Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mariana
Abstrak :
Perumusan dan penjelasan konsep tentang kebebasan wanita perlu dilaksanakan. Tujuannya ialah untuk menjelaskan bahwa kebebasan adalah dasariah milik manusia. Kebebasan adalah kenyataan universal yang tidak bisa dipisahkan dari manusia. Sebagai bukti bahwa kebebasan itu penting bagi wanita, bisa dikaji melalui studi kepustakaan tentang wanita dalampandangan beberapa filosof yang telah membahasnya, diperkuat dengan pengamatan terhadap keadaan sekitar dan penyimakan terhadap keadaan yang sedang berlangsung berdasarkan informasi dari majalah dan surat kabar. Hasil dari penelitian studi tentang wanita yaitu ditemukan adanya dua pola yang diminati oleh wanita yang menginginkan kebebasannya bisa diaktualisasikan. Dua pola tersebut adalah Altruisme dan Feminisme. Altruisme adalah merupakan pola yang mewakili citra wanita tradisional. Altruisme adalah suatu paham yang condong untuk mengutamakan kepentingan orang lain yang dicintainya di atas kepentingan sendiri. Tujuan altruisme bersifat positif, akan tetapi hasil dari perilaku altruisme bisa positif dan bisa negatif, tergantung dari bobot pelaku AItruisme Supaya bisa membuahkan hasil altruisme yang positif, pelaku altruisme harus bisa melengkapi beberapa syarat yang diperlukan. Kesadaran moral yang bersifat otonom harus dimiliki oleh pelaksana altruisme, demi tanggung jawabnya pada pihak yang bersangkutan. Pelaku altruisme tidak melupakan individualitasnya. Pelaku altruisme harus menyadari bahwa pendidikan adalah penting artinya, dengan demikian maka pelaku Altruisme mau berusaha mengembangkan dirinya dan berusaha memerangi kebodohan yang bisa membelenggu kebebasannya. Feminisme adalah pola yang diminati oleh wanita modern. Wanita modern menghendaki potensi wanita yang ada bisa diaktualisasikan dalam masyarakat secara optimal. Kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut: Konsepsi Nasional Indonesia menghendaki peran serta wanita dalam pembangunan. Wanita Indonesia dituntut supaya tampil sebagai pribadi yang profesional sesuai bidangnya masing-masing. Dalam hal tersebut, maka terlihat betapa pentingnya arti kebebasan bagi wanita Indonesia. Kebebasan wanita harus bisa dilaksanakan Sebagai sarana untuk bisa menjangkau kebebasan, maka orientasi perlu diadakan, yaitu bisa berkiblat pada altruisme yang bernilai positif dan ferninisme. Keterbukaan masyarakat sangat diharapkan demi membantu supaya wanita bisa aktualisasi diri secara optimal. Citra kodrat yang dibentuk oleh masyarakat harus ditanggalkan, sebab citra kodrat bisa melunturkan semangat dan cita-cita wanita.
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S16176
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Zubaidillah
Abstrak :
Pesatnya peningkatan jumlah anak jalanan di Indonesia diikuti oleh munculnya rumah singgah yang didirikan oleh swadaya masyarakat. Tanpa bantuan dana dari pemerintah, kebanyakan rumah singgah mengalami keterbatasan finansial, sehingga orang yang berkecimpung di sana hanya bersifat sukarela, tanpa menerima upah. Adanya fenomena suami yang menjadi pengajar di rumah singgah merupakan contoh unik dari perilaku altruisme, karena hal ini berpotensi menimbulkan masalah yang terkait dengan tanggung jawabnya di keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang mendorong mereka melakukan hal tersebut, beserta nilai-nilai yang mendasarinya. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap tiga orang subjek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua dari tiga orang subjek yang diteliti memenuhi jenis motivasi empathy-altruism hypothesis, sedangkan satu orang lainnya memenuhi motivasi negative-state relief model dan empathic joy hypothesis. Meskipun menurut Schwartz (1994) bertentangan, kedua kelompok nilai openness to change dan conservation dalam penelitian ini ditemukan dapat mendorong perilaku yang sama sekaligus, yaitu perilaku subjek mengajar di rumah singgah. Satu orang subjek memiliki keseluruhan nilai dalam dimensi tersebut, sedangkan dua lainnya memiliki nilainilai self-direction, stimulation, tradition, dan security yang mendorongnya melakukan pekerjaan tersebut.
