Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudi Ruhdiat
Abstrak :
Penyakit kulit akibat kerja merupakan tiga besar penyakit akibat kerja yang banyak dilaporkan. Penyebab yang paling banyak terjadinya dermatitis kontak dengan bahan kimia, yang menyebabkan dermatitis kontak sebanyak 80%. Dermatitis kontak akibat kerja akan menyebabkan gangguan kenyamanan dan penurunan produktifitas kerja sehingga perlu diketahui dan dikendalikan. Penelitian ini merupakan sebuah observasi bersifat deskriptif yang dilihat secara cross sectional di laboratorium kimia di Jawa Barat tahun 2006. Tujuan utama untuk melihat faktorfaktor yang mempengaruhi dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja laboratorium kimia di PT Sucofindo. Dengan subyek penelitian adalah populasi pekerja analis. Seluruh subyek di wawancarai dengan kuesioner dan dilakukan pemeriksaan fisik ujud kelainan kulit. Suhu dan kelembaban udara dilihat dari data sekunder yang dilakukan oleh perusahaan setiap bulan. Dari 61 subyek penelitian yang diwawancara dan diperiksa, 100% kontak dengan bahan kimia, 86,86% dermatitis kontak akibat kerja, dengan insidensi rate sebesar 75,41 per seratus pekerja dan prevalensi rate sebesar 86,88 perseratus pekerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak adalah lama kontak, frekuensi kontak, dan pemakaian APD (sarung tangan dan jas lab). Resiko terjadinya dermatitis kontak, sebesar 116 kali pada pekerja tanpa APD, sebesar 3,9 kali pada pekerja dengan riwayat atopi, dan sebesar 0,4 kali pada pekerja mempunyai perilaku mencuci tangan. Kesimpulannya adalah insidensi dan prevalensi rate dermatitis kontak akibat kerja di PT Sucofindo Laboratorium masih tinggi. Dengan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah adanya kontak, pemakaian alat pelindung diri, lama kontak dan frekuensi kontak, dengan faktor yang paling dominan adalah pemakaian alat pelindung diri. Saran-saran perlu ditingkatkannya kepedulian manajemen terhadap bahaya kontak dengan bahan kimia. Melakukan review standar operasi prosedur pemakaian sarung tangan menurut jenis dan kegunaannya. Training bagi semua pekerja mengenai bahaya kontak bahan kimia, dan perlu peningkatan program peduli kesehatan kulit sebagai upaya preventif terjadinya dermatitis kontak akibat kerja.
Work related skin disease is reported as top three of occupational disease. The most happening of occupational contact dermatitis due to contact with chemicals, causing contact dermatitis as approximately 80%. Occupational contact dermatitis will influence work and reduce productivity therefore it is important to recognize and controlled.This research represent a observation have the character of descriptive seen by cross sectional at a chemical laboratory in West Java in 2006. Especial target: to see factors influencing occupational contact dermatitis at worker of chemical laboratory in PT Sucofindo. By subject research is worker of analyst at chemical laboratory. All subject in holding an interview with using questioner and conducted by physical examination of existence of husk disparity. Temperature and humidity are obtained from data of secunder done by company each month. From 61 subject of research interviewed and checked, 100% contact with chemicals, 86,86% occupational contact dermatitis, by incidence rate equal to 75,41 1 100 workers and prevalence rate equal to 86,88 1 100 worker. Factors influencing the happening of contact dermatitis duration of contact, frequency of contact, and usage personal protective equipment (gloves and lab coat). Risk of contact dermatitis, equal to 116 times worker without personal protective equipment, equal to 3,9 times of worker with history atopy, and equal to 0,4 times worker have personal hygiene. Conclusion of research is still height rate of incidence and prevalence rate of occupational contact dermatitis in PT Sucofindo Laboratory. The most dominant factors is usage of personal protective equipment (gloves and lab coat). With suggestion require to improve of caring management to dangerous chemical especially it contact with them. Standard operating procedures must be reviewed usage of gloves according to his usefulness and type. Training must be conducted to improve appropriate program in order to prevent occupational contact dermatitis.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Nuraga
Abstrak :
Dermatitis kontak akibat kerja yang merupakan salah satu penyakit kelainan kulit yang sering timbul pada industri dapat menurunkan produktifitas pekerja. Dermatitis kontak akibat kerja terjadi karena pekerja mengalami kontak dengan bahan kimia, termasuk logam yang menimbulkan kelainan kulit. Tujuan utama penulisan ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja yang terpajan bahan kimia pada sebuah perusahaan otomotif di Indonesia, Cibitung Jawa Barat. Penelitian bersifat deskriptif. Subyek penelitian berjumlah 54 responden diambil secara acak dengan stratified random sampling. Hasil dari penelitian yang semuanya kontak dengan bahan kimia termasuk logam, 74% (40 pekerja) mengalami dermatitis kontak akibat kerja: akut 26% (14 pekerja), sub akut 39% (21 pekerja), dan kronik 9% (5 pekerja) adalah subyek penelitian yang mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan analisis statistik multivariat terdapat 3 faktor yang sangat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak ini, yaitu lama kontak, frekuensi kontak, dan yang paling dominan adalah penggunaan alat pelindung diri (APD). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat insidensi laju 65% per seratus pekerja, dan prevalensi 74% per seratus pekerja. Perlu ada upaya meminimalisasi dermatitis kontak dengan meningkatkan kesadaran pekerja untuk menggunakan sarung tangan yang tepat dan meningkatkan pengetahuan pekerja.

