Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Carlier, S., editor
Rotterdam: 2000
612CART001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Soehartati Argadikoesoemo Gondhowiardjo
"Dalam penangganan penyakit keganasan saat ini disamping hasil terapi, kualitas hidup penderita merupakan hal yang juga sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus. Khususnya dalam hal keganasan pada organ-organa yang mempunyai fungsi dan aspek kosmetik, maka perlu sekali adanya modalitas terapi yang dapat memberikan hasl terapi sebanding dengan tingkat fungsi organ dan kosmetik yang memberi kenyamanan pada penderita. Salah satu modalitas yang dapat digunakan pada beberapa keadaan khusus keganasan yang memberikan tingkat keberhasilan terapi disertai dengan kualitas hidup yang baik bagi penderita adalah penggunaan brakiterapi. Brakiterapi adalah salah satu metode pemberian radiasai dengan mendekatkan dan menusukkan sumber radiasi ke daerah target sehingga akan memberikan dosis yang dapat mematikan sel tumor pada daerah target, dengan dosis serendah mungkin pada organ penting sekitarnya. Dengan ditemukan berbagai sumber radiasi misalnya iridium penggunaan brakterapi sangat berkembang. Sumber radiasi ini dapat digunakan pada berbagai lokasi keganasan secara implantasi. Pada keganasan anorektal, brakterapi secara implantasi maupun intrakaviter, baik kombinasi dengan radiasi eksterna maupun brakiterapi saja dapat memberikan hasil terapi yang baik dengan penyelamatan sfinker anal dan fungsinya.

Brachytherapy in the Treatment of Anorectal Cancer. Nowadays in the treatment of malignant diseases, besides therapeutically results, the patient?s quality of life is considered very important and needs special attention. It is imperative to develop a therapy method that will yield results which gives more comfort to the patient, in particular concerning malignancies in organs with important functions and having cosmetic aspects. One modality, which can be used in special cases, that gives good results and good quality of life for the patient is brachytherapy. Brachytherapy is a method of radiotherapy by placing or inserting a radiation source in the target area in order to give a radiation dose enough to kill cancer cells but with a low dosage for the surrounding important organs. The use of brachytherapy has flourished by the findings of several radiation sources such as iridium, which can be implanted in several malignant locations. In anorectal malignancy, implantation and intracavity brachytherapy with or without external radiation give good results in saving the anal sphincter and its function."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Harkeni
"Telah dilakukan rekonstruksi panjang obyek dan posisinya (x,y,z) secara manual menggunakan radiografi ortogonal pada pencitraan anterior/posterior dan lateral pada kasus brakiterapi intrakaviter. Pengukuran dilakukan menggunakan fantom akrilik brakiterapi berdimensi 34 x 34 x 34 cm3. yang disisipi oleh lempeng Pb dengan panjang dan posisi bervariasi. Diperoleh hasil rekonstruksi 70% dari semua titik pengamatan yang berada 10 cm dari titik pusat lapangan menghasilkan deviasi posisi sampai 20%. Untuk rekonstruksi panjang obyek kurang dari 6 cm dari titik isocenter, 56% data menghasilkan deviasi dari panjang real sampai 15%. Disimpulkan bahwa radiografi ortogonal untuk kegunaan rekonstruksi panjang obyek dan koordinat masih menghasilkan deviasi yang cukup besar.

Manual image reconstruction of object length and position by orthogonal radiography has been performed for anterior/posterior and lateral cases in intracavitary brachytherpy treatment planning. Measurement were done on self made acrylic brachytherapy phantom with 34x34x34 cm3 dimension where several lead slabs with different lengths were inserted at different positions. It has been obtained that 70% from all points which were located 10 cm from field center showed significant deviations reaching 20% from real positions. For reconstruction of object length positioned at less than 6 cm from isocenter also showed general deviations of up to 15% to real values.. It was therefore concluded that orthogonal radiography performed poorly in reconstructing object length and positions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kri Yudi Pati Sandy
"Sumber brakhiterapi I-125 pemancar foton energi rendah telah banyak digunakan dalam pengobatan kanker. Sesuai rekomendasi AAPM TG-43, karakteristik dosimetri dari sumber brakhiterapi baru harus ditentukan terlebih dahulu sebelum penggunaan klinis. Dalam penelitian ini telah dilakukan penentuan karakteristik dosimetri dari dua buah sumber I-125 buatan BATAN S1 dan S2 dengan menggunakan Thermolumnescene Dosimeters ( TLD ) dan film gafchromic XR-QA2. Pengukuran fungsi dosis radial dilakukan pada jarak 0.5 cm sampai 10 cm dari pusat sumber. Pengukuran fungsi anisotropi dilakukan pada jarak 2 cm, 3 cm, dan 5 cm dari pusat sumber untuk sudut 0o sampai 90o di setiap kuadran.