The increasing number of children on the Street in Indonesia followed by many shelters which establish. Without any finance support from the govemment, most of them just funding theirselves with limited condition. Therefore the social workers contributing their efforts voluntary, not with Standard wage. The husbands working in shelters are unique phenomenon of the altruism behavior. It is possible to make a trouble in their family because of their responsibility. The research purpose is to know about the reason and values driving their altruism behavior. This research has qualitative approach. Researcher interviewed and observed three respondents. The result showed two of three respondents suitable for empathy-altruism hypothesis, and the one suitable for negative-state relief model and empathic joy hypothesis. About the values, Schwartz (1994) argued that openness to change and conservation values are contradicted each others. In fact, researcher have got the values compatible for emerging their altruism behavior. Only one subject has all of these values and others have self-direction, stimulation, tradition, and security values.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Aditya
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengalaman waskita dan pengaruhnya terhadap altruisme individu yang mengalaminya. Pengalaman waskita (clairvoyance) ini merupakan salah satu bidang kajian dari Psikologi Transpersonal. Sampai saat ini, penelitian mengenai pengalaman-pengalaman yang bersifat transpersonal, khususnya waskita, masih sangat kurang. Penelitianpenelitian selama ini hanya berusaha untuk membuktikan kebenaran adanya kemampuan waskita, tidak menyentuh aspek pengalaman dan pengaruh pengalaman tersebut bagi individu yang mengalaminya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menekankan pada interpretasi subyektif individu terhadap pengalamannya tersebut. Untuk mengumpulkan data, dipilih wawancara sebagai teknik utama dan observasi sebagai teknik penunjang. Subyek penelitian berjumlah tiga orang. Mereka adalah para penyembuh prana yang mempunyai kemampuan waskita. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ketiga subyek dapat melihat dan mendengar secara supernatural. Mereka mampu melihat obyek atau peristiwaperistiwa yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata biasa, misalnya organ tubuh manusia dan penyakit yang menyerangnya, peristiwa-peritiwa di masa lalu maupun di masa yang akan datang, makhluk-makhluk halus baik yang menyeramkan maupun yang bersifat suci. Mereka juga dapat melakukan komunikasi dengan makhluk-makhluk tersebut. Pengalaman waskita ini mengandung elemen dari suatu peak experience (Maslow, 1970) atau suatu Exceplional Human Experience (White, 1999). Ketika melihat melihat dan berkomunikasi dengan makhluk-makhluk yang suci, mereka merasa nyaman, damai, dan bahagia. Sedangkan ketika mereka melihat hal-hal yang bersifat negatif (penyakit atau makhluk yang menyeramkan), mereka merasa tidak nyaman, cemas, dan agak takut. Ketiga subyek memaknai pengalaman waskita ini sebagai suatu rahmat yang diberikan secara khusus oleh Tuhan kepada mereka, dan harus digunakan untuk membantu sesama yang membutuhkan. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa pengalaman ini dapat meningkatkan altruisme. Selain terhadap altruisme subyek, ternyata pengalaman ini juga berpengaruh dalam meningkatkan kesadaran diri yang menjadikan subyek lebih sering melakukan introspeksi terhadap segala tindakannya. Untuk penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan agar subyek penelitian diperluas, baik dari segi jumlah maupun latar belakang kehidupannya. Diharapkan hasil penelitian yang didapat lebih kaya sehingga dapat lebih mampu memahami pengalaman waskita ini.