Occupational contact dermatitis is one of skin disease in industrial settings which may reduce worker productivities. The occupational contact dermatitis occurs when workers are come into contact with chemicals at part of the worker?s body. This chemical contact could lead to an occupational contact dermatitis. The objective of this research is to investigate factors related to the occupational contact dermatitis at the worker who come into contact with chemicals used in industrial automotive company in Indonesia, Cibitung Jawa Barat. The study design is a descriptive research. The research subjects were selected using a stratified random sampling, and the total subjects were 54 person. The data were collected based on physical examination by a medical doctor, and the research questionnaire. Result from this study indicated that 74% (40 workers) experience dermatitis contact: acute dermatitis contact 26% (14 workers), sub acute 39% (21 workers), and chronic 9% (5 workers). Furthermore, data analysis using a multivariate statistical analysis indicated that there are three major factors related to the occurence of contact dermatitis: duration of contact, frequency of contact and the use of personal protective equipment (PPE) particularly gloves. In conclusion, incidence rate of occupational dermatitis contact at industrial setting is 65%/100 worker, and prevalence rate of occupational dermatitis contact at industrial setting is 74%/100 worker. In order to minimize the occupational contact dermatitis it is recommended to raise the workers awareness, the correct type of gloves used specifically to the type of chemicals, as well as improving the workers knowledge.
[Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Denta Aditya Episana
Abstrak :
Latar belakang Penyakit kulit atau kelainan kulit terjadi pada lebih dari 35% dari semua kelainan akibat kerja. Dermatitis kontak adalah penyakit akibat kerja yang paling dikenal di banyak negara (dengan dermatitis kontak iritan terhitung 80% dari kasus), namun kasus-kasus ini sering tidak dilaporkan. Salah satu penyebab dermatitis kontak iritan adalah cyclohexanone, bahan kimia yang dikenal sebagai oksidator yang dapat mengiritasi kulit. Laporan Kasus Berbasis Bukti ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi/bukti tentang pengaruh pajanan cyclohexanone terhadap kejadian dermatitis kontak iritan. Metode Kasus dalam studi ini adalah tentang seorang wanita berusia 37 tahun yang bekerja sebagai operator pencetakan logo di sebuah perusahaan manufaktur sepatu yang terpajan cyclohexanone dan didiagnosis dengan dermatitis kontak iritan. Pencarian literatur dilakukan melalui PubMed, Scopus, dan ProQuest dan dilakukan dengan metode hand searching. Kriteria inklusi meliputi studi tinjauan sistematis, studi kohort, studi kasus- kontrol, studi potong lintang, dermatitis kontak iritan, cyclohexanone, dan pekerjaan. Kemudian, dinilai secara kritis menggunakan kriteria yang relevan dari Oxford Centre for Evidence-Based Medicine. Hasil Tiga studi potong lintang yang relevan ditemukan melalui pencarian literatur dan dinilai secara kritis. Besarnya perkiraan dan presisi mengenai hubungan antara pajanan dan hasil dalam studi pertama tidak dapat dinilai; penelitian ini hanya menyatakan tidak ada nilai p yang signifikan secara statistik dalam prevalensi dermatitis akibat kerja antar departemen dan pemeriksaan antar departemen. Studi kedua menunjukkan bahwa pekerja dengan pajanan campuran bahan kimia pelarut, termasuk cyclohexane, berkorelasi dengan gejala kulit, kulit kering atau gatal pada tangan atau lengan, POR 1,46 (95% CI 1,06-2,01), dan kemerahan pada tangan atau lengan, POR 1,50 (95% CI 1,09-2,70). Sebagai perbandingan, penelitian ketiga menunjukkan bahwa pekerja dengan pajanan tunggal cyclohexane yang tinggi pada kulit memiliki risiko lebih tinggi untuk kejadian dermatitis tangan dengan nilai OR 2,15 (95% CI 0,59-7,95) tanpa signifikansi statistik. Kesimpulan Bukti yang tersedia dari studi potong lintang tidak membuktikan hubungan antara papajan cyclohexanone dan dermatitis kontak iritan pada pekerja; hanya satu studi yang menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik. Namun, disarankan untuk menyediakan peralatan kerja untuk mencegah kontak langsung dengan bahan kimia; pekerja juga harus mengenakan sarung tangan pelindung yang sesuai untuk menghindari dermatitis kontak iritan akibat kerja. Sebuah desain studi yang lebih baik seperti kohort