Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Junita Rosa Tiurma
"Berdasarkan Riskesdas 2018 terjadi peningkatan tren dari obesitas sentral yaitu 31,0%
dibandingkan tahun 2013 sebesar 26,6%. Seiring dengan meningkatnya prevalensi obesitas
sentral dapat meningkatkan penyakit degeneratif antara lain diabetes mellitus. Sebelum
terjadinya diabetes pada seseorang maka didahului oleh suatu keadaan yang disebut
prediabetes. prevalensi prediabetes lebih besar dibandingkan prevalensidiabetes mellitus.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi
prediabetes hampir dua kali lipat dari prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 yaitu sebesar
10,2%. Sedangkan hipertensi secara substansial meningkatkan risiko morbiditas dari
beberapa penyakit, terutama penyakit kardiovaskular dan diabetes. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan obesitas sentral dengan kejadian prediabetes pada kelompok
hipertensi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan
data sekunder Riskesdas tahun 2018. Jumlah sampel 1678 orang yang menderita hipertensi
serta memenuhi kriterian inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini. Analisis data
menggunakan cox regression. Prevalensi prediabtes pada penderita hipertensi di Indonesia
sebesar 61,14%. Pada model akhir penelitian ini diketahui bahwa obesitas sentral tidak
mempunyai hubungan terhadap kejadian prediabetes dengan nilai p=0,081 dan PR=1,121
(95% CI; 0,986- 1,274).
......Based on RISKESDAS (Basic Health Research) in 2018, there was an increasing trend of
central obesity, namely 31.0% compared to 2013, which was 26.6%. Along with the
increasing prevalence of central obesity, it could increase degenerative disease, such as
diabetes mellitus. Before diabetes occurred in a person, it was preceded by a condition
called prediabetes. Prediabetes prevalence was bigger than diabetes mellitus prevalence.
The result of the Basic Health Research in 2007 showed that prediabetes prevalence was
almost twice the type-2 diabetes mellitus prevalence, which was 10.2%. Meanwhile,
hypertension substantially increased the risk of morbidity from several diseases, especially
cardiovascular and diabetes. This research aimed to determine the relationship between
central obesity and prediabetes incident in the hypertension group in Indonesia. This
research used a cross-sectional study design with secondary data from RISKESDAS 2018.
The number of samples was 1678 people who suffered hypertension and met the inclusion
and exclusion criteria in this research. Data analysis used cox regression. The prediabetes
prevalence in hypertensive patients in Indonesia was 61.14%. In the final model of this
research, it was known that central obesity had no relationship with the incidence of
prediabetes with a value of p=0.081 and PR=1.121 (95% CI; 0.986-1.274)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulestari
"Hipertensi atau sering juga disebut the silent killer adalah suatu peningkatan tekanan darah arteri diatas normal dan menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hipertensi pada penduduk dewasa bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas hidup terkait dengan morbiditas. Obesitas sentral adalah salah satu faktor risiko hipertensi yang berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat.
Studi ini bertujuan untuk menilai hubungan obesitas sentral dengan kejadian hipertensi berdasarkan rasio lingkar perut tinggi badan pada penduduk dewasa di Pulau Jawa Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013 dengan disain penelitian cross sectional dan jumlah sampel 175.374 orang. Status obesitas sentral ditentukan dengan analisis kurva ROC untuk mencari cut off point rasio lingkar perut tinggi badan terhadap hipertensi.
Studi ini menggunakan uji statistik Regresi Cox. Hasil penelitian menemukan prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa sebesar 27,8% dan hubungan obesitas sentral terhadap kejadian hipertensi lebih dipengaruhi oleh wilayah tempat tinggal. Penduduk umur 19-29 tahun yang obesitas sentral dan tinggal diperkotaan memiliki risiko 2,1 kali (95%CI:1,969-2,247) untuk menderita hipertensi setelah dikontrol umur, wilayah tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, status merokok, aktifitas fisik dan stres.
Saran dari studi ini adalah memberikan intervensi berupa promosi kesehatan tentang pengetahuan tentang hipertensi dan faktor risikonya pada usia remaja terutama diperkotaan sebagai pencegahan dini dengan prilaku hidup sehat untuk menurunkan prevalensi hipertensi di masa mendatang.
......Hypertension, often called the silent killer is an increase in arterial blood pressure above normal and the cause of death in Indonesia. Hypertension in the adult population could be low productivity and influence quality of life associated with morbidity. Central obesity is risk factor for hypertension associated with an unhealthy lifestyle.
This study aimed to assess the association of central obesity with hypertension based on waist-to-height ratio in the adult population in Java 2013.
This study uses Riskesdas data 2013 with cross sectional study design and sample size 175.374 respondents. Central obesity status was determined by ROC curve analysis to looking for the cut off point waist-to-height ratio to hypertension and used Cox regression multivariate statistical test. Results of the study found the prevalence of hypertension in the adult population was 27.8% and the relationship of central obesity with hypertension is more influenced by the region of residence. People aged 19-29 years old who live in urban and central obesity have a risk 2.1 (PR=2.1, 95% CI: 1.969 to 2.247) of developing hypertension after controlling for age, region of residence, education, occupation, smoking status, physical activity and stress.
Suggestions of this study is to providing health promotion interventions in the form of knowledge about hypertension and its risk factors in adolescence especially in urban areas as early prevention with healthy lifestyle behaviors to decrease the prevalence of hypertension in the future."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44415
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Andalu
"Menurut riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, prevalensi obesitas sentral di Indonesia adalah 26,6%. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan prevalensi pada tahun 2007 yaitu 18,8%. Jika melihat tren yang ada, maka dapat diprediksi bahwa angka ini akan terus meningkat setiap tahunnya khususnya pada wilayah yang menjadi pusat ekonomi di Indonesia. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya obesitas sentral adalah konsumsi kopi mix. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat hubungan antara kebiasaan konsumsi kopi mix dengan obesitas sentral. Penelitian dilakukan pada mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2015. Penelitian ini dilakukan menggunakaan metode cross-sectional untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara konsumsi kopi mix dengan obesitas sentral.
Berdasarkan hasil penelitian, prevalensi obesitas sentral pada mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah 22,7%. Presentase jumlah mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang memiliki kebiasaan konsumsi kopi adalah 30%. Setelah dilakukan analisis statistik, hasilnya adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan konsumsi kopi mix ≤ 2x per minggu atau ≤ 300 ml per minggu dengan obesitas sentral (p=0,804).
......
According to health research (Riskesdas) in 2013, the prevalence of central obesity in Indonesia is 26.6% . This precentage increases when compared to the prevalence in 2007 is 18.8%. If we look at the trends, it can be predicted that this precentage will continue to rise every year, especially in economic center region in Indonesia. One of the factors that can influence the occurrence of central obesity is the consumption of coffee mix. Therefore, it is necessary to study the relationship between habitual coffee mix consumption with central obesity. The study was conducted on male scholars of the Faculty of Medicine, University of Indonesia in 2015. The study was conducted using cross-sectional method to determine whether there is a relationship between coffee consumption mix with central obesity or not.
According to the results, the prevalence of central obesity in male scholars of the Faculty of Medicine, University of Indonesia was 22.7%. The percentage of the number of male scholars of the Faculty of Medicine, University of Indonesia, which has a habit of consumption of coffee is 30%. After statistical analysis, the result shows that there is no significant association between coffee mix consumption habits ≤ 2x per week or ≤ 300 ml per week with central obesity (p = 0.804)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayat Nuh Ghazali Djadjuli
"Latar belakang: Riskesdas Indonesia tahun 2018, prevalensi hipertensi pada pegawai pemerintah sebesar 36.91% dan prevalensi obesitas pegawai pemerintah sebesar 33.7%%. Prevalensi ini di atas prevalensi nasional, hipertensi 34.1% dan obesitas 21.8%. Tujuan penelitian ini untuk melihat prevalensi obesitas dan hipertensi pada Aparatur Sipil Negara Pemerintah (ASN) Kota Depok tahun 2018, hubungan antara obesitas dan hipertensi serta rekomendasi pencegahan serta pengendalian di kemudian hari. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Analisis bivariat antara hipertensi dan faktor yang berkaitan dilakukan menggunakan Chi square test and dilanjutkan analisis multivariat menggunakan model regresi Cox. Hasil: Dari 659 ASN, 53.11% menderita obesitas, 27.47%-56.30% menderita hipertensi. Dalam model regresi Cox akhir, ASN dengan obesitas memiliki resiko 1.65-2.11 kali lebih tinggi menderita hipertensi daripada ASN dengan status gizi normal setelah dikontrol variabel obesitas sentral, jenis kelamin dan hiperglikemia. Diskusi: Obesitas merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada ASN Pemerintah Kota Depok dan faktor lain yang berpengaruh adalah obesitas sentral, jenis kelamin pria dan hiperglikemia. pola hidup sehat, gizi seimbang, aktivitas fisik, pemeriksaan berat badan, lingkar pinggang dan gula darah secara berkala diperlukan untuk mengendalikan hipertensi. Rekomendasi ini perlu ditindaklanjut oleh Pemerintah Kota Depok dan ASN.