2001
S2955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Sugianti
Abstrak :
ABSTRAK
Memiliki adik merupakan suatu pengalaman yang dapat memunculkan reaksi berbeda-beda dari anak pertama, salah satunya adalah altruisme. Berkowitz mendefinisikan altruisme sebagai pertolongan yang diberikan seseorang kepada orang lain tanpa mengharapkan rewards dari sumber-sumber luar. Menurut Severy, esensi dari altruisme adalah motivasi untuk menolong yang didasari oleh penyebab sederhana, yaitu karena seorang individu melihat bahwa orang lain membutuhkan pertolongan. Altruisme sudah mulai muncul dan berkembang sejak anak berusia sekitar 18 bulan. Pada tahap prasekolah, anak secara bertahap mulai mengerti kebutuhan orang lain dan mulai belajar mengenai altruisme. Menurut Bandura, kebanyakan anak belajar mengenai perilaku menolong dan perilaku sosial yang lain melalui observasi yang dilakukan anak terhadap model-model di dalam lingkungan mereka. Grusec dan Moore dan Eisenberg menemukan bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan model yang satu lebih efektif daripada model yang lain. Model yang mempengaruhi anak paling kuat adalah model yang dipersepsi anak sebagai tokoh yang berkuasa (powerful) dan memiliki kualitas hubungan yang hangat dengan anak. Hubungan yang hangat antara anak dan orangtua dapat tergambar dari attachment yang terjalin antara anak dan orangtua. Teori attachment mengatakan bahwa bentuk attachment yang terjalin antara anak dan pengasuhnya mempengaruhi anak dari segi emosi, keterampilan sosial, dan kompetensi kognitif. Melalui interaksi anak dengan pengasuh utamanya, anak belajar untuk mengembangkan hubungan mereka dengan orang lain. Dengan perkataan lain, pola perilaku yang terjadi dalam hubungan orangtua dan anak dapat digeneralisasikan ke dalam hubungan anak dengan saudara kandung mereka. Memunculkan altruisme pada anak sebenarnya merupakan hal yang susah-susah gampang. Akan menjadi sulit kalau sejak kecil anak tidak terbiasa untuk peka terhadap orang lain yang membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan kepada anak pertama usia 3- 6 tahun yang memiliki adik bayi. Kualitas attachment merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi altruisme maka pada penelitian ini ingin dilihat gambaran kualitas attachment, altruisme, serta gambaran kualitas attachment ibu-anak dengan altruisme anak terhadap adik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metoda wawancara dan observasi singkat. Subjek wawancara adalah empat orang anak berusia 3-6 tahun yang memiliki adik bayi. Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai altruisme, teori attachment, dan teori mengenai masa kanak-kanak awal. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dua orang subjek cenderung memiliki kualitas secure attachment dan dua orang subjek lainnya cenderung memiliki kualitas insecure-avoidcmt attachment. Kualitas attachment yang dimiliki masing-masing subjek dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah sensitivitas dan responsivitas ibu. Pada penelitian ini, subjek yang cenderung memiliki kualitas secure attachment memiliki ibu yang lebih sensitif dan responsif dibandingkan ibu dari subjek yang cenderung memiliki kualitas insecure-avoidant attachment. Subjek yang cenderung memiliki kualitas secure attachment memiliki hubungan yang lebih hangat dengan ibu. Adanya hubungan yang hangat menyebabkan ibu dapat menjadi model altruisme yang efektif bagi anak sehingga anak dapat menginternalisasi perilaku tersebut dengan baik. Altruisme yang muncul pada semua subjek adalah mengambilkan popok untuk adik. Adapun bentuk-bentuk altruisme lainnya, seperti mengajak adik bermain, membawakan tas yang berisi barang-barang adik, menahan tangis agar adik tidak terbangun, serta memberikan bedak dan menyisiri rambut adik merupakan altruisme yang dapat dijumpai secara bervariasi pada subjek-subjek dalam penelitian ini. Kurangnya variasi altruisme pada subjek dapat disebabkan oleh kurang tergalinya altruisme yang lain dalam wawancara dan observasi yang dilakukan. Pada penelitian ini juga terlihat adanya pengaruh kualitas attachment