atau kasus-kontrol diperlukan untuk memberikan bukti substansial bahwa papajan cyclohexanone dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan pada pekerja. ......Background Skin disorders or abnormalities occurred in more than 35% of all occupational disorders. Contact dermatitis is the most recognized occupational disease in many countries and the cases are often not reported. Irritant contact dermatitis occurs in 80% of cases This evidence-based case report aims to get evidence about the effect of cyclohexanone exposure on the incidence of irritant contact dermatitis. Method The case is about a 37-year-old woman who worked as an operator at logo screen printing in a shoe manufacturing company, exposed to cyclohexanone, and was diagnosed with irritant contact dermatitis. A literature search was conducted through PubMed, Scopus, and ProQuest and also performed with the hand searching method. The inclusion criteria were cohort study, case-control study, cross-sectional study, irritant contact dermatitis, cyclohexanone, and occupational. Then, critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-Based Medicine. Result Three relevant cross-sectional studies were found through literature searching and after being critically appraised, it can be concluded that all the articles were valid. The magnitude and the precision of the estimate of the association between the exposure and outcome in the first study cannot be assessed, only stated no statistically significant p- value in occupational skin dermatitis prevalence between departments and the examination between departments. The second study showed that workers with solvent chemical mixture exposure including cyclohexane have a relationship in skin symptoms, dry or itchy skin on the hands or arms, POR 1.46 (95% CI 1.06-2.01), and redness on hands or arms, POR 1.50 (95% CI 1.09-2.70). While the third study showed that workers with a high dermal single exposure to cyclohexane have a higher risk for the incidence of major hand dermatitis, OR 2.15 (95% CI 0.59-7.95) but was not significant statistically. Conclusion The available evidence from cross-sectional studies did not sufficient to prove an association between cyclohexanone exposure and irritant contact dermatitis in workers and only one study shows a significant association statistically. However, it is recommended to provide tools for working to prevent the workers from direct contact with the chemical and they should wear appropriate protective gloves while working to avoid the incidence of occupational irritant contact dermatitis. A better study design such as cohort or case-control is needed to provide stronger evidence that cyclohexanone exposure can cause irritant contact dermatitis in workers.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanafi
Abstrak :
Tenaga kerja informal dimanfaatkan oleh pabrik pembekuan hasil laut seperti ikan, udang, cumi, rajungan, skalop pada tahap pembersihan sebelum proses pembekuan. Tenaga kerja informal umumnya mengeluh gatal pada tangan dalam bentuk dermatitis kontak, berobat dengan biaya sendiri. Tenaga kerja ini diupah secara harian. Pada bulan Desember 1999 dilakukan pemagangan di pabrik pembekuan hasil laut "A" Jakarta selama satu bulan lebih. Merupakan studi kasus dengan tahapan identifikasi permasalahan, intervensi, evaluasi. Identifikasi permasalahan dengan teknik kriteria matriks, didapatkan dermatitis kontak pada delapan responden dari lima belas tenaga kerja informal yang seluruhnya wanita. Prevalensinya 53,33%. Pajanan yang dialami yaitu faktor fisik berupa trauma mikro dari bagian tubuh hasil laut. Tekanan, gesekan bagian tubuh hasil laut dan alat bantu proses pembersihan. Kotoran lumpur hasil laut, pecahan es batu, suhu dingin, air, kaporit. Waktu dan rentetan kontak dialami tenaga kerja ini. Diagnosis dermatitis kontak berdasarkan anamnesis dan gambaran Minis. Bila dibandingkan dengan sebelas orang tenaga kerja tetap wanita yang tidak mengerjakan proses pembersihan, prevalensi dermatitis kontak 9,09%. Uji Fisher's Exact didapatkan p = 0,024. Pekerjaan proses pembersihan berisiko menimbulkan dermatitis kontak. Prioritas intervensi berdasarkan teknik kriteria matriks. Penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit dermatitis kontak serta upaya pencegahannya. Uji t berpasangan didapatkan p < 0,01. Pemakaian sarung tangan dan pengobatan dapat menurunkan kasus dermatitis kontak tenaga kerja informal di pabrik "A".
