Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Rum
Abstrak :
LatarBelakang: Struktur dentokraniofasial pada anak dengan celah bibir dan langit-langit yang ditangani dengan prosedur bedah, akan mempengaruhi pertumbuhan maksila, namun tidak mempengaruhi struktur dan posisi mandibula. Disproporsional atau kelainan dentofasial dapat terjadi apabila pertumbuhan maksila tidak sejalan dengan pertumbuhan mandibula sehingga untuk mencapai keberhasilan perawatan perlu memperhatikan keadaan pertumbuhan dan perkembangan anak terutama pada kasus yang diindikasikan perawatan orthodonti disertai bedah orthognatik, dimana waktu dilakukan bedah pada saat pertumbuhan telah selesai. Dalam mengidentifikasi tahap pertumbuhan dapat digunakan beberapa indikator seperti usia kronologis, tinggi dan berat badan, perkembangan gigi geligi dan karakteristik maturasi seksual yaitu menstruasi pada wanita dan perubahan suara pada pria. Indikator lainnya adalah perkembangan skeletal yang umumnya dilakukan melalui pemeriksaan foto radiografik. Penentuan maturasi skeletal dengan mengevaluasi marurasi tulang karpal, sangat membantu untuk menetapkan diagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat. Tujuan: Untuk menilai tahap maturasi tulang karpal penderita celah bibir dan/atau langitlangit usia 15 - 20 tahun. Bahan dan Cara : Dilakukan pengambilan rontgen foto karpal tangan kiri pada 25 sampel, hasil radiografi dilakukan analisa dengan maturasi skeletal indeks. Dari data yang didapat dilakukan uji statistik chi-squere. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tahap maturasi tulang karpal pada penderita celah bibir dan langit-langit pada kelompok umur 15-17 tahun, sangat bervariasi. Pada kelompok umur 18-20 tahun, baik lakilaki dan perempuan tahap maturasi skeletal telah selesai. Hasil uji statistik memperlihatkan perbedaan maturasi skeletal yang bermakna antara laki-laki dan perempuan. Kesimpulan :.Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara maturasi skeletal kelompok laki-laki dibandingkan kelompok perempuan pada penderita celah bibir dan/atau langit-langit. ......Background : Dentocraniofacial structure in children with cleft lip and palate treated with surgical procedures, will affect the growth of the maxilla, but does not affect the structure and position of the mandible. Disproportionate or dentofacial abnormalities can occur when the growth of the maxilla is not in line with the growth of the mandible so as to achieve treatment success should pay attention to the state of growth and development of children, especially in the case of the indicated treatment with surgical orthodontic orthognatic, where surgery is the time when growth has been completed. In the growth stage can be used to identify some indicators such as chronological age, height and weight, the development of teeth and characteristics of sexual maturation that menstruation in women and in men the sound changes. Another indicator is the skeletal development which is generally done through radiographic examination. Determination of skeletal maturation by evaluating marurasi carpal bones, is helpful to establish the diagnosis and appropriate treatment plan. Objectives : To assess patients with carpal bone maturation stage cleft lip and/or palate aged 15-20 years. Material and Method : Hand wrist x-ray image of the left hand on 25 sample, result of radiograph performed analysis with Skeletal Maturation Index (SMI). The data was performed statistical analysis chi-squere test. Results : The results showed carpal bone maturation stage in patients with cleft lip and palate in the age group 15-17 years, are very varied. In the age group 18-20 years, both male and female skeletal maturation stage has been completed. The test result showed statistically differences in skeletal maturation between male and female with cleft lip and palate on Skeletal Maturation Index (SMI). Conclusion: From this study it can be conclude that there significant differences male skeletal maturation compared to female of children with cleft lip and palate.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Semi Riawan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Operasi orthognatik merupakan tahapan akhir dari perawatan fungsional dan rehabilitasi pada penderita celah bibir dan langit-langit, disebabkan karena tingginya prevalensi dari rahang atas yang mengalami hipoplasi, sehingga banyak penderita yang memerlukan osteotomi maksila. Tujuan: Mengetahui kebutuhan operasi orthognatik pada penderita celah bibir dan langit - langit usia pasca perawatan orthodontik konvensional usia 18–25 tahun pada RSAB Harapan Kita Unit Celah Bibir dan Langit-langit. Metode: Analisis antropometri dengan mengukur besar sudut nasolabial dan facial contour, analisis sefalometri dengan mengukur besar sudut ANB dan jarak Wits Appraisal, analisis model studi dengan mengukur jarak inter insisal dan inter molar. Hasil perbandingan antar kelompok dianalisa menggunakan uji T – Test tidak berpasangan .Hasil: Kebutuhan bedah orthognatik usia 18–25 tahun cukup tinggi dibandingkan yang dapat dirawat dengan perawatan orthodontik konvensional. Kesimpulan: Untuk meningkatkan pelayanan di unit CLP RSAB Harapan Kita pasien celah bibir dan langit-langit harus diedukasi ke arah bedah orthognatik untuk mendapat hasil akhir yang lebih baik.
