Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsidin R.
Abstrak :
Penulisan tesis ini mencoba memberikan gambaran faktor-faktor apa saja yang menjadi determinan pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan status pekerjaan utama sebagai buruh/karyawan di Indonesia pada tahun 2000.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengeluaran konsumsi tersebut dikelompokan menjadi dua bagian yaitu variabel ekonomi (gaji/upah) dan variabel non ekonomi (karakteristik demografi, pendidikan, dan kesehatan). Data yang digunakan dalarn penelitian ini bersumber pada Survei Ekonomi Sosial Nasional (Susenas) KOR tahun 2000, sedang metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dan inferensial dengan model regresi double log.

Berdasarkan analisis deskriptif ditemukan bahwa sekitar 53,5 persen dari 54.051 kepala rumah tangga buruh/karyawan di Indonesia berpendidikan dibawah SLTA, selanjutnya sebesar 4,8 persen dari jumlah kepala rumah tangga tersebut masih menerima gaji/ upah kurang dari Rp. 200.000,- atau dibawah standar LIMP yang berlaku. Sementara dari analisis inferensial ditemui bahwa elastisitas pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi tergantung dari pendidikan, usia dan daerah tempat tinggal kepala rumah tangga.

Nilai elastisitas pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi lebih besar dari satu terdapat pada karakteristik kepala rumah tangga berpendidikan SD hingga S3, berusia produktif (20-60 tahun) dan bertempat tinggal di daerah perkotaan sebaliknya untuk kepala rumah tangga berpendidikan tidak tamat SD, berusia tidak produktif (61 tahun keatas) dan bertempat tinggal di desa nilai elastisitasnya lebih kecil dari satu.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T4295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fang, Tan
Peking: Kuang Lu Publishing Service, 1984
923.251 FAN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Izzah
Abstrak :
Supervisi merupakan bagian yang penting dalam manajemen keperawatan. Pengelolaan asuhan keperawatan membutuhkan kemampuan manajer keperawatan dalam melakukan supervisi. Kepala ruangan merupakan manajer garda depan dan penanggung jawab ruangan harus mampu menjadi supervisor yang baik terhadap perawat pelaksana, sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Penelitian ini menganalisa teknik dan frekuensi kegiatan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Hal ini dilatar belakangi masalah pelaksanaan supervisi di Rumah Sakit Umum Daerah Batang belum terpogram dan pelaksanaan supervisi oleh kepala ruangan belum tampak jelas karena belum ada perencanaan dari kepala ruangan tentang pelaksanaan kegiatan supervisi untuk perawat pelaksana. Desain yang digunakan dalam penelitian menggunakan metoda deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Hipotesis ditetapkan untuk melihat hubungan teknik dan frekuensi kegiatan supervisi dengan kinerja perawat pelaksana. Teori yang melatar belakangi penelitian ini adalah teori Kron (1987), Bittel (1987), Azwar (1996) dan untuk variabel teknik dan frekuensi supervisi dan Gibson(1994), Ilyas (1999) dan (Depkes,1994) untuk variabel kinerja. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara variabel frekuensi supervisi dengan kinerja perawat pelaksana dengan nilai p = 0,036. Sedangkan variabel teknik supervisi tidak ada hubungan yang bermakna dengan kinerja perawat pelaksana. Hasil uji regresi logistik menunjukkan frekuensi supervisi satu kali sehari merupakan variabel yang paling dominan memiliki hubungan dengan kinerja perawat pelaksana. Proporsi perawat pelaksana yang mendapatkan supervisi satu kali dalam satu harinya akan memiliki peluang kinerja lebih baik dibandingkan perawat pelaksana yang mendapatkan supervisi dua kali atau lebih dalam satu hari. Rekomendasi untuk pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Batang Jawa Tengah agar memperhatikan dan meningkatkan kinerja perawat pelaksana dengan meningkatkan frekuensi supervisi, mensosialisasikan kembali standar asuhan keperawatan dan standar operasional prosedur keperawatan, memberikan dukungan terhadap prestasi kerja, meningkatkan kemampuan manajemen keperawatan dan memberikan penghargaan finansial maupun kesempatan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, serta membuat suatu pola pengembangan jenjang karir yang baku. ......Supervision is an important part in nursing management. The nursing care management requires capability of a nursing manager in supervision. A head nurse as a front line manager and responsible person in the ward should be able to be a good