Informal workers are used by the company to freeze marine source such as fish, shrimp, squid, crab, scallop, in cleaning process before freezing takes place. Informal workers usually experience some itchy on their hands which are in forms of contact dermatitis, cured with own expenses. These workers are paid daily. In December 1999 for more than one months. There's an industrial training done at freezing company "A". It is a case study with problems identification, intervention and evaluation processes. Problems identification with matrix technical criteria results in contact dermatitis on 8 from 15 informal workers respondents which all are women. The prevalence is 53,33 %. Exposed is physical factor in forms of micro trauma from parts of marine source body. Pressure, scratch from marine source body and cleaning processing tools. Mud in marine source, ice cube piece, cold temperature, water, calcium hypochlorite. These workers also experience time and continuous contact. Contact dermatitis diagnose is based on anamnesis and clinical background. Compared to another 11 fixed women workers who do not do cleaning, contact dermatitis prevalence is 9,09 %. Statistic test Fisher's Exact shows p = 0,024. Cleaning process is therefore due to contact dermatitis risks. Intervention priority is chosen based on matrix technical criteria. Seminar can develop knowledge about contact dermatitis disease and the prevention efforts. Statistical test show p<0, 01. The usage of personal protection equipment such as gloves and cure can reduce cases for contact dermatitis informal workers in factory "A".
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T2748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herliani Sudardja
Abstrak :
Latar Belakang. Indonesia adalah negara agraris dengan 45 % penduduknya bekerja sebagai petani. Untuk meningkatkan hasil pertanian, melindungi tanamannya dari serangan hama, serta memelihara mutu tanahnya, petani banyak menggunakan pestisida. Salah satu penyakit akibat pajanan pestisida adalah dermatitis kontak yang angka prevalensinya pada petani di Indonesia belum diketahui. Karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi dermatitis kontak pada petani, khususnya petani sayur, serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Metode. Penelitian ini menggunakan disain krosseksional dengan jumlah subyek penelitian 436 orang petani sayur dari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung. Pengumpulan data dilaksanakan sejak September sampai Nopember 2002. Hasilnya diolah menggunakan program statistik SPSS 10. Hasil. Ditemukan 40 orang (9.2 %) penderita dermatitis kontak klinis dan 72 orang (16.5 %) penderita dermatitis kontak subyektif. Risiko terjadinya dermatitis kontak (klinis dan subyektif) dipengaruhi oleh faktor kerja langsung dengan pestisida (OR = 8.636), riwayat atopi (OR = 2.519), dan bentuk formula pestisida yang digunakan (OR = L589). Risiko terjadinya dermatitis kontak klinis dipengaruhi oleh faktor riwayat atopi (OR = 2,998) dan bentuk formula pestisida yang digunakan (OR = 1065). Terhadap risiko terjadinya dermatitis kontak subyektif tidak ditemukan faktor yang dominan berpengaruh. Kesimpulan. Ditemukan prevalensi dermatitis kontak pada petani sayur sebesar 25.7 %. Hubungan antara pajanan pestisida organofosfat dengan dermatitis kontak pada petani sayur di Kecamatan Lembang dipengaruhi oleh faktor kerja langsung dengan pestisida, jumlah tugas saat bekerja dengan pestisida, bentuk formula pestisida yang digunakan, serta riwayat atopi.