Indonesian Riskesdas in 2018, prevalence of hypertension in civil servant was 36.91% and prevalence of obesity in civil servant was 33.7 %%. This prevalence was above the national prevalence of hypertension, 34.1% and obesity, 21.8%. The purpose of this study was to determine the prevalence of obesity and hypertension in Civil Servant of Depok Government in 2018, association between obesity and hypertension and to provide a recommendation for prevention and control in the future. Methods: This study used cross sectional design. Bivariate analysis between hypertension and its potential factor were done using Chi square test and further multivariate analysis was performed using Cox regression model. Results: Among 659 civil servant, 53.11% had obesity, 27.47%-56.30% had hypertension. In final Cox regression model, civil servant with obesity had a risk of 1.44-2.11 times higher in hypertension than civil servant with normal nutritional status after being controlled by central obesity variable, sex and hyperglicemia. Discussion: Obesity is a risk factor for the incidence of hypertension in civil servant of Depok Government and the other factors that influence ware central obesity, man and hyperglicemia.  A healthy lifestyle, balanced nutrition, physical activity, periodic blood pressure checks, waist circumference and blood sugar are needed to maintain ideal weight and blood pressure. This recommendation needs to be followed up by Depok Government and civil servant."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Sri Wahyuni
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi obesitas sentral dan faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral pada kelompok pekerja perempuan usia produktif di 10 provinsi terpilih tahun 2016. Data yang digunakan adalah data sekunder, jumlah sampel 1464. Desain penelitian studi kuantitatif observational cross sectional. Prevalensi obesitas sentral pada penelitian ini 70.1 yang merupakan prevalensi kasar. Variabel memiliki hubungan bermakna dengan obesitas sentral adalah usia dengan peningkatan risiko pada usia dewasa akhir, sudah menikah, kurang aktivitas fisik, merokok. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan penekanan program pada sasaran khusus yang memiliki peningkatan risiko obesitas sentral.Kata Kunci : kelompok pekerja perempuan, obesitas sentral, sepuluh provinsi terpilih.