Hasil peneltian menunjukkan konstanta laju dosis sumber S1 sebesar 1,07 + 5% cGy.Jam-1.U-1 dan 0,95 + 5% cGy.Jam-1.U-1, sedangkan untuk sumber S2 sebesar 0,94 + 5% cGy.Jam-1.U-1 dan 0,98 + 5% cGy.Jam-1.U-1 berturut-turut untuk pengukuran TLD dan film gafchromic. Fungsi dosis radial sumber S1 dan S2 menurun seiring dengan meningkatnya jarak terhadap sumber dan memenuhi persamaan polinomial orde 5. Hasil fungsi anisotropi menunjukkan bahwa anisotropi distribusi dosis meningkat seiring perubahan sudut menuju arah tegak lurus sumber. Hasil pengukuran karakteristik dosimetri sumber I-125 ini memiliki kesesuaian dengan hasil simulasi Monte Carlo EGSnrc dan memiliki pola yang serupa dengan karakteristik sumber I-125 komersil buatan IsoAid dan Echoseed.

I-125 brachytherapy sources with low photon energies have been widely used in treating tumors. According to AAPM TG-43 recommendations, dosimetric characteristic of the new brachytherapy sources should be determined before clinical use. In this study, dosimetric characteristic of two I-125 manufacturing by BATAN with notation S1 and S2 have been determined by measurement using TLD and gafchromic XR-QA2 film. The radial dose function measurements were performed at distances ranging from 0.5 to 10 cm from the source center. The anisotropy functions were measured at distances of 2, 3, and 5 cm from the source center for angles ranging from 0 to 90 degree in all quadrants.
The results indicated a dose rate constant of 1.07 + 5% cGy.h-1.U-1 and 0.95 + 5% cGy.h-1.U-1 for S1 and 0.94 + 5% cGy.h-1.U-1 and 0.98 + 5% cGy.h-1.U-1 for S2 with using TLD and film, respectively. Radial dose function for S1 and S2 decreased along with increace of distance from source and meet the 5th order polynomial equation. The anisotropy function result shows that the anisotropy in dose distribution increased along the source axis. This measurement data are in agreement with EGSnrc Monte Carlo result and have a similar pattern with IsoAid and Echoseed commercial I-125 source.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Suntoro
"Evaluasi persamaan matematik perpotongan dua garis untuk rekonstruksi koordinat dua citra proyeksi sinar-X telah dilakukan. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan angka kesalahan dalam proses rekonstruksi dan karakteristik praktis-nya ketika persamaan rekonstruksi tersebut digunakan oleh perangkat rekonstruksi koordinat sistem brakitherapi. Faktor kesalahan manusia diantisipasi akan masuk melalui variabel data yang digunakan dalam persamaan tersebut, karena data tersebut berasal dari dua citra proyeksi sinar-X semi-orthogonal yang ditentukan secara manual menggunakan perangkat lunak penampil citra. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil titik rekonstruksi dengan titik yang telah diketahui koordinatnya, serta menghitung deviasi hasil rekonstruksi terhadap beberapa titik lain yang diambil dengan orientasi proyeksi yang berbeda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa proses rekonstruksi koordinat menggunakan teknik titik potong dua garis lurus ini mempunyai kesalahan 0,1 cm menggunakan resolusi citra proyeksi 80 pixel per cm. Proses rekonstruksi berpotensi gagal jika resolusi citra yang digunakan dibawah angka tersebut.

An evaluation of two lines crossing mathematical equations for coordinate reconstruction of two X-ray projection images has been done. The purpose of the evaluation is to define its error value and its practical characteristics when the equations are used during reconstruction process to determine the coordinate on a brachytherapy system. Human error will be involved through the data variable used by the equations as these data are obtained from two images of semi orthogonal X-ray projections detremined manually using an image viewer software. The evaluation is implemented by comparing the point as the result of the reconstruction with those that have been known their coordinate values and computing their reconstruction deviation toward some fix points that were taken their images from different projection orientation. The test results showed that the reconstruction coordinat process using a point of two straight lines intersection method has an error of 0.1 cm using a projection image resolution of 80 pixels per cm. The reconstruction process is potentially fail if the resolution image used below the number."
