Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dedy Abdullah
"Dedy Abdullah. Bangunan Berundak di Jawa Barat : Kajian Aspek Bentuk dan Keletakan (dibawah bimbingan R. Cecep Eka Permana, M.Si.). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000. Penelitian tentang bangunan berundak di Jawa Barat ini dilakukan terhadap 20 bangunan berundak berdasarkan kajian aspek bentuk dan keletakannya. Kajian yang dilakukan terhadap data pada dasarnya adalah pengamatan terhadap unsur-unsur atau variabel bentuk dan variabel keletakan yang merupakan atribut utama. Kajian ini termasuk dalam kajian deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain dengan melakukan klasifikasi taksonorni yang bertujuan membentuk tipe, dan melakukan korelasi yang bertujuan mendapatkan generalisasi tentang bangunan berundak yang terdapat di Jawa Barat. Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa atribut yang paling kuat yang merupakan atribut pembentuk tipe adalah atribut denah halaman. Dan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada 5 tipe utama bangunan berundak dengan jumlah yang berbeda-beda, dan beberapa tipe diantaranya memiliki beberapa lagi sub tipe bangunan berundak. Yang pertama adalah bangunan berundak tipe anak tangga yang terdiri dari 4 sub tipe. Kemudian bangunan berundak tipe piramida yang terdiri dari 3 sub tipe. Selanjutnya bangunan berundak tipe teras berderet yang terdiri dari bangunan berundak saja. Yang keempat adalah bangunan berundak tipe segitiga dan terdiri dari 1 bangunan berundak saja. Dan yang terakhir atau yang kelima adalah bangunan berundak tipe setengah lingkaran yang terdiri dari 4 sub tipe. Mengenai pola keletakan antara bangunan berundak dengan beberapa variabel keletakan yaitu antara lain gunung, sumber air, pemukiman, sawah, ladang, dan hutan adalah sebagai berikut: letak gunung adalah selalu di belakang situs, dimana gunung tersebut menjadi arah hadap dari bangunan berundak. Kemudian letak pemukiman dan sumber air terletak di depan bangunan berundak. Hal ini mungkin disebabkan lokasi yang lebih rendah dan permukaan tanahnya cenderung lebih rata, sehingga diperkirakan akan mempermudah dalam mendapatkan sumber air dan melakukan aktivitas para pendukung budaya bangunan berundak yang bersifat profan. Sedangkan keletakan sawah, ladang, dan hutan dari bangunan berundak tidal: menunjukkan adanya suatu pola tertentu. Sawah, ladang, atau hutan terletak secara acak di sekitar situs bangunan berundak, bisa di depan situs, di samping situs, ataupun di belakang situs"
2000
S11845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Budiarti
"ABSTRAK
Judul skripsi Bangunan Berundak sebagai salah satu penunjuk kebudayaan Masyarakat Megalitik di Indonesia, terdiri dari 137 halaman, 37 foto, 4 gambar dan 5 peta. Sebagai obyek penulisan skripsi, pemiliban judul di atas didasarkan berbagai hal. Pokok pembahasan yang utama adalab bangunan berundak yang merupakan salab situ peninggalan hasil budaya masyarakat megalitik pada masa prasejarah. Bangunan ini dijadikan sebagai data penunjuk dalam mengungkapkan keadaan masyarakat megalitik pada masa prasejarah di Indonesia Bangunan yang dijadikan obyek penelitian adalab bangu_nan berundak yang ada di Jawa Barat, yaitu di Cangkuang, Pasir Ciranjang, Pangguyangan, Area Domas, Lebak Sibedug, Kosa_la dan Gunung Padang. Deskripsi dilakukan pada bangunan-ba_ngunan tersebut untuk mengetahui polanya. Dipergunakan jugs analogi etnografi terbadap masyarakat desa Kanekes di Banten Selatan yang masih menganggap Area Domes sebagai bangunan suci. Di Bali pengaruh tradisi megalitik masib terdapat di daerah Bali Aga: Di daerah-daerah tersebut terdapat bangu_nan-bangunan pura yang bentuknya berundak-undak dan dipergu-nakan sebagai bangunan suci oleh masyarakat disekitarnya yang masih mempertahankan tradisi megalitik dalam kehidupan sehari_hari. Berdasarkan hal tersebut maka diadakan analogi etnogra_fi untuk memperoleh data etnoarkeologi yang berguna sebagai data penunjang dalam mengungkapkan keadaan masyarakat megalitik pada masa prasejarah di Indonesia Pada masa mendatang masih diperlukan penelitian yang lebib luas dan mendalam terhadap sisa--sisa peninggalan kebuda_yaan megalitik, sebingga dapat diungkapkan mengenai kehidupan masyarakat pada masa prasejarah di Indonesia secara menyeluruh mencakup berbagai aspeknya.