supervisor for her/his staff, it could yield to an improvement in the quality of nursing care provided to the patients and then, could improve the performance of staff. The purpose of the study was to analyze the relationship between technique and frequency of supervision from head nurses, and the clinical performance of the nurses. The background of this problem was that the implementation of supervision at Batang general hospital had not conducted sufficiently and appropriately due to in availability of a supervision program from head nurse to his/her staff. The design of the study was descriptive analytical with cross sectional approach. The hypotheses were determined to identify the relationship between the technique and the frequency of supervision and the clinical performance of staff. The theories underlying the study were adopted from Kron (1987), Bittle (1987), Anwar (1996) for the variables of technique and frequency of supervision and Gibson (1994), Ryas (1999) and Ministry of Health (1994) were used for the variable of clinical performance. The result of a Chi Square statistical test showed that there is a significant relationship between the variable of frequency and the clinical performance (p=0.036). There is no significant relationship between the variable of supervision techniques and the clinical performance of staff. The result of a logistic regression test demonstrated that the frequency of one supervision a day is the most dominant variable to the relationship with the staff clinical performance.The staff who are given one supervisions a day would have opportunities greater than compared to those who are given two or more supervisions. Based on the findings, recommendation were addressed to the management of the Batang general hospital, Central Java should pay sufficient attention and to improve the clinical performance of the staff by: improving the frequency of supervision; re-disseminating the standard of nursing and nursing procedures; supporting the excellent performance; improving the capability of nursing management; providing financial rewards or opportunities to pursue further education; and developing pertinent program of career ladder.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T 3169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taty Nurti
Abstrak :
Pelayanan antenatal bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik, dapat melahirkan bayi yang sehat dan mempersiapkan ibu untuk pemberian ASI eksklusif. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus. Kehamilan walaupun merupakan peristiwa yang normal namun bersifat dinamis yang secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko termasuk ancaman terhadap kelangsungan hidup ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kualitas layanan antenatal pada Puskesmas di Kota Jambi. Sampel penelitian ini adalah delapan Puskesmas yang melaksanakan pelayanan antenatal. Karena Kota Jambi terdiri atas delapan kecamatan, maka dari setiap kecamatan dipilih secara acak satu Puskesmas dari Puskesmas yang ada. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Metode pengumpulan data mencakup: (1) pengamatan terhadap 96 spot kegiatan pelayanan antenatal ; (2) wawancara terhadap 96 klien segera setelah selesai menerima pelayanan (exit interview); (3) penilaian terhadap kegiatan manajemen pelayanan antenatal berdasarkan keberadaan perangkat dan produk manajemen; dan (4) pengamatan terhadap sarana penunjang. Hasil pengamatan terhadap spot pelayanan kualitasnya masih kurang terlihat pada puskesmas yang diteliti penyediaan pelayanan TT dan Fe hanya 78%, pemberian informasi kesehatan ibu hamil hanya 55%, 60% mempunyai tenaga terampil, 49% responsif terhadap klien, ulang kepada klien dan 35% menggunakan waktu lebih dari 10 menit untuk pemeriksaan kehamilan kepada klien. Berdasarkan wawancara dengan klien sebagian besar merasa "puas" terhadap pelayanan yang telah diberikan. Kepuasan disini didasarkan kepuasan dari pelayanan TT dan Fe 65%, pemberian informasi 71%, kompetensi teknis petugas 97%, interaksi petugas-klien 96%, melaksanakan tindak lanjut 93%, waktu tunggu kurang dari 10 menit 64%. Walaupun pengetahuannya tentang pelayanan antenatal masih rendah hanya 23%. Dari aspek manajemen, hanya 13% puskesmas yang melaksanakan manajemen pelayanan antenatal dengan baik. Namun 88% Puskesmas mempunyai kelengkapan sarana dasar pelayanan antenatal. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kualitas layanan yang diberikan masih kurang, walaupun mayoritas klien mengatakan "puas" dengan pelayanan yang diberikan. Namun pengetahuan klien pada umumnya masih kurang. Manajemen pelayanan antenatal masih belum baik, walaupun sarana pelayanan antenatal relatif lengkap. Untuk memperbaiki kualitas pelayanan antenatal di Puskesmas disarankan sebagai berikut: Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi untuk membuat kebijakan tertulis tentang pelayanan antenatal dan menggunakan waktu pada saat pertemuan bidan bulanan sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta melaksanakan pelatihan konseling pelayanan antenatal. Kepada Kepala Puskesmas meneruskan kebijakan kepala dinas dengan membuat prosedur kerja secara tertulis tentang pelayanan antenatal serta melengkapi sarana yang masih kurang. Kepada petugas pelayanan antenatal agar melaksanakan kegiatan pelayanan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, mengikuti pertemuan bulanan dan pelatihan konseling serta memberikan informasi (konseling) kepada klien tentang pelayanan antenatal. Kepada institusi pendidikan Poltekkes Jambi diharapkan dapat menambahkan materi kuliah tentang mutu layanan kesehatan sebagai muatan lokal. Kepada peneliti lain dapat meneruskan penelitian ini dengan pendekatan kualitatif untuk menggali lebih mendalam variabel kualitas pelayanan dan kepuasan klien dalam pelayanan antenatal.
The quality of Antenatal care at Community Health Center of Jambi in 2002The purpose of antenatal care is to keep the pregnant woman safe during pregnancy, experiences proper labor and healthy postpartum, delivers a healthy baby and prepares mother to give exclusive breast feeding. Pregnancy is a reproduction process that needs some special treatment. Even though pregnancy is normal process, it is dynamic which is risky to mother live. The research objective is to obtain the description on antenatal care quality at Community Health Center (CHC) in Jambi Municipality. The samples of this research are taken from 8 CHC. Jambi Municipality has eight sub districts then each sub district was considered for one CHC randomly. This research design is cross sectional. Its method covers : observation of 96 spot services which gives antenatal care, interview to the 96 clients after receiving the service (exit interview), assessment on antenatal service management in view of facility and product management availability and supervision on supporting facility. On the spot supervision of CHC reveals that the quality is quantity low, there are 78% of CHC providing TT immunization and Fe tablet, 55% giving the information of the health pregnancy, 60% having skilled antenatal care provider, 49% responsive to the client, 95, 8% reminding client to go visiting CHC again, and only 35% using more than I0 minutes to examine pregnant woman. Based on the interview, most of respondents satisfied with the services. This satisfaction is based on TT immunization and Fe tablet (65%), giving information (71 %), provider technical competency (97%), and provider-client interaction (96%), doing the follow up (93%), waiting time less than 10 minutes (64%). However, only 23% of the respondent knows the antenatal care. From management view, only 13% of CHC has conducted good antenatal care management. However, 88% of CHC has good basic facility of antenatal care. It is concluded that antenatal care is still unqualified although most patients are satisfied with the service. Generally, client's knowledge about antenatal care is limited. The management of antenatal care is not fair enough while its facility is much more complete. To improve antenatal care quality, it is recommended that the Head of Jambi Health Department to make a written procedure of antenatal care and to hold a monthly meeting with the midwife to maintain their skill and knowledge and also to give counseling training of antenatal care. To the Head of CHC is suggested to continue that policy by providing written standard of recommended antenatal service and to make the facility much more complete. To antenatal care provider, it is recommended to follow` the standard operational procedure, to give monthly meeting and counseling training, as well as to inform the client about antenatal care. To Health Polytechnic Jambi, hopefully can provide a lecture about public health service quality as a local load. To the other researchers, it is advised great fully to follow up this study based on qualitative approach to explore the service quality variable and client satisfaction of antenatal care.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 5074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mantik, Hari Bagus P.