terhadap altruisme. Pada subjek dengan kualitas secure attachment, altruisme lebih bertalian dan frekuensi anak melakukan altruisme terhadap adik mereka lebih sering. Altruisme tetap muncul pada anak dengan kualitas insecure-avoidant attachment karena perilaku tersebut tidak terbentuk semata-mata dari faktor tunggal, dalam hal ini oleh attachment antara ibu dan anak. Banyak faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya altruisme, seperti empati, perasaan tanggung jawab, perasaan kompeten, mood, pengorbanan, reinforcement langsung, modeling, dorongan verbal, dan perasaan iri. Di samping itu, adanya hubungan yang hangat dengan ayali dapat memperkuat munculnya altruisme pada anak sekalipun ia memiliki hubungan yang insecure dan kurang hangat dengan ibu. Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar observasi dilakukau dalam waktu yang lebih lama dan dengan kemampuan wawancara yang lebih memadai. Selain itu, untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan penelitian mengenai perbedaan kualitas attachment antara anak-ayah dan anak-ibu serta melihat pengarulinya terhadap altruisme anak.
2004
S3409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doty, James R.
Bogor: Semicolon, 2020
617.48 DOT i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitra Yudanilesta Sheikh Hasina
Abstrak :
Penelitian ini berisi tentang analisis pembuktian altruisme pada salah satu tokoh novel Mat (Ibu) karya Maxim Gorky, yaitu Pavel Vlasov. Data yang digunakan oleh penulis merupakan kutipan-kutipan teks pada novel yang kemudian dianalisis dengan metode deskriptif analitis dan mengaitkannya dengan teori tokoh dan penokohan dan teori cinta altruistik. Menurut Stephen G. Post, cinta altruistik merupakan ekspresi tertinggi pada altruisme yang berkaitan erat dengan kepedulian, perasaan kasihan, simpati, kemurahan hati, serta rasa persahabatan. Penelitian ini berargumen bahwa tokoh Pavel memiliki altruisme di dalam dirinya yang diekspresikan melalui tindakan cinta altruistiknya dalam memperjuangkan kesejahteraan kaum buruh. Dengan demikian, penulis berharap penelitian ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai altruisme, tokoh Pavel, serta melengkapi rumpang penelitian tentang novel Mat (Ibu) karya Maxim Gorky melalui cara pandang yang berbeda tentang Pavel. ...... This research consists of the proof analysis of altruism in one of the characters in the novel Mat (Mother) by Maxim Gorky, named Pavel Vlasov. The data used by the author are quotations from the text in the novel which are analyzed using descriptive analytical methods and connect them to the theory of characters and characterizations and the theory of altruistic love. According to Stephen G. Post, altruistic love is the highest expression of altruism which is closely related to caring, compassion, sympathy, generosity, and a sense of friendship. This study argues that Pavel's character has altruism in him which is expressed through his acts of altruistic love in fighting for the welfare of the workers. Thus, the writer hopes that this research can increase the reader's knowledge about altruism, Pavel's character, and complete the research space on the novel Mat (Mother) by Maxim Gorky through a different perspective on Pavel.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yosepine Novia Ayu Yustika
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kriteria kriteria altruisme digital kreatif yang dalam akun Twitter @drhaltekehalte. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan paradigma konstruktivis dan strategi studi kasus dan desain kasus tunggal. Secara khusus, penelitian ini hanya melihat data yang ada pada Twitter dibandingkan dengan kanal lain yang dimiliki Dari Halte Ke Halte. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara terstruktur melalui panggilan video dan telepon, wawancara tertulis, analisis jaringan dan studi literatur. Penelitian ini menemukan bahwa akun Twitter @drhaltekehalte dimaknai sebagai sebuah media kreatif dengan obligasi moral, membuka peluang bagi pihak lain untuk melakukan tindakan altruistik, serta memiliki indikasi kerja sama.