ABSTRACT
Background: Orthognathic surgery is the final stage of treatment and functional rehabilitation in patients with cleft lip and palate, due to the high prevalence of maxillary hipoplasia that require osteotomy. Purpose: Measure the need for orthognathic surgery in 18-25 years old patients with cleft lip and palate after orthodontic treatment at Harapan Kita Hospital. Method: Anthropometric analysis with a large measure the nasolabial angle and facial contour, cephalometric analysis with a large measure ANB angle and Wits appraisal distance, analytical study of the model by measuring the inter-incisal distance and inter molar. The results of comparisons between groups were analyzed using T test - Test. Result: Surgical needs orthognatik age 18-25 years is quite high compared to that can be treated with conventional orthodontic treatment. Conclusion: To improve services in the CLP unit RSAB Harapan Kita patients cleft lip and sky - the sky should be educated towards orthognatik surgery to get a better end result.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Hapsari
Abstrak :
Latar belakang: Pasien celah bibir dan langit-langit (CLP) memiliki karakteristik ukuran maksila dan mandibula yang lebih kecil, posisi maksila dan mandibula yang retrognati, dimensi faring yang lebih kecil, dan posisi tulang hyoid yang lebih inferior. Gangguan pada struktur wajah dan jalan napas ini meningkatkan risiko gangguan napas saat tidur terutama Obstructive Sleep Apnea (OSA). OSA merupakan gangguan tidur berupa episode berulang sumbatan jalan napas baik parsial dan total. OSA pada anak berakibat gangguan perkembangan, gangguan kognitif, kelelahan di siang hari, gangguan perilaku, dan komplikasi kardiovaskular. Walaupun memiliki banyak dampak negatif, OSA pada anak-anak terutama pada pasien CLP kurang menjadi perhatian. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan struktur wajah dan jalan napas secara sefalometri terhadap risiko terjadinya OSA pada pasien CLP. Metode: Sefalometri lateral dari 18 pasien celah bibir dan langit-langit pasca labioplasti dan palatoplasti baik unilateral maupun bilateral dengan usia 6 sampai 8 tahun di poli CLP RSAB Harapan Kita di-tracing. Orang tua atau wali pasien mengisi kuesioner uji tapis OSA Brouillette dan Pediatric Sleep Questionnaire. Hasil tracing dan kuesioner dilakukan uji korelasi Spearman dan Kendall. Hasil: Pasien CLP memiliki dimensi faring yang lebih kecil, maksilomandibular retrognati, ukuran maksila dan mandibular yang pendek, posisi hyoid yang lebih anterior dan adenoid yang besar. Dari kuesioner Brouillette tidak didapatkan risiko OSA pada pasien CLP. Satu pasien CLP memiliki risiko tinggi OSA dari hasil kuesioner PSQ. Semua variabel sefalometri tidak memiliki korelasi bermakna dengan risiko OSA (p>0,05). Kesimpulan: Penelitian ini tidak mendapatkan adanya korelasi antara variabel-variabel sefalometri dengan risiko OSA walaupun hasil analisis sefalometri mendukung terjadinya OSA. ......Background: Cleft lip and palate (CLP) patients have characteristic of smaller maxilla and mandible, bimaxillary retruded, smaller pharyngeal dimension, and inferiorly position hyoid. Facial structural and airway abnormalities increase sleep-disordered breathing especially obstructive Sleep Apnea (OSA). OSA is a sleep disturbance characterized by repeated episodes of total or partial upper airway obstruction. OSA in children results in developmental disorders, cognitive impairments, daytime fatigue, behavioral disorders, and cardiovascular complications. Although it has many detrimental effects, OSA in children especially in CLP patients is underrecognized. Objective: This study aims to determine the relationship between cephalometric facial and airway structures and the risk of OSA in CLP patients. Methods: Lateral cephalometry of 18 patients with cleft lip and palate which had undergone labioplasty and palatoplasty according to treatment protocol, both unilateral and bilateral, aged 6 to 8 years in cleft lip and palate