Abstrak :
Teknologi dan informasi secara tradisional memainkan peranan penting dalam mendukung kegiatan bisnis yang berorientasi pada produk maupun jasa. Dengan tambahan teknologi digital/internet dewasa ini secara dramatis telah mengubah proses secara internal dan ekstemal, serta mentransformasikan organisasi menuju e-business yang merupakan penyatuan kompleks dari proses bisnis dan struktur organisasi dalam menciptakan model bisnis dengan kinerja yang tinggi, dimulai dari kebutuhan dan perspektif pelanggan/user yang kemudian dijabarkan dalam kapabilitas dan arah dari perusahaan. Dengan fungsi dan misi DJBC sebagai trade facilitator, diperlukan suatu proses yang memanfaatkan teknologi informasi untuk menghnsilkan suatu sistem dengan kinerja yang cepat, fleksibel, terintegrasi dan berfokus pada pelanggan/user. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu penyatuan yang kompleks antara aspek/ knowledge mengenai bisnis dan manajemen dengan teknologi dan informasi, atau perlu mengintegrasikan antara back-office dengan front-office secara menyeluruh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi strategi penerapan e-business yang dilakukan oleh DJBC beserta nilai tambah yang dihasilkannya. Kerangka teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini digambarakan dalam suatu framework tentang studi evaluasi strategi penerapan e-business pada DJBC yang mengacu pada teori James Martin (1989). Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif analitis melalui wawancara (mengacu pada tahapan teori information engineering dari James Martin) secara mendalam langsung kepada narasumber disertai dengan pengumpulan data sekunder lainnya. Hasil penelitian ini menjabarkan bagaimana tahapan strategi penerapan e-business pada DJBC, faktor-faktor yang mempengaruhinya, hasil implementasinya, beserta kelemahan dan kelebihannya yang di dukung dengan data-data primer dan sekunder yang diperlukan. Kesimpulan yang diperoleh diantaranya adalah adanya gap yang cukup besar antara tahap perencanaan dengan platform yang jelas dengan tahap pengembangan dan implementasi yang lemah, serta minimnya keterlibatan user dalam strategi penerapan e-business. Oleh karena itu peneliti mengusulkan adanya suatu kerja sama yang baik antara user (dengan knowledge-nya) dengan pelaksana yang bertugas menjembatani kebutuhan user berdasarkan aspek manajemen dan bisnis dengan aspek teknologi dan informasi.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T4712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winarso S. Tjokrosudirdjo
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi karyawan terhadap hasil pengembangan organisasi dengan kinerja karyawan. Tujuan tersebut sejalan dengan konsep pengembangan organisasi dari Luthans (1992), untuk mengukur tingkat keberhasilan pengembangan organisasi berlandaskan pada 4 dimensi pengembangan organisasi, yaitu : (1) struktur organisasi, (2) sistem penghargaan dan kepuasan kerja, (3) perilaku pimpinan, dan (4) karakteristik pekerjaan. Keberhasilan pengembangan organisasi tidak terlepas dari indikator mengenai peningkatan kinerja karyawan. Oleh karena itu sangat rnenarik melakukan penelitian untuk melihat pengaruh hasil pengembangan organisasi terhadap kinerja karyawan, khususnya ditinjau dari : (1) aspek sifat, (2) aspek perilaku dan (3) aspek manajerial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non eksperimen, dimana variabel yang diukur sudah melekat dalam diri para responden .Penelitian melibatkan responden yang berasal dari 2 bidang kerja, yaitu bidang kerja operasional dan bidang kerja pendukung. Adapun kuesioner penelitian terdiri dari : kuesioner persepsi hasil pengembangan organisasi dan kuesioner kinerja karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara keempat dimensi persepsi terhadap hasil pengembangan organisasi dengan ketiga aspek kinerja karyawan tidak memiliki hubungan yang signifikan pada tingkat signifikansi E 0 ,05. Namun apabila dilihat secara satu persatu, dimensi sistem penghargaan dan kepuasan kerja dan dimensi perilaku pimpinan mempunyai hubungan yang signifikan dengan ketiga aspek kinerja karyawan. Dalam analisis tambahan untuk mempertajam analisis utama penelitian, yaitu dalam bentuk analisis perbedaan khususnya berdasarkan bidang kerja, terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi hasil pengembangan organisasi yaitu : dimensi struktur organisasi, dimensi perilaku pimpinan, dan dimensi karakteristik pekerjaan, sedangkan pada aspek kinerja karyawan perbedaan yang signifikan ada pada : aspek sifat, aspek perilaku dan aspek manajerial. Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah : (1) sampel penelitian supaya lebih luas, (2) variabel-variabel penelitian perlu ditambah untuk mempertajam fokus penelitian, (3) kontrol terhadap penyebaran angket secara teknis perlu diperbaiki, (4) kedua alat ukur penelitian perlu dimodifikasi berdasarkan ciri-ciri sampel penelitian. Adapun saran untuk institusi secara aplikatif adalah : (1) memberi bobot yang berbeda pada implementasi pengembangan organisasi sesuai kebutuhan pada masing-masing bidang kerja, (2) periu dirancang alat ukur kinerja karyawan yang disesuaikan dengan kekhasan masing-masing bidang kerja, (3) perlu memperhatikan persepsi terhadap hasil pengembangan organisasi dalam proses seleksi dan promosi calon manajer pada masing-masing bidang kerja, (4) kedua alat ukur penelitian dapat dimanfaatkan untuk memperoleh informasi dalam proses pengambilan keputusan di masa mendatang. Daftar Pustaka : 88 Judul (1959 - 2002)
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T12425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Limbeng, Julianus
Abstrak :
Karo adalah salah satu sub-suku bangsa yang banyak anggota masyarakatnya melakukan migrasi ke Pulau Jawa, khususnya ke Jakarta dan sekitarnya. Perpindahan ini hingga saat ini terus berlangsung sehingga diperkirakan populasi orang Karo di Jakarta lebih kurang 20.000 orang. Hal ini bisa kita lihat dari data anggota Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) saja di Jakarta lebih kurang 12.000 orang, dan ditambah pemelukpemeluk agama lain seperti Katholik, Islam, Kristen Protestan dan lainnya. Namun sampai saat ini angka yang pasti tentang jumlah orang Karo di Jakarta belum ada.

Melakukan migrasi pada masyarakat Karo bukanlah prilaku yang acak, karena itu orang-orang yang memutuskan untuk bermigrasi dapat dianggap sebagai orang-orang pilihan dari antara populasi (Guillet et at, 1976: 10), walaupun mungkin ada unsur-unsur atau faktor kemungkinan yang mendorong untuk bermigrasi. Keadaan-keadaan biografi personal mungkin merupakan faktor-faktor selektif yang menentukan individu-individu yang mana cenderung bermigrasi (Pally, 1994 : 8).

Orang Karo yang melakukan migrasi ini biasanya mempunyai kelompok-kelompok dan memilih tempat tinggal sementara dimana ada orang yang dikenalnya seperti satu kampung, hubungan kerabat dan sebagainya, karena orang Karo yang di Jakarta berlainan asal usul dari daerah asalnya (Petro, 1981 : 1-10). Walaupun jauh dari daerah asalnya, masyarakat Karo di `perantauan' di dalam kehidupan dan adaptasinya dengan budaya-budaya yang amat heterogen masih berusaha mempertahankan identitas etniknya dengan melakukan kegiatan-kegiatan budaya yang dijewantahkan di dalam upacara-upacara adat yang dilakukan yang disebut dengan adat nggeluh (Ginting, 1989 : 1-20) yang dibawa dari daerah asal walaupun perubahan-perubahan dapat saja terjadi dari beberapa sisi akibat banyak faktor.

