Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chairunnisa
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Disfungsi sistolik ventrikel kiri memiliki prognosis yang buruk dan sekitar 60% dapat asimptomatik. Penilaian kondisi disfungsi sistolik ventrikel kiri ini dapat diketahui dengan mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri (leftventricular fraction ejection/LVEF) dengan menggunakan pemeriksaan cardiac magnetic resonance (CMR), sedangkan cardiothoracic ratio (CTR) memiliki sensitivitas 86% untuk mendeteksi penurunan fraksi ejeksi (< 50%).Tujuan: Mengetahui adakah hubungan korelasi CTR dengan LVEF pada pasien gagal jantung disfungsi sistolik ventrikel kiri. Metode: Menggunakan desain korelatif studi potong lintang (cross sectional) dan retrospektif dengan minimal sampel 47 pasien. Analisis data menggunakan uji korelasi dan regresi. Hasil: Didapatkan korelasi negatif antara CTR dan LVEF dengan r = -0,20 danĀ  p = 0,170. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara CTR dan LVEF.
ABSTRACT
Background: Left ventricular systolic dysfunction has a poor prognosis and about 60% can be asymptomatic. Assessment of left ventricular systolic dysfunction condition can be determined by measuring left ventricular fraction ejection (LVEF) by cardiac magnetic resonance (CMR) examination, while cardiothoracic ratio (CTR) has 86% sensitivity to detect decreased ejection fraction (< 50%). Purpose: To knowing correlation relationship of CTR with LVEF in patients with heart failure left ventricular systolic dysfunction. Methods: Using correlative design of cross sectional and retrospective studies with a minimum sample of 47 patients. Data analysis using correlation and regression test. Result: There was a negative correlation relationship between CTR and LVEF with r = -0.20 and p = 0.170. Conclutions: Correlations with no significans between CTR and LVEF.

2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Zicko Johannes
Abstrak :
ABSTRAK
Suatu model sederhana satu orbital-spin diajukan untuk menganalisis fenomena Colossal Magnetoresistance (CMR) yang muncul pada bahan manganites. Fenomena CMR yang muncul pada bahan manganites ini menunjukkan kaitan erat antara perubahan magnetik dan perubahan konduktivitas listriknya, atau dengan kata lain fenomena CMR ini berkaitan dengan mekanisme transisi paramagnetik isolator - feromagnetik metal (PIFM). Untuk menjelaskan keterkaitan tersebut model satu orbital-spin ini memasukkan pengaruh-pengaruh fonon dan interaksi spin-spin double-exchange dalam perhitungannya. Model ini kemudian diselesaikan dengan menggunakan metode perhitungan Dynamical Mean Field Theory atau DMFT. Hasil perhitungan yang diperoleh dengan model ini cukup memadai untuk menerangkan fenomena CMR serta transisi PI-FM dibandingkan dengan model-model yang lebih kompleks lainnya.
2011
T29621
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Komar
Abstrak :
Role of Collateral Circulation in MR Imaging-Verified Myocardial Infarct Size in Acute Phase of ST-Segment Elevation Myocardial Infarction Treated with Primary Percutaneous Coronary Intervention Abstrak Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris): Latar Belakang. Intervensi koroner perkutan primer (IKPP) yang dilakukan segera oleh merupakan upaya reperfusi utama dalam tatalaksana infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST). Meskipun disadari betapa pentingnya diagnosis dan reperfusi dini pada pasien IMA-EST, keterlambatan waktu reperfusi seringkali tidak dapat dihindarkan. Selama waktu keterlambatan reperfusi ini sirkulasi kolateral koroner (SKK) menjadi sumber alternatif suplai darah yang penting ketika pembuluh darah utama gagal memberikan aliran darah yang cukup ke jaringan karena adanya oklusi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh SKK terhadap luas infark dan myocardial salvage index (MSI) yang diukur dengan pencitraan resonansi magnetik jantung (RMJ) pada pasien IMA-EST dengan onset <12 jam yang menjalani IKPP. Metode. Penelitian dirancang potong lintang melibatkan 33 pasien IMA-EST dengan onset <12 jam yang menjalani IKPP yang diambil secara konsekutif pada bulan November 2012 hingga April 2013 di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta. Pasien dibagi dalam 2 kelompok berdasarkan pembagian SKK menurut Rentrop, yakni grup A (Rentrop 0 atau 1) dan grup B (Rentrop 2 atau 3). Pasien menjalani pemeriksaan pencitraan RMJ untuk menilai luas infark dan MSI. Hasil. Dalam studi ini, dua belas dari 33 (36%) pasien memiliki kolateral yang signifikan (Rentrop 2 atau 3). Angina pre-infark merupakan faktor klinis yang berhubungan dengan kemunculan SKK (p<0,001). Luas infark dihitung sebagai persentase massa infark terhadap massa ventrikel kiri (IS %LV). Dari analisa didapatkan IS %LV lebih kecil pada grup B dibandingkan dengan grup A (14,2% vs 23,3%, p=0,036). Hal ini sejalan dengan besarnya nilai MSI pada grup B dibandingkan dengan grup A (0,6 vs 0,1, p<0,001). Kesimpulan. Sirkulasi kolateral koroner memiliki pengaruh dalam menurunkan luas area infark dan meningkatkan MSI yang diukur dengan menggunakan pencitraan RMJ pada fase akut IMA-EST yang menjalani IKPP. ......Background. Primary percutaneous coronary intervention (PPCI) conducted immediately by an expert operator is a primary reperfusion strategy in acute ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI) patient. Although fully aware of the importance of early diagnosis and reperfusion in patients with STEMI, time delays are often unavoidable. During this period, coronary collateral circulation be an important alternative supply when the main blood vessels fail to provide adequate perfusion to myocardial tissues due to occlusion. This study aims to determine the effect of collateral circulation in MR Imaging-Verified Myocardial infarct size and myocardial salvage index (MSI) in the acute phase of STEMI treated with PPCI. Methods. Study was designed as cross-sectional study involving 33 STEMI patients with symptoms < 12 hours who underwent successful PPCI. Samples were taken consecutively from November 2012 to April at the National Cardiovascular Center Harapan Kita Jakarta. Collateral flow was gradded regarding to Rentrop classification. Patients were divided into 2 groups; Group A had absent or weak collateral flow and group B had significant flow. All patients underwent cardiac magnetic resonance (CMR) to assess infarct size and MSI. Result. In our study, 12 out of 33 (36%) patients had significant collateral circulation (Rentrop grade 2 or 3). Pre-infarction angina was a clinical factors associated with recruitable collaterals (p<0,001). Infarct size expressed as percent LV mass (IS %LV) was significantly smaller in group B (14.2% vs. 23.3%; p = 0.036). Extent of MSI was significantly higher in group B (0,6 vs 0,1; p<0,001). Conclusion. Well-developed collaterals before reperfusion by PPCI in patients with STEMI are associated with a protective effect on infarct size and MSI.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library