This study aims to identify the criteria of digital altruism in @drhaltekehalte Twitter account and network based on Klisanins 2011 thoughts about digital altruism. This research is qualitative with a constructivism paradigm and case study strategies. Specifically, this study only looked at the data available on Twitter compared to other channels owned by Dari Halte Ke Halte. Data were collected using structured interviews via video and telephone calls, written interviews, network analysis and literature studies. This study found that the Twitter account @drhaltekehalte was interpreted as a creative medium with moral obligations, opened opportunihubungan for other parhubungan to take altruistic actions, and had indications of cooperation in their network. However, the analysis for the patterns of creative digital altruism in the account is not being presented in this study, thus it requires further research.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumayyah
Abstrak :
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar sekaligus negara dengan jumlah sumbangan uang tunai terbesar di dunia. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi besar untuk mengumpulkan wakaf uang dalam jumlah besar. Namun, jumlah wakaf uang yang terkumpul masih jauh di bawah angka potensi yang diperkirakan. Strategi dalam pemasaran wakaf tunai perlu dioptimalkan dengan memahami dan mengkaji faktor-faktor lain selain faktor internal seperti motivasi, ekonomi, sikap dan lain sebagainya yang dapat mendorong seseorang untuk berdonasi. Dengan begitu, strategi pemasaran dapat disesuaikan dengan target sasaran sehingga dapat meningkatkan jumlah himpunan wakaf uang dan jangkauan wakif yang lebih luas. Penelitian ini mengkaji pengaruh paradigma altruisme melalui persepsi ihsan (persepsian ihsan) dan persamaan dalam Islam (egalitarianisme Islam) terhadap religiusitas (religiusitas Islam) yang kemudian mempengaruhi niat seseorang untuk berdonasi (pemberian wakaf tunai). Selain itu, para peneliti juga membandingkan efek ini pada kelompok Generasi Y dan Z. Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk muslim di Indonesia yang berusia 17-38 tahun. Partisipan yang digunakan sebanyak 261 responden yang kemudian diolah menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) pada Lisrel 8.80. Hasil penelitian menunjukkan bahwa egalitarianisme Islam berpengaruh signifikan ......Indonesia is the country with the largest Muslim population as well as the country with the largest amount of cash donations in the world. This makes Indonesia a country that has great potential to collect large amounts of cash waqf. However, the amount of cash waqf collected is still far below the estimated potential figure. Strategies in cash waqf marketing need to be optimized by understanding and studying other factors besides internal factors such as motivation, economy, attitudes and so on that can encourage someone to donate. That way, the marketing strategy can be adjusted to target targets so that it can increase the number of cash waqf sets and a wider reach of waqf. This study examines the influence of the altruism paradigm through the perception of ihsan (perceived ihsan) and equality in Islam (Islamic egalitarianism) on religiosity (Islamic religiosity) which then affects a person's intention to donate (giving cash waqf). In addition, the researchers also compared this effect in the Generation Y and Z groups. The sample in this study was the Muslim population in Indonesia aged 17-38 years. Participants used were 261 respondents who were then processed using the Structural Equation Modeling (SEM) method on Lisrel 8.80. The results showed that Islamic egalitarianism had a significant effect