ABSTRACT
This research aims to determine the prevalence of central obesity and the related factors with central obesity in productive age group of woman workers in 10 provincies elected in 2016. The data used is secondary data with sample of 1464. The design study is an observational cross sectional quantitative study. The crude prevalence of central obesity was 70.1 . Variables that have a statistically significant relationship with central obesity are age, married and insufficient physical activity smoking. This study expected to be a reference program emphasis on particular targets that have an increased risk of central obesity.Keywords central obesity, woman workers, 10 provincies elected."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Hakim
"Penelitian ini bertujuan menilai hubungan profil lipid dengan perilaku gizi, pola makan, asupan nutrisi, gaya hidup, Indeks Massa Tubuh (IMT), Rasio Lpe-Lpa, penggunaan obat, dan faktor diabetes mellitus. Studi kros-seksional, ini melibatkan populasi pilot perusahaan penerbangan PT X Jakarta, yang sedang menjalani Uji Kesehtan Periodik antara tgl. 21 Mai, 2001 sampai dengan 21 Juni, 2001. Data yang berhasil dikumpuikan meliputi, fraksi lipid serum, asupan nutrisi, perilaku gizi, pola makan, gaya hidup, IMT, Rasio Lpe-Lpa, penggunaan beta blocker, diuretika thiazide, dan faktor diabetes mellitus.
Hasil : Rata-rata kadar kolesterol total 232.83 + 35.7 mg/dL, kolesterol HDL 39.7 + 2.2. kolesterol LDL 177.4 + 33.8, dan kadar trigliserida 162.8 + 68.3 mg/dL. Prevalensi hiperkolesterolemia 39.6 %, hiperkolesterolemia LDL 67.7 %, prevalensi dislipidemia 71,9 %. Rata-rata asupan energi total 1752.5 k.kal (614.5-3575.5), asupan protein 66.1 (9.90-132.8) gr, asupan lemak 632 (7.40-115.3) gr, sedangkan rata-rata asupan karbohidrat, SAFA, MUFA, PUFA, kolesterol dan serat, masing-masing: 2463 (853-545.3) gr, 30.7 (2.6-61,9) gr, 13.5 (1.40-28.6)gr, 7.2 (1-30.3) gr, 245 (0-1594.0) mg, dan 13 (3-66) gr. Subjek memiliki rata-rata IMT 25.5 + 2.7, rasio Lpe-Lpa 0.95 + 0.03. Prevalensi kegemukan 56.3 %, obesitas sentral 38.5 %. Sebagian besar subjek penelitian yaitu sebesar 59.4%, tidak teratur melakukan kegiatan olah-raga, perilaku gizi baik 5.2 % sedangkan perilaku gizi kurang sebesar 41.7%, dan pola makan baik hanya 3.1 %. Dijumpai hubungan bermakna antara rasio Lpe-Lpa dengan kolesterol total dengan p=0.0003, Berdasarkan analisis regresi logistik rasio Lpe-Lpa mempunyai hubungan paling kuat dengan kolesterol total, kolesterol LDL, dan dislipidemia.
Kesimpulan : Asupan energi masih dibawah RDA, asupan SAFA tergolong kriteria lebih sebesar 55.2%, asupan serat tergolong rendah 83.3%, aktivitas kurang 63.6%. Terjadi keseimbangan energi positive, terlihat dari persentase kegemukan 56.3%, dan obesitas central 38.5%.