Serpong: Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN)-BATAN, 2016
621 JPN 10:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetya Wibisono
"Tujuan: Mengetahui keselarasan dalam delineasi brakiterapi 3D dan mencari tahu apakah gambaran delineasi dari rekomendasi delineasi brakiterapi 3D oleh IBS-GEC ESTRO-ABS 2021 dapat menjadi model prediksi respon terapi pada pasien kanker serviks yang menjalani brakiterapi 3D dengan modalitas CT scan serta mendapatkan cutoff volume HRCTV yang menjadi indikasi pemberian tambahan interstitial pada brakiterapi intrakaviter.
Metodologi: Penelitian merupakan studi case control. Melakukan delineasi ulang HRCTV dengan rekomendasi IBS-GEC ESTRO-ABS 2021 pada 130 pasien kanker serviks yang mendapat brakiterapi 3D di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2018-2020 lalu dilakukan penghitungan DSC serta analisis variabel pada respon terapi dan cut-off volume HRCTV.
Hasil: Delineasi pada 374 fraksi brakiterapi 3D mendapatkan rerata nilai kemiripan/ DSC 74%. Adanya perbedaan volume HRCTV antar kelompok respon terjadi pada kelompok DSC ≥ 80% (p=0.0129). Tidak terdapat perbedaan volume & dosis D90 HRCTV lama pada pada kelompok respon komplit dengan respon tidak komplit (p=0.075 & p=0.22) sedangkan terdapat perbedaan bermakna pada HRCTV rekomendasi (p=0.0068 & p=0.0403). Analisis multivariat mendapatkan histologi, kemoradiasi dan kriteria brakiterapi menjadi prediktor independen yang mempengaruhi respon terapi (p=0.03, p=0.043 & p=0.000). Cut-off HRCTV diambil dari HRCTV lama pada kelompok DSC ≥ 80% mendapatkan HRCTV 43.29 cc dengan sensitivitas 100% dan spesifisitas 77%.
Kesimpulan: Delineasi yang dilakukan dengan nilai kemiripan (DSC) minimal 80% dengan delineasi rekomendasi IBS-GEC ESTRO-ABS 2021 dapat memberikan gambaran perbedaan volume antar kelompok respon terapi yang sejalan dengan penelitian yang sudah ada dan dengan menggunakan pemetaan delineasi rekomendasi dapat ditemukan cut-off volume HRCTV 43.29 cc sebagai batas volume indikasi penambahan interstitial pada brakiterapi intrakaviter sehingga volume pada HRCTV yang besar bisa mendapatkan sebaran dosis yang lebih dan dengan total dosis lebih tinggi tanpa meningkatkan toksisitas OAR.

Aims: To find out the alignment in the delineation of 3D brachytherapy and whether the delineation of the recommended 3D brachytherapy by IBS-GEC ESTRO-ABS 2021 can be a predictive model of therapy response in cervical cancer patients undergoing 3D brachytherapy with CT scan modalities and get a cut-off HRCTV volume which is an indication for interstitial adjunct in intracavitary brachytherapy.
Methodology: This is a case-control study. Re-delineating HRCTV with IBS-GEC ESTRO-ABS 2021 recommendations on 130 cervical cancer patients who received 3D brachytherapy at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2018-2020 and then carried out DSC calculations and analysis of variables on therapy response and cut-off volume of HRCTV.
Results: Delineation of 374 3D brachytherapy fractions obtained an average similarity value/DSC of 74%. The difference in HRCTV volume between response groups occurred in the DSC group at 80% (p=0.0129). There was no difference in volume & dose of old D90 HRCTV in the complete response group with incomplete response (p = 0.075 & p = 0.22) while there was a significant difference in the recommended HRCTV (p = 0.0068 & p = 0.0403). Multivariate analysis found that histology, chemoradiation, and brachytherapy criteria were independent predictors that affected the response to therapy (p=0.03, p=0.043 & p=0.000). The cut-off of HRCTV was taken from the old HRCTV in the DSC group at 80% and got 43.29 cc of HRCTV with a sensitivity of 100% and a specificity of 77%.
Conclusion: The delineation carried out with a similarity value (DSC) of at least 80% with the IBS-GEC ESTRO-ABS 2021 recommendation can provide an overview of the difference in volume between therapy response groups which is in line with existing research and by using the recommendation delineation mapping can be found cut-off off the volume of 43.29 cc HRCTV as a volume limit indication of interstitial addition to intracavitary brachytherapy so that large volumes of HRCTV can get more dose distribution and with a higher total dose without increasing OAR toxicity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trifena Kristiani
"Brakiterapi merupakan salah satu pengobatan efektif untuk kanker serviks karena memungkinkan memberikan dosis tinggi pada tumor tetapi memiliki resiko untuk organ radiosensitive di sekitarnya seperti buli dan rektum. Perencanaan pengobatan yang tepat dapat meminimalkan dosis buli dan rektum yang diterima. Untuk mengetahui keakurasian dosis buli dan rektum hasil perhitungan Treatment Planning System (TPS) dengan dosis sebenarnya diperlukan pengukuran langsung.
