan politik jika dibandingkan dengan responden yang tingkat partisipasinya rendah atau tidak mengikuti kegiatan politik.
Di pihak lain dapat diketahui bahwa tingginya tingkat partisipasi politik pedagang kaki lima dalam mengikuti kegiatan-kegiatan politik tersebut selain dipengaruhi oleh tingkat status sosial ekonomi para pedagang kaki lima yang tercermin pada tingkat pendidikan; tingkat pendapatan, dan tingkat kekayaan, juga menunjukkan bahwa telah terdapat kesadaran politik. Namun, apabila ditelusuri lebih mendalam terlihat bahwa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan politik tersebut, para pedagang kaki lima masih nenemui tekanan﷓tekanan yang datang dari pihak lain seperti pihak aparat pemerintah dan sebagainya,
Dalam kaitan dengan hasil penelitian di atas dapatlah dikatakan bahwa hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini diterima dan semakin meneguhkan teori yang dikemukakan oleh Huntington bahwa dalam semua tahap pembangunan, tingkat pembangunan sosio-ekonomi dan pemerataan sosio-ekonomi yang lebih tinggi menga kibatkan tingkat partisipasi politik yang tinggi. Oleh karena itu diketahui bahwa status sosial ekonomi mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi politik yang berarti bahwa jika terjadi perubahan dalam status sosial ekonomi akan mengakibatkan juga perluasan pola partisipasi politik, penganeka ragaman partisipasi politik dan partisipasi politik yang dimobilisir berubah menjadi partisipasi politik yang otonom.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>