clinic, Harapan Kita Hospital were traced. Patient’s parent were asked to fill out Brouillette's questionnaire and the Pediatric Sleep Questionnaire. Spearman and Kendall correlation test were used to asses the colleration cephalometric analysis and questionnaires’ result. Results: CLP patients have smaller pharyngeal dimensions, bimaxillary retruded, shortened maxillary and mandibular length, anteriorly positioned hyoid and relatively large adenoids. Brouillette failed to demonstrate OSA risk in CLP patients. One CLP patient has a high risk of OSA from the results of the PSQ questionnaire. All cephalometric variables did not have a significant correlation with OSA risk (p> 0.05). Conclusion: This study did not show any correlation between cephalometric variables and OSA risk, although the results of cephalometric analysis supported the occurrence of OSA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Yastani
Abstrak :
Pendahuluan: mengetahui perbedaan ukuran angular dentokraniofasial antara anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral dan bilateral komplit pasca labiopalatoplasti dibandingkan dengan anak tanpa celah bibir dan langit-langit. Material dan metode: Subyek penelitian terdiri dari 16 anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labiopalatoplasti, 16 anak dengan celah bibir dan langit-langit bilateral komplit pasca labiopalatoplasti, 16 anak tanpa celah bibir dan langit-langit yang berada pada status maturasi vertebra servikalis I dan II. Tahap maturasi vertebra servikalis ditentukan dengan metode oleh Baccetti dkk (2002). Uji statistik yang dilakukan meliputi uji untuk distribusi data yang normal, uji t berpasangan, dan anova dengan tingkat signifikansi p < 0,5. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada sudut insisif atas – bidang maksila antara kelompok unilateral dan normal; terdapat perbedaan bermakna pada sudut ANB, sudut SN/MP, dan sudut insisif atas – bidang maksila antara kelompok bilateral dan normal; terdapat perbedaan bermakna pada sudut SNA, sudut insisif atas – bidang maksila antara kelompok unilateral dan bilateral. Kesimpulan: Inklinasi insisif atas paling terpengaruh oleh celah bibir dan langit-langit. Inklinasi maksila ditemukan sedikit retrusif untuk kelompok celah bibir dan langit-langit unilateral komplit, sedangkat sedikit protrusif untuk kelompok celah bibir dan langit-langit bilateral komplit. Hubungan sagital kelompok bilateral ditemukan paling protrusif, diikuti kelompok normal, dan selanjutnya kelompok unilateral. Kecuraman bidang mandibula ditemukan pada kelompok bilateral ......Introduction: To evaluate dentocraniofacial morphology of children with complete unilateral and bilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty. Analysis was made when the children were at first and second stages of cervical vertebral maturation stage, before the peak of maxillary growth. Materials and methods: Sixteen digital cephalometric images of subjects with complete unilateral and bilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty were compared with 16 normal stage-matched controls. Cervical vertebral maturation stage was determined by Method of Baccetti et al (2002). Statistics included tests for normal distribution, paired t test, and anova with the significance level p < .05. Results: There were significant cephalometric differences in UI/MxPl angle between unilateral and normal group; ANB angle, SN/MP angle, UI/MxPl angle between bilateral and normal group; SNA angle, UI/MxPl angle between unilateral and bilateral group. Conclusion: The inclination of upper incisor was most affected by cleft lip and palate. The maxilla inclination was found a little retrusive for unilateral cleft lip and palate, while a little protrusive for bilateral. Sagittal relationship of bilateral was found the most protrusive followed by normal and unilateral group. Mandibular steepness was found for bilateral cleft lip and palate.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library