The Correlation between Organophosphate Pesticide Exposure and Contact Dermatitis among Vegetable Farmers in the District of LembangBackground. Indonesia is an agricultural country, in which about 45 % of its populations are farmers. To improve the harvest, to prevent pests attack, and to maintain the fertility of their land , they use very large amount of pesticides. No prevalence data on contact dermatitis caused by exposure to pesticide among Indonesian farmers is currently available. So, a research to find the prevalence of contact dermatitis among farmers, especially vegetable farmers, and other influential factors was proposed. Method. Cross sectional design was used. The subjects consisted of 436 vegetable farmers from Lembang Subdistrict of Bandung District. Data collecting was performed from September to November 2002, and processed by utilizing SPSS 10 program. Result. 40 persons (9.2 %) suffered from clinical contact dermatitis and 72 persons (16.5 %) from subjective contact dermatitis. The risks of contact dermatitis (clinical and subjective) was influenced by direct work with pesticides (OR = 8.636), atopic history (OR = 2.519), and the pesticide formulations (OR = 1.589). While clinical contact dermatitis was influenced by atopic history (OR = 2.998) and pesticide formulations (OR = 2.065). No dominant factor that influenced the risk of subjective contact dermatitis was found. Conclusion. The prevalence of contact dermatitis among vegetable farmers was 25.7 %. The correlation between organophosphate exposure and contact dermatitis among vegetable farmers in the District of Lembang were influenced by the direct work with pesticides, the number of tasks while working with pesticides, the pesticide formulations, and the atopic history.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 8371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Nuraga
Abstrak :
Dermatitis kontak akibat kerja merupakan salah satu penyakit kelainan kulit yang sering timbul pada industri dimana dapat menurunkan produktifitas pekerja. Dermatitis kontak akibat kerja terjadi oleh karena pekerja kontak dengan bahan kimia termasuk Iogam sehingga menimbulkan kelainan kulit yaitu dermatitis kontak akibat kerja. Tujuan utama penulisan ini adalah untuk diketahuinya factor-faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja yang terpajan bahan kimia di PT Moric Indonesia Cibitung Jawa Barat tahun 2006. Penelitian bersifat deskriptif. Subyek penelitian diambil secara acak dengan stratified random sampling yang berjumlah 54 responden. Hasil dari penelitian yang semuanya kontak dengan bahan kimia termasuk logam, 74,07% (40 pekerja) mengalami dermatitis kontak akibat kerja : akut 25,92% 14 pekerja, sub akut 38,9% (21 pekerja), dan kronik 9,25% (5 pekerja) adalah subyek penelitian yang mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan analisis statistic multivariat terdapat 3 faktor yang sangat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak ini yaitu: lama kontak, frekuensi kontak, dan yang paling dominan adalah penggunaan alat pelindung diri (APD). Kesimpulan dari penelitian ini adalah insidensi rate 64,81% per seratus pekerja, dan prevalensi rate 74,07% per seratus pekerja, Untuk meminimalisasi dermatitis kontak dengan meningkatkan kesadaran pekerja dengan penggunaan sarung tangan yang tepat, berdasar pengetahuan pekerja yang baik.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Lestari
Abstrak :
PT Inti Pantja Press Industri (IPPI) sebagai perusahaan yang bergerak dibidang otomotif khususnya pressing body dan chasis mobil, menggunakan bahan kimia iritan yang berpotensi menimbulkan gangguan pada kulit pekerja. Selain bahan kimia yang digunakan, berbagai penyebab tidak langsung (indirect causes) yang terdapat dalam diri pekerja juga memiliki potensi untuk memperparah penyakit dermatitis kontak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak. Disain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif yang kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan hubungan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak pada pekerja. Objek penelitian ini adalah populasi pekerja yang menggunakan bahan kimia. Populasi tersebut berjumlah 80 orang yang berasal dari empat bagian kerja yaitu pekerja di bagian produksi (handwork), maintenance (plant service dan die shop), quality control, dan inventory finish part (pemberian anti rust). Sampel yang diteliti meliputi seluruh pekerja dari keempat bagian kerja tsb, sehingga tidak dilakukan pemilihan sampel. Metode untuk pengumpulan data adalah kuesioner dimana responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang dibagikan (self-completion questionnaire). Pekerja di PT IPPI yang mengalami dermatitis kontak berjumlah 39 orang (48,8%). Sebanyak empat dari tujuh faktor yang diteliti dengan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% memiliki hubungan yang bermakna dengan dermatitis kontak. Empat faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan dermatitis kontak yaitu jenis pekerjaan dengan p value 0,02 dan odds ratio 3,4 (1,305-8.641), usia dengan p value 0,042 dan odds ratio 2,8 (1,136-7,019), lama bekerja dengan p value 0,014 dan odds ratio 3,5 (1,383-9,008), riwayat dermatitis akibat pekerjaan sebelumnya dengan p value 0,042 dan odds ratio 5,9 (1,176-29,103). Sedangkan tiga faktor lainnya yaitu riwayat alergi, personal hygiene, dan penggunaan APD tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna.