Penelitian ini menggunakan fantom khusus yang terbuat dari bahan akrilik sebanyak 12 lembar balok akrilik membentuk kubus berukuran 20 x 20 x 12 cm3 yang didalamnya terdapat beberapa hole yang digunakan untuk meletakkan aplikator yang digunakan sebagai tempat sumber iridium-192 dihubungkan dengan pesawat brakiterapi HDR Microselectron V2 dan detektor ionisasi PTW Farmer TM 30013 serta electrometer Unidos.
Dua metode pengukuran yang digunakan yaitu penggunaan aplikator tabung intrauterine dan sepasang ovoid serta penggunaan sepasang ovoid tanpa tabung intrauterine dengan pemberian dosis titik A atau titik referensi sebesar 700, 850 dan 1000 cGy. Dari penelitian ini didapatkan dosis fantom yang terukur mendekati dosis hasil perhitungan TPS.

Brachytherapy is one effective treatment for cervical cancer because it allows to give high doses to the tumor but has a risk to radiosensitive organs in the vicinity such as bladder and rectum. Planning appropriate treatment can minimize the dose received bladder and rectum. To determine the accuracy of dose calculation results of bladder and rectum Treatment Planning System (TPS) with direct measurement of the dose is actually necessary.
This study uses a special phantom made of acrylic material as much as 12 sheets of acrylic blocks to form a cube measuring 20 x 20 x 12 cm 3 in which there are several holes that are used to put the applicator that is used as a source of iridium-192 HDR brachytherapy is connected by Microselectron V2 unit and PTW Farmer ionization detector and electrometer Unidos TM 30 013.
Two methods of measurement used is the use of intrauterine applicator tube and a pair of ovoid and the use of a pair of ovoid without intrauterine tube with a dose of point A or point of reference by 700, 850 and 1000 cGy. From this study obtained a measured dose phantom approaching TPS dose calculation results.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1073
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrizal Hariady
"Latar belakang: Kecemasan seringkali dijumpai pada pasien yang hendak menjalani suatu prosedur operasi, termasuk brakiterapi. Agen farmakologi anti ansietas saat ini merupakan pilihan untuk mengurangi kecemasan pasien. Obat memiliki potensi efek samping seperti depresi napas dan interaksi dengan agen anestesi sehingga dapat memperlama durasi perawatan di rumah sakit. Penggunaan terapi non farmakologi dengan terapi farmakologi dianggap memiliki efektivitas yang setara. Salah satu terapi non farmakologi untuk mengurangi kecemasan pasien adalah terapi musik. Musik dapat mempengaruhi kondisi hemodinamik pasien. Musik juga mempengaruhi aspek psikologis pasien, termasuk modifikasi mood dan emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi musik dalam mengurangi kecemasan sebelum prosedur brakiterapi mengingat terapi musik adalah terapi non farmakologi yang mudah dan murah serta tidak memiliki potensi efek samping.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal untuk menilai efektivitas terapi musik dibandingkan midazolam dalam mengurangi kecemasan sebelum prosedur brakiterapi dengan anestesia spinal. Setelah mendapat izin komite etik dan informed consent sebanyak 60 subyek diambil dengan consecutive sampling, subyek dirandomisasi menjadi dua kelompok yaitu kelompok subyek yang mendapatkan perlakuan dengan mendapatkan suntikan obat intravena midazolam 0,02 mg/kgbb dan kelompok subyek yang mendapat perlakuan dengan didengarkan terapi musik. Dilakukan penilaian parameter hemodinamik serta kuisioner APAIS sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Uji Chi-square dan Mann-Whitney dilakukan untuk menganalisis data.
Hasil: Pemberian terapi musik memberikan manfaat yang sama baik dengan suntikan midazolam intravena dalam mengurangi kececemasan prabedah. Tidak didapatkan adanya perbedaan skor APAIS maupun parameter hemodinamik antar kedua kelompok sebelum dimulainya perlakuan p> 0,05 . Tidak dijumpai perbedaan antara nilai skor APAIS maupun parameter hemodinamik pascaintervensi pada kedua kelompok p0,05.
Simpulan: Terapi musik sama efektifnya dengan midazolam 0,02 mg/kgbb intravena dalam mengurangi kecemasan prabedah dan perubahan hemodinamik pada pasien yang menjalani brakiterapi dengan anestesia spinal.