Lipid Profile Among P.T. X Civil Aviation Pilots and The Related Behavioral FactorsThe objective of study to assets the relationship between lipid profile and the nutrition behavior, nutrition intake, body mass index (BM), Waist-Hip circumference Ratio (WHR), life style, dietary pattern, flying stress, beta blacker and thiazide diuretic medication, and diabetes mellitus. This cross sectional study concerning population of PT X air line pilot's were being performed the periodically medical examination, between May 21, 2001 until June 21, 2001. The data had been collected from the level of lipid cerurn, nutrition intake, nutrition behavior, dietary pattern, BMI, WHR, beta blacker and thiazide diuretic medication, diabetes mellitus, flying stress, and life style including of physical activity, smocking and alcohol consumption habits.
Results : The mean total cholesterol, LDL cholesterol, HDL cholesterol and tryglycerides were 232.8 + 35.7 mg/dL, 177.4 + 33.8 mg/dL, 39.7 + 2.2 mg/dL, and 162.8 + 68.3 mg/dL. The prevalence of hypercholesterolemia 39.6%, LDL hypercholesterolemia 67.7 %, and dislipidemia 71.9 %. The median of total energy 1752 kcal, (614.3-575.5), protein intake 66.1 gr (9.90-132.8), the mean carbohydrate intake, fat, SAFA, MUFA, PUFA, cholesterol were 246.7gr (85.7-545.3), 63.2 gr (7.4-115.3), 30.7gr (2.6-61.9), 13.5 gr (1.40-28.6), 7.2gr (1-30.3), and 245 mg (0-1594.0), the mean fiber intake 13 gr (3-66). The mean of BMI and AHR are: 25.5 + 2.7 and 0.95 + 0.03, the prevalence of overweight and obesity 56.3 %, central obesity 38.5 %. Most of the subject had low activity (59.4 %), good nutrition behavior 5.2 % while the less nutrition behavior as many 41.7 %, and good dietary pattern is just 3.1 %. There was significant relationship between WHR and the level of total cholesterol (p O.0003), and based on logistic regression analysis, WHR had strong relationship to total cholesterol, LDL cholesterol, and dislipidemia.
Conclusion : Energy intake were lower compared to RDA, the high SAFA intake 55.2 %, low fiber intake 83.3 %, low activity 63.6 %, and there were positive energy balance exess, and contribute 56.3% obesity and overweight, and 38.5 % central obesity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T2679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devieka Rhama Dhanny
"

Obesitas sentral adalah kondisi tubuh mengalami penumpukan lemak yang berlebih di bagian abdominal yang berdampak pada PJK dan sindrom metabolik. Obesitas sentral dan angka kesakitan pada polisi di Indonesia cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan obesitas sentral pada polisi operasional lapangan di Polres Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini adalah menggunakan desain studi cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 48,6% polisi tergolong obesitas sentral. Sebagian besar polisi memiliki IMT normal, sudah menikah, berpendidikan terakhir SMA, berpangkat bintara, pengetahuan obesitas sentral masih rendah, durasi tidurnya kurang, memiliki kebiasaan merokok, stres, asupan energi cukup, asupan lemak dan protein berlebih, asupan karbohidrat dan serat kurang. Berdasarkan analisis chi square, terdapat hubungan signifikan antara usia, riwayat obesitas sentral, aktivitas fisik, durasi tidur, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat dengan obesitas sentral. Tetapi, tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok, stres, dan asupan serat dengan obesitas sentral. Asupan energi adalah faktor dominan obesitas sentral.