Keberadaan instrumen musik dalam setiap upacara-upacara adat adalah merupakan hal yang sangat penting. Ensambel musik ini dikenal dengan nama gendang lima sedalanen yang terdiri dari 5 buah instrumen, yaitu sarune (aerofon, single-reed), gendang indung (membranofon, konikal), gendang anak (membranofon, konikal), gang (gong), dan penganak yaitu sejenis gong kecil (Sembiring, 1995 : 2). Ensambel musik ini dimainkan oleh lima orang. Namun, sekarang ini alat musik ini sudah jarang sekali digunakan di dalam kegiatan upacara-upacara yang ada dan digantikan oleh satu alat musik saja yaitu kibot, dan orang Karo menyebutnya dengan gendang kibot.

Gendang kibot adalah sebuah alat musik elektrik keyboard (organ). Kibot ini dapat diprogram sedemikian rupa untuk meniru bunyi yang hampir sama denga bunyi gendang lima sedalanen. Tidak semua kibot dapat diterima, hanya produksi dari perusahaan alat musik Jepang Technics dengan sari KN-2000. Namun demikian masyarakat Karo di Jakarta menerima kehadiran alat musik ini walaupun adanya perubahan-perubahan di dalam bentuk penyajian. Kehadirannya hampir selalu ada dalam upacara-upacara adat yang dilakukan baik yang bersifat kegembiraan dan kesedihan. Gendang kibot tidak saja sebagai pelengkap upacara, tetapi dia berubab hampir menjadi utama, karena orang cenderung menghadiri sebuah kegiatan apabila alat musik ini ada. Dia menjadi sebuah alat yang mempunyai makna yang sangat luas di dalam adaptasi masyarakatnya untuk membawa masyarakatnya kepada sebuah manifestasi dalam pola-pola hubungan sosial baik ke dalam maupun keluar demi kelangsungan hidup masyarakatnya.

Soal bagaimana gendang kibot berfungsi sebagai salah satu alat integrasi masyarakat Karo di Jakarta dapat dilihat dart kepentingan dan peranan-peranannya di dalam setiap konteks upacara-upacara yang dilakukan masyarakatnya. Hal ini sudah pasti menyangkut adanya suatu kebutuhan masyarakat untuk menggunakan perangkat alat tersebut. Untuk itu, maka beberapa konsep penting untuk mengkaji fenomena tersebut antara lain adalah kebutuhan, integrasi (Smith, 1987), pranata atau institusi (Uphoff, 1986), strategi adaptasi (Smith, 1987), struktur sosial (Foster, 1949; Merton, 1968) dan perubahan sosial budaya (Suparlan, 1986; Bungess, 1948; Inkeles, 1955; Etzioni and Etzioni, 1964).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Di dalam penelitian ini peneliti terlibat aktif di dalam kegiatan-kegiatan gendang kibot, tetapi wawancara tetap dilakukan kepada sejumlah informan untuk mengambil data primer. Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan kehidupan masyarakat Karo di Jakarta dan sekitarnya. Pendekatan kualitatif diarahkan untuk menggali data etnografi masyarakat yang diteliti mengenai fungsi gendang kibot di dalam penintegrasian masyarakat Karo di Jakarta. Pengamatan dan wawancara dilakukan saling melengkapi, baik dalam arti saling mengisi kekurangan data dan menjauhkan penfsiran-penafsiran yang bersifat pribadi.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10946
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komarunisa
Abstrak :
[ABSTRAK
Subjective Global Assessment (SGA) dan Nutritional Risk Screening (NRS) 2002 merupakan alat skrining malnutrisi yang bertujuan untuk mendeteksi passien yang mengalami malnutrisi maupun berisiko malnutrisi. Dampak malnutrisi terhadap pasien dan rumah sakit, antara lain memperpanjang lama perawatan, meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien, serta bertambahnya biaya pengobatan rumah sakit. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap alat skrining tersebut pada pasien bedah rawat inap di Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM ) dan membandingkan kedua hasilnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi malnutrisi pasien bedah dewasa rawat inap dan mengetahui metode skrining yang tepat dan praktis untuk mendeteksi pasien berisiko malnutrisi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan mengetahui spesifisitas dan sensitivitas metode skrining NRS-2002, serta waktu pelaksanaan skrinng tersebut. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien bedah dewasa rawat inap di RSUPNCM yang memenuhi kriteria penelitian dengan jumlah sampel 75 orang. Seluruh instrumen penelitian divalidasi sebelum pengambilan data. Pengumpulan data meliputi wawancara menggunakan kuesioner dan formulir metode skrining malnutrisi, pengukuran berat badan dan tinggi badan estimasi serta penilaian indeks masa tubuh. Didapatkan prevalensi malnutrisi sebesar 40% pada pasien bedah dewasa rawat inap di RSUPNCM dengan sensitivitas NRS 83,3% dan spesifisitas 100%. Jumlah penderita malnutrisi yang tertinggi berada pada kelompok umur >60 tahun ( p = 0,04) dengan kasus bedah gastrointestinal yang malnutrisi lebih banyak signifikan (p = 0,008) dibandingkan dengan kasus bedah non gastrointestinal serta waktu pelaksanaan berbeda signifikan antara SGA dan NRS 2002 (p = 0,00).
ABSTRACT
The Subjective Global Assessment (SGA) and Nutritional Risk Screening (NRS) 2002 are screening tools aimed at detecting malnourished individuals and those at risk for malnutrition. The consequences of malnutrition for both patient and hospital include prolonged hospital length of stay, increased morbidity and mortality rate, and high hospital expenses. In this study we examined the applicability of those screening tools in surgery hospitalized patients at Gedung A RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM ) and compared the result. The aim of this study is to investigate the prevalence of malnutrition in Dr. Cipto Mangunkusumo general hospital and to determine which screening tools is more appropriate and practical for identifying the risk of malnutrition. Particularly, this study is to determine specificity, sensitivity and time consuming of the NRS 2002. The study is a cross-sectional study at surgery hospitalized patient in RSUPNCM and icluded 75 patients. All of the instruments will be validated prior to data collection, which includes interview using questionnaire and malnutrition tools form, , weight and height estimated measurements and the assessment of body mass index. The prevalence of malnutrition at surgery hospitalized patient in RSUPNCM was 40% with the sensitivity and the specificity of the NRS 2002 were 83,3% and 100% consecutively. The malnourished patients were significantly higher in the age group >60 years old (p= 0,04) with cases of gastrointestinal surgery more significant (p=0,08) compared with the case of non-gastrointestinal surgery as well as the time consuming significantly different between SGA and NRS 2002 (p=0,00)., The Subjective Global Assessment (SGA) and Nutritional Risk Screening (NRS) 2002 are screening tools aimed at detecting malnourished individuals and those at risk for malnutrition. The consequences of malnutrition for both patient and hospital include prolonged hospital length of stay, increased morbidity and mortality rate, and high hospital expenses. In this study we examined the applicability of those screening tools in surgery hospitalized patients at Gedung A RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM ) and compared the result. The aim of this study is to investigate the prevalence of malnutrition in Dr. Cipto Mangunkusumo general hospital and to determine which screening tools is more appropriate and practical for identifying the risk of malnutrition. Particularly, this study is to determine specificity, sensitivity and time consuming of the NRS 2002. The study is a cross-sectional study at surgery hospitalized patient in RSUPNCM and icluded 75 patients. All of the instruments will be validated prior to data collection, which includes interview using questionnaire and malnutrition tools form, , weight and height estimated measurements and the assessment of body mass index. The prevalence of malnutrition at surgery hospitalized patient in RSUPNCM was 40% with the sensitivity and the specificity of the NRS 2002 were 83,3% and 100% consecutively. The malnourished patients were significantly higher in the age group >60 years old (p= 0,04) with cases of gastrointestinal surgery more significant (p=0,08) compared with the case of non-gastrointestinal surgery as well as the time consuming significantly different between SGA and NRS 2002 (p=0,00).]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhy Kurniawan