Factors Related to Contact Dermatitis on Workers at PT Inti Pantja Press Industri. PT Inti Pantja Press Industri (IPPI) is an automotive manufacturing industry for car pressing body and car chassis. In the manufacturing process, its uses a variety of chemicals which may cause contact dermatitis for workers. There are other factors which may cause the contact dermatitis to workers worsen including indirect causes. The objective of this research is to investigate factors related to contact dermatitis in workers at PT IPPI. Research is conducted using a cross sectional design with quantitative approach which describe factors affecting the development of workers contact dermatitis. Research subjects are all the worker who uses chemicals during the work process (80 workers) consists from 4 (four) different sections: production (handwork), maintenance (plant service and die shop), quality control, and inventory finish part. Methodology used for data collection was using a questionnaire in which respondents were asked to fullfill a self-completion questionnaire. Results suggested that workers at PT IPPI experienced contact dermatitis are 39 workers (48,8%). There are 4 (four) factors were investigated using chi-square test (95% level of confidence) which are significantly related to contact dermatitis, including: type of work {p value 0,02, odds ratio 3,4 (1,305-8,641)}; age {p value 0,042, odds ratio 2,8 (1,136-7,019)}; working period {p value 0,014, odds ratio 3,5 (1,383-9,008)}; history of dermatitis at previous workplace {p value 0,042, odds ratio 5,9 (1,176-29,103)}. Factors which are not related to contact dermatitis are history of allergy, personal hygiene, and the use of PPE (Personal Protective Equipment).
Depok: Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Manuel
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian terbadap pekerja industri logam informal di PIK. Jakarta. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi dermatitis kontak tangan pada pekerja industri logam infol1llal di PIK. Jakarta, dan mengetahui hubungau umur, tingkat pendidikan, masa kerja, frekuensi penggunaan alat pelindung diri, kebersihan tangan setelah kerja, riwayat atopi diri, dan riwayat atopi keluarga terbadap dermaatitis kontak tangan. Metnde penelilian ini menggnnakan studi cross-sectional dengan uji statistik chi kuadrat (bivariat) dan analisa multivariat daugan logistik regresi. Dari 51 subyek yang menderita dermatitis kontak sebanyak II oraug (21,56%). Faktor-faktor yang mempunyai hubungan be!1llakea dengan teljadinya dermatitis kontak adalah masa kelja (p9),021) dan :frekuensi penggunaan sarung tangan (p9),028), sedangkan umur, tingkat pendidikan, kebersihan Iangan setetah kelja, riwayat atnpi diri, dan riwayat atopi keluarga tidak ditemukan mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya d0!1llatitis kontak. ......A study was held to informal metal industry workers at P!K, Jakarta. The objective was to identify the prevalence of hand contact dermatitis in informal metal industry workers and the related factors i.e: age, level of education, length of work, frequency of hand gloves usage, personal hygiene, history of personal atopy, and history of handly atopy. The design used in this study was cross sectional methnd. Descriptive and analytic statistics were chi square (bivariate) and multivariate analysis with logistic regression function. From 51 subjects, II person (21,56%) were found with band contact dermatitis. The results showed that length of work (p=0.021) and frequency of hand gloves usage (p=0.028) have a significant relationship with hand contact dermatitis, however related factors i.e: age, level of education, personal hygiene, history of personal atopy,and history of fumily atopy have no significant relationship with band contact dermatitis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T21031
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library