Anxiety is often seen in patients who want to undergo a surgical procedure, including brachytherapy. Antimicrobial pharmacology agents are currently an option to reduce patient anxiety. Drugs have potential side effects such as respiratory depression and interactions with anesthetic agents so as to prolong the duration of hospitalization. The use of nonpharmacologic therapy with pharmacological therapy is considered to have equal effectiveness. One of the non pharmacological therapy to reduce patient anxiety is music therapy. Music can affect the patient's hemodynamic condition. Music also affects the patient's psychological aspects, including mood and emotion modification. This study aims to determine the effectiveness of music therapy in reducing anxiety before brachytherapy procedures considering music therapy is a non pharmacological therapy that is easy and cheap and has no potential side effects.
Methods: This was a single blinded randomized clinical trial to assess the effectiveness of music therapy compared with midazolam in reducing anxiety before brachytherapy procedures with spinal anesthesia. After obtaining the permit of the ethics committee and the informed consent of 60 subjects taken with consecutive sampling, subjects were randomized into two groups of subjects treated with intravenous injection of midazolam 0,02 mg kg body weight and the subjects treated with music therapy. Assessed hemodynamic parameters and APAIS questionnaires were performed before treatment and after treatment. Chi square and Mann Whitney tests were performed to analyze the data.
Results: The administration of music therapy provides the same benefits as intravenous midazolam injection in reducing anxiety before surgery. There was no difference in APAIS score nor hemodynamic parameters between the two groups before the start of intervention p 0.05 . There was no difference between APAIS score score and post intervene hemodynamic parameters in both groups p 0.05.
Conclusion: Music therapy is as effective as midazolam 0.02 mg kg body weight intravenously in reducing anxiety before surgery and haemodynamic changes in patients undergoing brachytherapy with spinal anesthesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rahmawati
"Telah dilakukan pengukuran dosis titik dan distribusi dosis menggunakan film gafchromic EBT3 pada HDR brakhiterapi dengan aplikator silinder. Adapun tujuan utama dilakukannya penelitian ini yaitu mengetahui karakteristik film gafchromic EBT3 dalam pengukuran brakhiterapi, mengevaluasi dosis pengukuran dengan dosis TPS melalui pengukuran dosis titik, serta mengetahui distribusi dosis di sepanjang sumber brakhiterapi. Evaluasi dosis titik dilakukan dengan mengevaluasi nilai dosis di titik pengukuran A1, A2, A3, dan A4 dengan dosis kalkulasi TPS. Titik A1 dan A2 merupakan titik preskripsi yang berada di sisi kanan dan kiri aplikator silinder. Pengukuran dosis titik dilakukan dengan variasi 13 mm, 14 mm, dan 15 mm dari sumber. Sedangkan, titik A3 dan A4 merupakan titik yang berada di atas A2 dan A1 dengan jarak 1.5 cm. Pengukuran distribusi dosis dilakukan pada jarak 10 mm dan 15 mm dari sumber. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kalibrasi film gafchromic EBT3 yang paling baik yaitu kalibrasi 13 mm dengan nilai diskrepansi untuk titik A1, A2, A3, dan A4 berturut-turut adalah -0.37 , -3.40 , -1.39 , dan -1.54 . Nilai diskrepansi pada jarak 10 mm dari sumber sebesar -0.26 dan pada jarak 15 mm dari sumber sebesar 7.5 .
Point dose measurements and dose distributions have been conducted in HDR brachytherapy with cylinder applicator using EBT3 gafchromic film. The main objective of this study was to know the characteristics of EBT3 gafchromic film, to evaluate doses between measurements and brachytherapy treatment planning, and to know dose distribution along the source rsquo s main axis. The evaluation of point dose have been performed by comparing dose value in point A1, A2, A3, and A4 of the measurements with dose in treatment planning. Point A1 and A2 are prescription point at the right side and the left side of cylinder applicator. Measurement of point dose have been varied by distance of 13 mm, 14 mm, and 15 mm from brachytherapy source. Point A3 and A4 are located at distance of 1.5 cm above point A2 and A1. Dose distribution was measured at distance of 10 mm and 15 mm from brachytherapy source. The most suitable calibration for point dose measurements is calibration 13 mm which discrepancy values for point A1, A2, A3, and A4 were 0.37 , 3.40 , 1.39 , and 1.54 . The discrepancy value for dose distribution measurements at distance of 10 mm and 15 mm from the source was 0.26 and 7.5 , respectively."
2017
S66223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library