Abstrak :
Batubara adalah bahan yang pembentukannya melalui proses evolusi alamiah bahan organik. Dilihat dari keberadaan bahan aromatik,-proses ini sangat didominasi oleh vitrinisasi karena tingkat aromatiknya bertambah seiring dengan bertambahnya kandungan karbon. Selama proses evolusi tersebut, ada zat-zat tertentu dari bahan organik batubara yang mengelupas dan memutuskari ikatan-ikatan kimia sehingga terbentuk fragmen-fragmen molekular yang disebut radikal bebas. Radikal bebas ini sebagian besar berasal dari bahan aromatiknya dan masing-masing memiliki satu elektron tak berpasangan. Radikal bebas ini memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan karakteristik batubara, termasuk juga karakteristik produk konversinya (misalnya proses likuibkasi batubara). Resonansi Spin Elektron (RSE) adalah metode yang telah terbukti banyak bermanfaat untuk membantu penyelesaian Penelitian tentang radikal bebas dan pengaruhnya terhadap karakteristik batubara. Sayangnya, metode ini jarang sekali digunakan oleh para peneliti batubara di Indonesia sehingga pembahasan tentang radikal bebas yang selalu dijumpai dalam setiap proses evolusi batubara dan konversinya tidak dapat dilakukan secara lengkap. Padahal, dengan mengetahui asal dari radikal bebas maka informasi mengenai mekanisme evolusi batubara dan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu batubara dapat diperoleh untuk melengkapi informasi-informasi dari pengukuran lainnya. Oleh karena itu karakterisasi RSE terhadap sampel batubara Indonesia sangat perlu dilakukan. Pengukuran RSE dilakukan terhadap sampel batubara yang sudah diketahui data klasifikasinya. Penelitian dilanjutkan dengan pengukuran sampel yang telah mengalami pemanasan dari 50° hingga 400 ° C dengan interval sebesar 50 ° C. Penelitian dilakukan pula pada sampel yang mengalami proses konversi pencairan batubara.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Akita Priandana
Abstrak :
Selama Piala Dunia 2002 berlangsung, media massa di Jepang, khususnya televisi memusatkan perhatian pemberitaan kepada hal-hal yang berhubungan dengan turnamen tersebut. Berbagai macam berita dan informasi menghiasi layar televisi Jepang selama kompetisi berlangsung. Salah satu hal yang tidak lepas dari pemberitaan televisi di Jepang adalah informasi mengenai tim nasional Jepang, mulai dari profil pemain sampai pelatih yang berpartisipasi dalam kejuaraan empat tahunan tersebut. Melalui berita-berita mengenai tim nasional Jepang selama Piala Dunia 2002 tersebut, televisi berperan dalam membentuk nasionalisme masyarakat Jepang selama turnamen diadakan. Melalui teori ruang nasional, skripsi ini membahas peran televisi terhadap pembentukan nasionalisme masyarakat Jepang melalui studi kasus pemberitaan tim nasional Jepang selama Piala Dunia 2002 yang diselenggarakan di Jepang dan Korea Selatan. When FIFA World Cup 2002 being held in Japan and South Korea, Japan?s mass media, especially television, focused their attention to anything that related to the tournament. Any kind of news and information about World Cup 2002 are emblazoned Japan?s television as long as the competition is on the run. One thing that can?t be separated from Japan?s television?s attention is the news and information about their own soccer national team, started from profile about players to coach that participated on that tournament. Through the news about Japan?s soccer national team as the tournament was being held, television played it?s role to form Japanese?s nationalism. By using nation space theory, this study investigate television?s role toward figuration of Japanese?s nationalism through case study of news about Japan?s soccer national team as the FIFA World Cup 2002 is being held in Japan and South Korea.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13463
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>