"
1986
S11983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristianto S. Priambodo
"Bangunan berundak merupakan salah sate wujud hasil budaya megalitik yang berkembang pada masa neolitik yaitu sekitar 2500 SM. Kenyataan hahwa adanya perbedaan bentuk dan jenis-jenis fitur pada tiap-tiap bangunan berundak yang ditemukan, maka hal inilah yang melatari dilakukannya penelitian awal yang deskriptif untuk memunculkan tipe-tipe fitur yang ada pada bangunan berundak Arca Domas Cibaiay, Bogor.
Penelitian berkisar masalah deskripsi serta perbandingan bentuk dan jenis-jenis fitur di dalam banqunan berundak Arca Domas itu sendiri dan juiga dengan bentuk, fitur-fitur sejenis pada situs-situs megalitik lemah Duhur, Puncak Tampomas, Ciarca/Panoguyangan, Leuwiliang, Tugugede, Pasir Pogor, Salak Datar, Arca Domas Baduy, Gunung Padanq, Gunung Putri, Pasir Manggu, Bukit Tongtu, Pasir Angin (Jawa Barat); Purpungraharjo, Jabung (Lampunq) ; Matesih (Surakarta) ; Terjan (Rembang) ; Kewar (Timor Barat) ; dan kompleks megalitik Sumba, Flores, Nias, dan Sulawesi Tengah.
Untuk mengetahui tipe-tipe fitur yang ada, maka dilakukan klasifikasi berdasar kesamaan atribut-atribut yang ditentukan pada jenis-jenis fitur bangunan berundak ini. Hasil klasifikasi akhir menunjukkan beragam jenis fitur pada bangunan berundak ini, yang secara garis hesar terbagi menjadi 2 kelompok fitur atas dasar atribut waktu pembuatan dan pemakaian fitur untuk kepentingan pemujaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk semula secara keseluruhan bangunan berundak ini tidak rusak dan digantikan dengan bentuk yang bisa diamati sekarang disebut bangunan berundak Arca somas Cibalay, Bogor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S11737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Afriono
"Kepurbakalaan Situs Gunung Argopuro memiliki peninggalan bangunan berundak. Penelitian komponen-komponen bangunan berundak pada kedua bangunan belum pernah dilakukan secara detail. Oleh karena itu. dalam skripsi ini dicoba mendata ulang, mengidentifikasi, dan mengklasifikasikan setiap komponen yang ada. Penelitian ini menunjukan bahwa Situs Gunung Argopuro adalah sebuah bangunan keagamaan Hindu, yang dijadikan karsyan. Dilihat dari komponen fitur, artefak, bentuk bahan, orientasi dan pondasi, bangunan berundak Situs Gunung Argopuro dapat dikatakan sama dengan bangunan berundak yang ada pada Situs Gunung Lawu dan Situs Gunung Wilis.
......Argopuro Archaeological site have the building terraces relics. Meanwhile, the site still absent from the comprehension research to explain detail stories about what happened in the past. This thesis is initial effort to re-encoding and identified every component remains. This thesis explains that Argopuro site is the Hinduism heritance which related to the rituals and become Karsyan. From the architectural component, ornaments, materials, orientation and foundation, building terraces Argopuro Mount Site can be said similar with the building terraces of Gunung Lawu and Gunung Wilis sites."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S141
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library