 

Kata kunci:

Dewasa; Faktor Risiko; Obesitas Sentral; Obesitas Abdominal; Polisi


Central obesity is the condition of the body excess fat accumulation in the abdominal area which affects CHD and metabolic syndrome. Central obesity and morbidity of police in Indonesia is enough high. The purpose of this study was to find out the dominant factors associated with central obesity in the police operational area in resort police of East Lampung. This study used a cross sectional study design. The results showed that 48.6% of the police had central obesity. Most of the police had BMI was normal, were married, last educated was senior high school, grade job was bintara, knowledge about central obesity was still low, sleep duration was low, had smoking habits, had stress, energy intake was enough, fat and protein intake was high, carbohydrate and fiber intake was low. Based on chi square analysis, there was a significant relationship between age, history of parent central obesity, physical activity, sleep duration, energy intake, protein intake, fat intake, and carbohydrate intake with central obesity. However, there is no relationship between smoking habits, factor stress, and fiber intake with central obesity. Energy intake was the dominant factor in central obesity.

 

"
2019
T53516
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Nicole
"Diabetes melitus merupakan sekelompok gangguan metabolisme yang ditandai dan diidentifikasi dengan adanya kondisi hiperglikemia (kondisi gula darah berlebihan atau tinggi) dalam kondisi tanpa pengobatan. Prevalensi diabetes melitus pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia kerap mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini merupakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat, dan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32747 subjek penelitian, 9,3% mengalami diabetes melitus. Analisis bivariat menunjukkan hasil yang signifikan antara variabel konsumsi makanan manis, konsumsi minuman manis, konsumsi minuman berenergi, konsumsi soft drink atau minuman berkarbonasi, kebiasaan merokok, IMT, obesitas sentral, dan tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes melitus (p-value <0,05). Analisis multivariat menunjukkan obesitas sentral merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan diabetes melitus (p-value = <0,001; OR 1,86; 95% CI: 1,66-2,08).
......Diabetes mellitus is a group of metabolic disorders characterized and identified by the presence of hyperglycaemia (a condition of excessive or high blood sugar) in conditions without medication. The prevalence of diabetes mellitus in the productive age population (15-64 years) in Indonesia is consistently increasing. This study aims to determine the dominant factors and factors associated with the incidence of diabetes mellitus in the productive age population (15-64 years) in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design using secondary data from the National Basic Health Survey 2018. Data analysis was carried out in this study using univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis using the chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The result displayed that of the 32747 research subjects, 9,3% had diabetes mellitus. Bivariate analysis showed significant results between the variables consumption of sweet foods, consumption of sweet beverages, consumption of energy drink, consumption of soft drinks, smoking habits, BMI, central obesity, and level of education with the incidence of diabetes mellitus (p-value <0,05). Multivariate analysis showed that central obesity is the most dominant factor associated with diabetes mellitus (p-value = <0,001; OR 1,86; 95% CI: 1,66-2,08)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Puspa Handini
"ABSTRAK
Sindrom metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik yang terdiri dari obesitas, resistensi insulin, dislipidemia dan hipertensi. Setiap komponen dari sindrom metabolik sebagai faktor risiko mayor kardiovaskular. Dislipidemia sebagai faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Penanganan sindrom metabolik memerlukan tatalaksana yang menyeluruh baik farmakologik maupun non farmakologik. Penelitian menunjukkan bahwa akupunktur dapat memperbaiki dislipidemia seperti menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL serta meningkatkan HDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa terhadap profil lipid dan lingkar perut penderita sindrom metabolik. Uji klinis acak tersamar tunggal dengan kontrol sham dilakukan pada 50 penderita sindrom metabolik yang dialokasikan secara acak menjadi kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa kelompok elektroakupunktur atau kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur sham dan medikamentosa kelompok kontrol . Kadar kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida dan lingkar perut digunakan untuk mengukur keluaran penelitian. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna lingkar perut kelompok elektroakupunktur sebesar -4,00 -5,00 ndash; -2 cm dibandingkan kelompok kontrol 0,00 -2 ndash; 3,00 cm

