Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Albert Wijaya
"

Emergency landing sebagai keadaan darurat bandara memerlukan tindakan yang cepat dan tepat oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai koordinator medis. Penanganan medis dalam emergency landing sangat menentukan keselamatan dan keamanan korban, hal ini berbasis pada pengetahuan, sikap dan perilaku petugas KKP bandara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku petugas KKP Bandara Internasional Soekarno Hatta (SOETTA) dan Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid (ZAM) terhadap emergency landing. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan potong lintang. Sembilan puluh delapan petugas KKP dari 74 bandara SOETTA dan 24 bandara ZAM telah diambil datanya lewat kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan petugas KKP SOETTA yang tergolong cukup 63,5% sementara pengetahuan petugas ZAM yang tergolong cukup 79,2%. Untuk hasil sikap petugas KPP SOETTA yang tergolong positif 67,6% sementara di ZAM sikap petugas KPP yang tergolong positif 54,16%. Untuk hasil perilaku petugas KPP SOETTA yang tergolong baik 55,4% sementara di ZAM perilaku petugas KPP yang tergolong baik 75%. Kesimpulannya tingkat pengetahuan petugas KKP SOETTA dan petugas KKP ZAM terhadap emergency landing sudah cukup. Sikap petugas KKP SOETTA dan petugas ZAM terhadap penanganan emergency landing positif. Perilaku petugas KKP petugas KKP SOETTA dan petugas ZAM cukup baik terhadap emergency landing.


Emergency landing as airport emergency requires quick and appropriate action by the Port Health Office (KKP) as the medical coordinator. Medical treatment in an emergency landing will determine the safety of victims, this is based on the knowledge, attitudes and behavior of airport KKP officers. This study aims to determine knowledge, attitudes and behavior of KKP officers at Soekarno Hatta International Airport (SOETTA) and Zainuddin Abdul Majid International Airport (ZAM) toward emergency landing. The study was conducted descriptively by cross section. Ninety-eight KKP officers from 74 SOETTA airport and 24 ZAM airport have taken their data through questionnaires. The results showed that knowledge of SOETTA officers who were classified as enough 63.5% while ZAM officers 79.2%. For the results of the attitude of the SOETTA officers who were classified as positive 67.6% while in ZAM 54.16%. For the results of the behavior of SOETTA officers who were classified as good 55.4% while in ZAM 75%. In conclusion, the level of knowledge of SOETTA and ZAM KKP officers towards emergency landing was enough. The attitude of SOETTA and ZAM KKP officers towards handling emergency landing was positive. The behavior of SOETTA and ZAM KKP officers is good towards emergency landing.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Mediarti
"Program Pendidikan Diploma III Keperawatan adalah suatu program pendidikan yang bertujuan menghasilkan tenaga Perawat Profesional Pemula. Lulusan dituntut menguasai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan profesinya. Pada gilirannya lulusan diharapkan mampu memberikan asuhan Keperawatan dengan Pendekatan Proses Keperawatan (nursing process approach), baik dimasyarakat (community oriented) maupun di rumah sakit (hospital oriented). Dalam proses keperawatan menekankan pada pentingnya komunikasi untuk memahami keadaan pasien, untuk itu digunakan komunikasi interpesonal yang bersifat terapeutik (therapeutic communication), namun pada kenyataannya sampai saat ini masih dirasakan munculnya ketidakadekuatan pelaksanaan komunikasi itu sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk diperolehnya informasi mengenai hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik pada mahasiswa Akper Depkes Palembang tahun 2001.
Rancangan penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi adalah mahasiswa Akper Depkes Palembang tingkat II dan III sejumlah 208 orang, sedangkan sampel ditetapkan dengan metode simple random sampling yang setelah dihitung dengan rumus didapatkan 66 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan Kuesioner dan Observasi. Data kernudian diolah secara statistik dengan tehnik Chi-square dan Regresi Logistic.
Dari hasil analisis bivariat dan multivariat ternyata kedua variabel indenpenden yaitu variabel sikap mempunyai hubungan yang bermakua deugan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Adapun variabel yang paling dominan adalah variabel pengetahuan yang dinyatakan deugan nilai odds ratio terbesar yaitu OR = 7,402 (95% CI = 2,142,582). Berarti mahasiswa yang berpengetahuan tinggi mempunvai kemungkinan 7,402 kali lebih besar untuk melaksanakan komunikasi terapeutik dengan baik dibandingkan mahasiswa yang berpengetahuan rendah. Dari hasil interaksi tidak ditemukan hubungan yang bermakna antar vaniabel setelah dilakukan interaksi berulang ulang.
Sebagai saran untuk dapat digunakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum, evaluasi proses belajar mengajar, khususnya mata ajaran komunikasi terapeutik adalah perlunya ditingkatkan pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya pelaksanaan komunikasi terapeutik, terus diupayakan perubahan sikap terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik, dengan berupaya meningkatkan kualitas mata ajaran yang berhubungan dengan komunikasi terapeutik dan kerjasama dengan institusi pelayanan kesehatan menyelenggarakan pelatthan tentang komunikasi terapeutik."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library