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Rahmawati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kekosongan dari studi terdahulu yang tidak melihat aspek digitalisasi dalam praktik bersedekah secara online di kalangan Generasi Z. Studi terdahulu menyatakan bahwa Generasi Z melakukan sedekah konvensional dilatari oleh aspek religiusitas dan altruisme. Penelitian ini berpijak pada teori religiusitas dan altruisme. Religiusitas yang dikemukakan oleh Glock & Stark (1996) memfokuskan pada keyakinan, praktik agama, penghayatan, pengetahuan, dan konsekuensi. Sedangkan, Myers (2014) melihat altruisme dari empati, sukarela, dan keinginan untuk membantu. Berpijak pada hal itu, penelitian ini berargumen bahwa religiusitas dan altruisme tetap ada dalam praktik bersedekah online, namun saat ini praktik sedekah online dikemas menjadi lebih kekinian melalui tampilan visualisasi yang menarik, kemudahan bersedekah, dan munculnya kepercayaan terhadap platform crowdfunding. Visualisasi, kemudahan bersedekah, dan kepercayaan pada platform crowdfunding dalam kampanye sosial didapatkan dari pengaplikasian digitalisasi. Ketiga aspek tersebut digunakan untuk mendorong sisi religiusitas dan altruisme dari para pendonor ketika melihat tampilan kampanye sosial dalam platform sedekah online. Penelitian ini mengangkat BenihBaik.com sebagai salah suatu platform penggalangan dana online di Indonesia dan menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Generasi Z melakukan sedekah online dipicu oleh tampilan visualisasi yang menarik, kemudahan bersedekah, dan kepercayaan pada platform BenihBaik.com sebagai platform penggalangan dana online. ......This research aims to fill the void of previous studies that did not look at the digitalization aspect in the practice of giving alms online among Generation Z. Previous studies stated that Generation Z does conventional give alms based on aspects of religiosity and altruism. This research is based on the theory of religiosity and altruism. Religiosity proposed by Glock & Stark (1996) focuses on beliefs, religious practices, appreciation, knowledge, and consequences. Meanwhile, Myers (2014) sees altruism from empathy, volunteering, and the desire to help. Based on that, this studies argues that religiosity and altruism still exist in the practice of online charity, but now the practice of giving alms online is packaged to be more contemporary through attractive visualization, ease of charity, and the emergence of trust in crowdfunding platforms. Visualization, ease of giving alms, and trust in crowdfunding platforms in social campaigns are obtained from the application of digitalization. These three aspects are used to encourage the religiosity and altruism of donors when viewing the display of social campaigns on online alms platforms. Those research takes BenihBaik.com as one of the online fundraised platforms in Indonesia and uses qualitative methods with data collection techniques in the form of in-depth interviews. The results of this studies show that Generation Z's online charity is triggered by attractive visualizations, ease of charity, and trust in the BenihBaik.com platform as an online fundraised platform.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufidah Li Silmi
Abstrak :
Menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia tidak sebanding dengan tingkat kesadaran masyarakat Korea Selatan yang masih rendah dalam budaya donasi. Munculnya ketidakpercayaan terhadap organisasi amal menjadi salah satu hambatannya. Sementara Korea Selatan merupakan negara yang sangat kental dengan ajaran Konfusianisme yang telah menjadikan masyarakatnya memiliki jiwa altruistik. Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk menjelaskan fenomena budaya donasi di dalam masyarakat Korea. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif analisis. Teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan ini berdasarkan pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat Korea dalam berdonasi bukan karena budaya donasi belum mengakar di Korea, melainkan masyarakat Korea telah mempunyai cara tersendiri dalam melakukan donasi. ...... Being one of the fastest growing economies countries in the world is not comparable to the level of Korean society awareness that has been low on donation culture. Lack faith in charitable organization is one of the obstacles. Meanwhile, South Korea is a country that is very thick with Confucian thought that make Koreans have altruistic soul. The purpose of this journal is to explain the cultural phenomenon of donating in Korean society. This journal applies descriptive analysis method by collecting secondary data. The result of this research shows the low level of Korean society participation in donating not because donation culture is has not taken root in Korea, but Korean society has its own way of making donation.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>