ABSTRACT
Metabolic syndrome is a group of metabolic abnormalities including obesity, insulin resistance, dyslipidemia and hypertension. Each component of the metabolic syndrome is a major cardiovascular risk factor. Dyslipidemia is a major risk factor for cardiovascular disease. Treatment of metabolic syndromes requires a comprehensive management of both pharmacologic and nonpharmacologic. Study showed that acupuncture can improve dyslipidemia such as lowering total cholesterol, triglycerde, LDL and increasing HDL. This study aims to determine the effectiveness of combination therapy of electroacupuncture and medicatian on lipid profile and waist circumference of metabolic syndrome patients. Single blinded randomized clinical trials with sham control were performed on 50 patients with metabolic syndrome that randomized into a combination group of electroacupuncture and medication electroacupuncture group or a combination group of sham electroacpuncture and medication control group . Total cholesterol levels, HDL, LDL, triglycerides and waist circumference used to measure the study outcomes. The results showed that waist circumference in electroacupuncture group decreased significantly 0f 4,00 5,00 ndash 2 cm compared to the control group of 0,00 2 ndash 3,00 cm, p"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrul Razy
"Latar Belakang: Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya osteoartritis (OA). Penelitian terdahulu bahwa faktor mekanik belum cukup untuk menjelaskan hubungan OA dengan obesitas. Faktor resiko ini dapat menurunkan fungsi dan aktifitas fisik pasien OA. Lemak viseral tempat ditemukan White Adipose Tissue (WAT), dapat mengeluarkan hormon leptin, dan leptin dapat mensekresi sitokin proinflamasi yang berdampak pada degradasi kartilago sendi, yang diduga berhubungan dengan kejadian OA
Tujuan: Mendapatkan gambaran leptin serum dan kadar IL-1β cairan sendi pasien OA lutut wanita dengan obesitas sentral.
Metode: Studi potong lintang pada pasien OA lutut wanita yang berobat di poliklinik Rheumatologi RSCM dalam kurun waktu Maret–Juli 2017. Pengambilan sampel dilakukan secara berturutan. Diagnosis OA lutut berdasarkan kriteria ACR 1986. Dilakukan pemeriksaan lemak viseral dengan menggunakan alat BIA Karada Scan .HBF 375. Pemeriksaan leptin serum dan IL-1ß cairan sendi dengan metode ELISA.
Hasil: Didapatkan 22 subjek wanita yang memenuhi kriteria penelitian. Nilai median lemak viseral 12,5 (5 – 27,5 ) %, nilai median leptin serum 19735,5 (2998–81782) pg/ml, dan nilai
median IL-1ß 1,23 (0,76 – 6,11).
Simpulan: Didapatkan kadar rerata leptin serum 19735,5 (2998-81782) pg/ml dan rerata kadar IL-1β cairan sendi 1,23 ( 0,76 – 6,11).
......Background: Obesity is a well recognized risk faktor for osteoarthritis. However, the relationship between obesity and OA may not simply due to mechanical factor, may be a risk factor for declining function and physical activity. Viseral fat is that founded white adipocite tissue is product quantities of leptin. It's to secrete higher levels of proinflammatory cytokine and implicated in cartilage degradation.
The aim: of this study was to examine Profile of serum leptin and IL-1β synovial fluid in central obecity with knee osteoarthritis woman patients
Methods: This study was cross sectional study in OA patients visiting Rheumatology outpatients clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital during March – July 2017. Sample were collcted using consecutive sampling methood. Knee OA diagnosed according to the 1986 American College of Rheumatology criteria. Viseral fat were measred by BIA Karada Scan HBF 375. Blood serum and synovial fluid was collected from 22 knee OA patients, serum leptin and synovial fluid were measured by ELISA,
Results : Of twenty two subjects met the inclution criteria, median of viseral fat was 12,5 (5 – 27,5) % and median of serum leptin was 19735,5 ( 2998 – 81782) pg/ml and median of IL-1 β was 1,23 ( 0,76 - 6,11) pg/ml.
Conclusion: :Serum leptin was 19735,5 (2998 – 81782) pg/ml and median of IL-1 β was 1,23 ( 0,76 - 6,11) pg/ml."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>